Saat kehamilan itu benar-benar terjadi pada Livia, dia bermaksud memberikan kejutan dengan datang ke kantor suaminya untuk mengabarkan kabar bahagia tersebut.
Tapi apa yang dia dapatkan, sangatlah mengguncang perasaannya.
Ternyata di ruangannya, Alex tengah bersama seorang wanita berparas lembut, dengan gadis kecil yang duduk di pangkuannya.
Bukannya merasa bersalah, setelah kejadian itu Alex malah memberi pernyataan, "kita berpisah saja!" Betapa hancur hati Livia. Dia tak menyangka, Alex yang begitu
mencintainya, dengan mudah mengatakan kata-kata perpisahan. Lalu apa jadinya jika suatu hari Alex mengetahui kalau dia sudah menelantarkan darah dagingnya sendiri dan malah memberikan kasih sayangnya pada anak yang tidak ada hubungan darah dengannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TERBELAH
Sean tidak membuang waktu. Setelah percakapan singkat namun intens dengan tim PR dan hukumnya, ia memutuskan untuk mengambil langkah berani, menggelar konferensi pers mendadak.
Pukul tiga sore, ruang konferensi dipenuhi wartawan dari berbagai media, baik media bisnis maupun gosip. Kamera berkedip tak henti, mikrofon-mikrofon teracung ke depan panggung. Ketegangan memenuhi udara. Sean melangkah maju, ditemani oleh Suryo, kepala PR-nya, dan seorang pengacara senior. Sean tampak tenang, namun sorot matanya menunjukkan kewibawaannya sebagai orang yang berpengaruh di dunia bisnis..
"Selamat sore rekan-rekan media," Sean memulai, suaranya mantap, memecah keheningan. "Saya, Sean Darreent, CEO Brilliant Consulting. Berada di sini hari ini untuk menanggapi isu-isu yang beredar luas di masyarakat, terutama di media sosial, yang menyerang kehormatan istri saya, Livia Arnethya dan juga berdampak negatif pada perusahaan yang saya pimpin."
Ia berhenti sejenak, membiarkan kalimatnya meresap.
"Saya tahu banyak spekulasi liar tentang masa lalu istri saya, tentang perceraian dengan suami pertamanya, dan tentang status anak kami, Cello. Ada tuduhan perselingkuhan, kebohongan tentang kemandulan,bahkan pembatalan pertunangan saya di masa lalu yang dikaitkan secara tidak benar."
Wartawan mulai riuh, beberapa mencoba mengajukan pertanyaan. Sean mengangkat tangan, meminta mereka untuk tenang.
"Saya tegaskan di sini, tuduhan-tuduhan tersebut adalah fitnah keji yang tidak berdasar. Livia adalah wanita terhormat! Wanita baik-baik, istri yang setia, dan ibu yang luar biasa bagi Cello!"
Sean menatap lurus ke arah kamera. Ia harus menjaga kerahasiaan Cello, namun tetap menunjukkan ketegasan.
"Mengenai putra kami, Cello, ia adalah anak sah kami yang sangat kami cintai. Setiap anak berhak tumbuh tanpa dibebani fitnah. Saya tidak akan mentolerir siapapun yang berani menyeret dan mencemarkan nama baiknya."
Sean memilih untuk tidak secara spesifik
menyebutkan Cello adalah anak biologisnya, melainkan menegaskan bahwa Cello adalah "anak sah kami," yang bisa diartikan sebagai anak dalam pernikahan mereka. Ini melindungi rahasia Livia dan juga Sean sendiri, tanpa mengkonfirmasi atau membantah tuduhan keji tersebut secara langsung.
"Sebagai seorang pengusaha, saya memahami bahwa reputasi adalah segalanya. Brilliant Consulting dibangun di atas dasar integritas, transparansi, dan kepercayaan. Isu pribadi yang sengaja disebarkan ini telah memengaruhi stabilitas perusahaan kami, membuat investor khawatir,dan bahkan menunda proyek-proyek penting kami dengan klien."
