NovelToon NovelToon
THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

THE TRILLIONAIRE GUARDIAN

Status: tamat
Genre:Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Kaya Raya / Tamat
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sukma Firmansyah

Seorang kakak miskin mendadak jadi sultan dengan satu syarat gila: Dia harus menghamburkan uang untuk memanjakan adik semata wayangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukma Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8: Berburu Istana

Sinar matahari pagi menembus tirai otomatis kamar suite, menyinari wajah Atlas yang sudah bangun sejak subuh. Di meja marmer di depannya, terhampar tiga tablet iPad yang menampilkan daftar properti paling eksklusif di Jakarta.

Atlas menyeruput kopi hitamnya. Dia tidak butuh sekadar rumah. Dia butuh benteng.

Hotel memang nyaman, tapi tidak permanen. Udara AC sentral tidak bagus untuk paru-paru Orion yang sensitif, dan dia tidak bisa menanam bunga—hobi Orion yang sudah lama ditinggalkan—di lantai 50.

"Kakak?"

Orion keluar dari kamarnya sambil mengucek mata. Dia mengenakan piyama sutra seharga lima juta rupiah yang dibeli kemarin. Rambut panjangnya berantakan lucu.

"Sudah bangun, Tuan Putri?" Atlas tersenyum, menutup tabletnya. "Siap-siap. Hari ini kita cari rumah baru."

"Rumah? Kita nggak tinggal di sini?"

"Ini cuma tempat singgah. Kakak mau cari tempat di mana kamu bisa punya taman sendiri. Kamu suka bunga matahari, kan?"

Mata Orion berbinar seketika. "Mau! Aku mau punya kebun!"

Kawasan Menteng, Jakarta Pusat - Pukul 10.00 WIB

Lamborghini hitam matte itu merayap pelan memasuki kawasan perumahan paling elit di Indonesia. Di sini, rumah bukan sekadar tempat tinggal, tapi simbol kekuasaan. Pohon-pohon trembesi tua memayungi jalanan yang lebar dan sepi.

Atlas memarkirkan mobilnya di depan sebuah gerbang besi hitam setinggi empat meter yang diukir dengan motif klasik Eropa.

Seorang wanita paruh baya dengan setelan blazer rapi dan kacamata bermerek sudah menunggu di sana. Dia adalah Bu Ratna, agen properti spesialis rumah mewah yang biasa melayani pejabat dan konglomerat.

Bu Ratna sedikit kaget melihat Lamborghini itu. Dia terbiasa melihat Rolls Royce atau Alphard. Mobil sport hitam legam itu terlihat terlalu... agresif untuk lingkungan ningrat ini.

Atlas turun, lalu membukakan pintu untuk Orion.

"Selamat pagi," sapa Bu Ratna profesional, meski matanya memindai usia Atlas yang masih sangat muda. "Pak Atlas Wijaya? Saya Ratna dari Elite Property."

"Langsung saja, Bu," potong Atlas tanpa basa-basi. "Tunjukkan kenapa rumah ini harganya 800 Miliar."

Bu Ratna tersenyum tipis. Anak muda yang tidak sabaran, batinnya.

"Mari silakan masuk. Ini adalah The White Manor. Luas tanah 2.500 meter persegi. Bangunan klasik kolonial yang sudah direnovasi total dengan teknologi smart home."

Gerbang terbuka otomatis.

Mata Orion membulat sempurna.

Di hadapan mereka, berdiri sebuah mansion putih megah dengan pilar-pilar besar seperti istana kepresidenan. Namun yang membuat Orion menahan napas bukanlah bangunannya, melainkan halamannya.

Rumput hijau terpotong rapi seperti karpet, air mancur bertingkat di tengah halaman, dan di sisi kanan, ada sebuah gazebo kaca yang dikelilingi taman bunga mawar dan anggrek yang sedang mekar.

"Cantik..." desis Orion tanpa sadar. Dia berjalan seperti terhipnotis menuju taman itu.

Atlas memperhatikan reaksi adiknya. Dia mengaktifkan Guardian's Eyes. Dia bisa melihat detak jantung Orion stabil dan hormon kebahagiaannya naik. Udara di sini bersih, jauh dari polusi jalan raya.

"Adik Anda sepertinya menyukainya," kata Bu Ratna. "Taman ini dirawat oleh ahli botani lulusan Belanda. Sistem penyaring udara di dalam rumah juga setara rumah sakit, sangat steril."

Itu kata kuncinya. Steril.

Mereka masuk ke dalam. Lantai marmer Italia, lampu gantung kristal Swarovski, tangga melingkar yang megah, kolam renang indoor dengan air hangat, bioskop pribadi, dan perpustakaan dua lantai.

Ini bukan rumah. Ini museum.

"Bagaimana, Pak Atlas?" tanya Bu Ratna setelah tur selama 30 menit. "Rumah ini sebenarnya incaran banyak konglomerat, tapi pemilik lama sangat selektif. Dia tidak mau menjual ke sembarang orang. Harganya 850 Miliar Rupiah, Nett. Pajak ditanggung pembeli."

Bu Ratna menyebut angka itu dengan hati-hati, siap melihat ekspresi kaget atau mundur teratur dari pemuda ini.

Atlas menatap Orion yang sedang duduk di pinggir kolam renang, mencelupkan kakinya ke air hangat sambil tersenyum sendiri. Senyum itu... senyum yang tidak pernah Atlas lihat saat mereka tinggal di kamar kos bocor.

"Bu Ratna," panggil Atlas.

"Ya, Pak? Kalau mau negosiasi harga atau KPR, saya bisa bantu hitung simulasi—"

"Saya ambil. Hari ini juga."