Sean menampilkan beberapa grafik sederhana di layar di belakangnya, menunjukkan fluktuasi saham dan potensi kerugian.
"Ini adalah upaya sistematis untuk menjatuhkan kami, baik secara pribadi maupun profesional."
Sorot mata Sean menajam.
"Oleh karena itu, saya ingin mengumumkan bahwa tim hukum kami sudah mulai mengumpulkan bukti-bukti. Kami akan mengambil tindakan hukum tegas terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab atas penyebaran fitnah dan pencemaran nama baik ini. Kami tidak akan ragu untuk membawa masalah ini ke jalur hukum demi melindungi nama baik keluarga saya dan stabilitas Brilliant Consulting."
Konferensi pers ditutup dengan cepat. Setelah pernyataannya, Sean segera pergi dan masih banyak meninggalkan pertanyaan menggantung di udara. Para wartawan segera bergegas menulis berita, menyebarkan pernyataan Sean yang tegas. Dunia maya kembali heboh. Beberapa mulai mendukung Sean yang berani melawan fitnah, sementara yang lain masih penuh keraguan, menunggu bukti lebih lanjut.
Natalia, yang menonton siaran langsung konferensi pers dari layar ponselnya di apartemen, menggebrak meja.
"Sialan! Dia berani melawan?!"Bibirnya melengkung
Sinis.
"Ini baru permulaan, Sean. Kamu belum tahu seberapa jauh aku bisa bertindak."
Dengan strategi ini, Sean berhasil melindungi kerahasiaan Cello untuk saat ini, sembari menunjukkan sikap tegas terhadap fitnah. Namun, apakah hal ini akan cukup untuk meredam amarah publik dan menyelamatkan Brilliant Consulting?
Pernyataan tegas Sean dalam konferensi pers memang berhasil meredam sedikit kegaduhan di pasar saham Brilliant Consulting. Harga saham mulai menunjukkan sedikit kenaikan, dan beberapa klien yang tadinya ragu mulai berpikir ulang. Namun, di media sosial, api gosip justru makin berkobar. Pernyataan Sean yang tidak menjelaskan detail tentang masa lalu Livia dan Cello malah dianggap sebagai "bukti" bahwa ada sesuatu yang disembunyikan.
"Lihat! Dia cuma bilang anak itu 'sah', tapi nggak bilang anak kandung atau anak adopsi! Pasti ada yang ditutup-tutupi! "komentar seorang netizen.
"Sean cuma mau lindungi perusahaannya aja. Livia itu memang tukang bohong!" sahut yang lain.
"Omongan Sean nggak meyakinkan. Mana buktinya kalau fitnah?"
Tuduhan-tuduhan ini semakin membuat Livia
Terpuruk. Ia merasa seperti hidup di neraka. Meskipun Sean sudah berbicara, sorotan publik tak juga mereda. Setiap kali ia mencoba membuka media sosial, ia hanya menemukan rentetan kebencian yang ditujukan padanya dan Cello. Ia mulai merasa takut keluar rumah, khawatir akan tatapan menghakimi atau bisikan sinis dari orang-orang di sekitarnya. Tapi dia hatus tetap bertanggung jawab oada pekerjaannya.
Sean menyadari ini bukan pertarungan yang bisa ia menangkan hanya dengan satu konferensi pers. Ia melihat Livia semakin kurus, matanya selalu sembab. Rasa bersalah menghantuinya. Ia tahu betapa besar rahasia Cello yang Livia simpan, dan betapa ia tidak ingin rahasia itu terungkap. Namun, ia juga tahu, jika ini terus berlanjut, Livia akan hancur.
Sementara itu, Alex, yang menonton berita konferensi pers Sean, merasakan gejolak aneh di dadanya. Pernyataan Sean yang tegas namun tak terlalu detail tentang Cello justru membuatnya semakin penasaran. Anak sah mereka? Tapi kenapa Sean tidak bilang anak kandung? Pertanyaan-pertanyaan itu menggerogoti pikirannya.
Wulan tak tinggal diam. Begitu melihat konferensi pers Sean, ia semakin gencar mengompori Alex. "Lihat kan, Alex! Si Sean itu pengecut! Nggak berani mengungkap tentang kenyataan, siapa anak itu! Pasti anak hasil dari perselingkuhan mereka. Mama sudah bilang, dia itu ular berdarah dingin!"
Alex mendengarkan ocehan ibunya, namun kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Ada suara kecil di benaknya yang berbisik,
"Apa benar Livia bisa sekejam itu? Seandainya dulu aku tidak langsung menuduhnya mandul..."Keraguan itu semakin kuat. Ia mulai merasa ada sesuatu yang tidak sinkron antara Livia yang ia kenal dengan Livia yang digambarkan dalam gosip.
Malam itu, setelah Cello tertidur, Livia duduk diam di tepi ranjang, menatap Sean dengan mata berkaca-kaca.
"Mas... aku tidak sanggup lagi," bisiknya, suaranya putus asa.
"Mereka... mereka tidak berhenti. Aku takut setelah besar nanti, Cello akan mendengar semua ini. Aku tidak mau dia tumbuh dengan dicap seperti itu."
Sean yang sedang menatap layar laptonya, langsung mengangkat wajahnya. Lalu berdiri dan menghampiri istrinya. Dia berlutut di hadapan Livia, menggenggam tangannya erat.
"Jangan bicara begitu, Sayang. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi."
"Bagaimana? Bagaimana kita menghentikan ini?
Aku... aku ingin menjelaskan. Tapi aku juga takut..." Air mata kembali membanjiri pipi Livia.
Sean menghela napas. Ia tahu ada satu jalan yang mungkin bisa mengakhiri semua ini, tapi itu berarti membuka rahasia terbesar Livia. Risiko sangat besar, tapi mempertahankan mempertahankan kerahasiaan, berarti membiarkan Livia terus menderita.
"Kita berpasrah dulu sayang. Tuhan tahu, kapan saatnya Dia mengulurkan tanganNya. Asal kita tetap boerdoa dan memohon padaNya.
Sean naik ke atas ranjang, merebahkan dirinya dan menarik tangan Livia, hingga wanita itu jatuh dalam pelukannya. Kepala Livia rebah di dada Sean. Lelaki itu mengecupinya dengan penuh perasaan
"Aku tak akan meninggalkanmu dalam keadaan apapun. Karena aku akan sengsara jika hidup tanpa kamu dan Cello. Kalian berdua adalah hartaku yang paling berharga."
Dipereratnya pelukan pada tubuh sang istri. Hingga kantuk pun menyerang mata mereka.
Di tengah keterpurukan itu, masih datang berbagai dukungan dari orang-orang yang mencintai mereka.
Siska dan Dario, kedua orangtua Sean. Setiap hari mereka selalu menelepon Livia untuk menanyakan kabarnya dan sekedar membesarkan hati menantunya.
Juga tak jarang mereka datang menengok.
Selain Dario dan Siska, dokter Chiara dan Erick, suaminya pun tak jauh berbeda. Selalu memberikan support nya meski terpisah oleh jarak.
Bu panti Rosi, mbak Ira dan juga Elis, mereka juga selalu memberikan dukungannya pada keluarga kecil itu.
Semakin hari, cibiran-cibiran nyinyir itu semakin menyerang Livia. Kali ini lebih dahsyat.
"Benarkah Cello anaknya Livia san Sean? Menurut rumor, Livia sering satang ke panti asuhan. Jangan anak itu..."
"Bisa jadi kehadiran anak itu untuk menyamarkan kekuarangan mereka. Livia mandul dan Sean...? Isi sendiri!"Diakhiri sebuah emoticon tertawa sambil menangis.