Bu Ratna tersedak ludahnya sendiri. "M-maaf? Bapak mau... ambil?"

"Ya. Surat-surat harus selesai hari ini. Saya tidak mau ribet. Kapan saya bisa transfer?"

Bu Ratna, agen yang sudah 20 tahun menjual rumah mewah, kali ini benar-benar gemetar. Dia menatap Atlas seolah pemuda itu adalah alien. Tidak ada negosiasi? Tidak ada cek kondisi bangunan ulang? Tidak tanya istri atau orang tua?

"Pak... ini 850 Miliar. Transaksi sebesar ini butuh verifikasi bank dan notaris yang—"

"Panggil notaris Ibu ke sini sekarang. Saya bayar biaya jasanya 10 kali lipat asal dia bisa datang dalam 15 menit. Dan untuk bank..." Atlas mengeluarkan ponselnya. "Saya akan hubungi manajer prioritas saya untuk kliring instan."

Satu Jam Kemudian - Ruang Tamu Utama

Tiga orang notaris dan staf bank duduk mengelilingi meja marmer besar dengan keringat dingin bercucuran. Tumpukan dokumen sedang ditandatangani oleh Atlas.

Orion duduk di samping kakaknya, memegang segelas jus jeruk, masih bingung. "Kak, ini rumah kita? Beneran?"

"Tanda tangani di sini, Dek," Atlas menunjuk sebuah dokumen kepemilikan. "Rumah ini atas nama kamu. Orion Wijaya."

"Hah? Kok aku?"

"Karena Kakak beli ini buat kamu. Ini istana kamu. Kakak cuma numpang tidur."

Tangan Orion gemetar saat membubuhkan tanda tangan.

Saat tanda tangan terakhir selesai, Atlas melakukan transfer pelunasan.

Total Transaksi (termasuk pajak dan biaya notaris ekspres): Rp 950.000.000.000 (Sembilan Ratus Lima Puluh Miliar Rupiah).

Atlas menahan napas. Ini pertaruhan terbesarnya. Hampir seluruh uang di rekeningnya (sisa dari hotel dan bonus-bonus kecil) ludes. Saldo dia kembali ke angka jutaan.

Jika Sistem tidak cair, dia akan jadi gembel lagi di rumah mewah ini.

Namun, Sistem tidak pernah mengecewakan.

TING!

Dunia seakan berhenti berputar. Layar hologram emas—bukan biru lagi, tapi EMAS—muncul memenuhi pandangan Atlas.

[MEGA TRANSACTION DETECTED!]

[Pembelian Properti Utama untuk Kenyamanan Adik.]

[Status: RUMAH IMPIAN (Perfect Sanctuary).]

[Menghitung Cashback...]

[Karena nominal sangat besar, Sistem mengonversi Reward menjadi Aset & Dana Likuid.]

[REWARD 1: Dana Tunai (Cashback 50x) \= Rp 47.500.000.000.000 (47,5 Triliun Rupiah).]

[REWARD 2: Aset Bisnis - Saham Mayoritas 'Royal Hotel Group' (Tempat Anda menginap sebelumnya).]

[REWARD 3: Skill Aktif - 'Territory Master' (Anda memiliki kontrol mutlak atas keamanan di dalam rumah ini).]

Atlas bersandar di sofa kulit mahal itu, menghembuskan napas panjang.

Empat puluh tujuh triliun.

Dan sekarang dia pemilik hotel tempat dia dihina kemarin.

"Selamat, Pak Atlas, Ibu Orion," ucap Bu Ratna sambil menyalami mereka dengan tangan yang masih dingin karena syok. "Kunci rumah ini milik Anda."

Atlas berdiri, memeluk bahu adiknya.

"Selamat datang di rumah, Tuan Putri."

Malam Hari - The White Manor

Rumah itu sunyi dan luas, tapi tidak lagi menakutkan. Orion sudah tertidur lelap di kamar barunya yang bertema Victorian dengan balkon menghadap taman bunga.

Atlas berdiri di balkon kamarnya sendiri, menatap langit malam Jakarta sambil memegang gelas wine.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Nomor tidak dikenal.

"Halo?" jawab Atlas.

"Selamat malam, Tuan Atlas Wijaya," suara seorang pria tua yang terdengar sangat sopan namun berwibawa terdengar. "Saya, Sebastian. Kepala Pelayan (Head Butler) yang ditugaskan oleh Sistem untuk mengelola The White Manor. Saya dan tim pelayan, koki, serta keamanan sedang dalam perjalanan. Kami akan tiba dalam 10 menit."

Atlas menyeringai. Sistem ini benar-benar tahu apa yang dia butuhkan. Rumah sebesar ini memang tidak mungkin diurus berdua saja.

"Datanglah, Sebastian. Aku butuh orang untuk menjaga adikku saat aku mulai mengambil alih kota ini."

Karena sekarang, dengan uang 47 Triliun di tangan, Atlas bukan lagi sekadar orang kaya baru.

Dia adalah Naga yang baru bangun tidur.

1
mustika saputro
keren banget
Sukma Firmansyah: thanks abangku,jangan lupa baya karya saya yang lain
total 1 replies
Pakde
🙏🙏🙏🙏🙏
Sukma Firmansyah: jangan lupa rating nya pakde, subs juga
kalo ada yang baru biar bisa ketauan
total 1 replies
Pakde
lanjut thor
Sukma Firmansyah: waduh, udah tamat pakde
next novel baru
semoga suka
btw
ada yang kurang kah dari ceritanya
total 1 replies
Sukma Firmansyah
bagus
Sukma Firmansyah
siangan abangku
Pakde
lanjut thor 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!