Sean mendekap erat Livia yang terisak dalam pelukannya. Rasa sakit hati yang terpancar dari mata istrinya menghantamnya lebih keras daripada kerugian finansial Brilliant Consulting. Ia tahu satu-satunya cara menghentikan penderitaan Livia adalah dengan membongkar kebohongan ini sampai ke akarnya, dan itu berarti membalikkan narasi Natalia.
Sejak awal gosip itu menyebar, Sean sudah memiliki kecurigaan kuat bahwa Natalia ada di balik semua ini.
Bukan hanya karena dendam pribadi Natalia padanya, endam yang tumbuh sejak Sean memutuskan rencana pertunangan mereka. Tapi juga karena modus operandi penyebaran gosip yang begitu terstruktur dan masif.
Ia mengenal Natalia lebih dari siapa pun. Natalia adalah tipe wanita yang tidak akan pernah menerima
Penolakan, apalagi dari Sean yang saat itu sudah menjadi calon tunangannya. Sean tahu betul obsesi Natalia terhadapnya, dan bagaimana wanita itu tidak akan pernah rela melihatnya bahagia dengan wanita lain, terutama Livia, yang selalu menjadi target kecemburuan Natalia.
"Aku tahu siapa di balik semua ini, Sayang," ujar Sean, suaranya dipenuhi keyakinan yang dingin. "Natalia."
Livia menatapnya terkejut. "Natalia? Tapi kenapa? Aku tak pernah berbuat salah padanya."
"Karena kamu mengambil dua hal yang paling dia inginkan. Aku, dan status sosial yang akan dia dapatkan dariku," jawab Sean, rahangnya mengeras. "Pembatalan rencana pertunangan kami... itu bukan hanya pukulan baginya. Ayahnya juga sangat terpukul, Livia. Ayah Natalia jadi bahan gunjingan di kantornya karena batal berbesanan dengan Dario Darreent, seorang pengusaha sukses dan juga batal bermenantukan CEO Brilliant Consulting yang bonafid dan sudah diperhitungkan."
Sean menghela napas berat. "Pembatalan rencana pertunangan itu membuat ayah Natalia sering melamun, sakit-sakitan, dan akhirnya meninggal. Natalia pasti menganggap ini semua adalah kesalahanmu, Livia. Dia menghubungkan kematian ayahnya dengan kehancuran reputasi mereka karena pembatalan rencana pertunangan itu. Itu sebabnya dia sangat dendam dan ingin menghancurkan kita berdua."
Livia menunduk, ada sedikit rasa miris mendengar
Dampak tragis itu, meskipun ia tahu ia tidak bersalah.
"Tapi aku tidak merebutmu dari siapapun. Kau tahu bagaimana aku susah payah menghindarimu. Bahkan saat aku kritis di rumah sakit, aku tak terpikir untuk menghubungimu. Itu semua inisiatif Bi Elis sendiri."
"Iya, aku tahu, sayang... itulah kenapa dari dulu aku sangat mencintaimu. Kamu wanita yang memiliki pendirian kuat, mandiri dan tidak banyak drama."
Sean tersenyum sambil mengusap lembut kepala istrinya.
"Strategi gosip ini juga sangat mirip dengannya," lanjut Sean. "Dia manipulatif dan pendendam. Dia ingin menghancurkan kita berdua. Kamu secara pribadi, dan aku beserta Brilliant Consulting."
"Tapi... apa orang akan percaya?" Livia bertanya ragu.
"Mereka semua sudah termakan omongan Natalia."
Sean tersenyum tipis, senyum penuh siasat.
"Mereka akan percaya, karena aku sudah punya bukti kuat sejak dulu." Mata Sean berkilat tajam.
kewajiban x mendampingi suami ..
semoga selalu rukun ,saling melengkapi
kekurangan masing 2 ...