Bab 20

"Mama sini" pinta Lucas melihat Diana masuk kedalam rumah.

"Iya sayang, mama kesana" jawab Diana dengan tersenyum.

Diana pun menghampiri Lucas sesuai dengan keinginannya namun tatapan Diana tertuju ke arah Kirana yang menatapnya tajam.

Dia merasa ragu tentang langkahnya kali ini, apalagi selama ini dia berperan sebagai ibunya Lucas layaknya ibu kandung.

"Diana ya?" tanya Kirana dengan sinis.

"Iya, maaf kenapa ya?" ucap Diana.

"Aneh, kenapa Lucas mau dekat denganmu" kata Kirana tak percaya.

"Aku ibunya sekarang jadi anda tidak perlu heran" jawab Diana dengan tegas.

"Haha.. baiklah. Selamat menikmati waktumu yang sementara itu" Kirana pergi setelah mengatakannya.

Sedangkan Diana merasa kesal dengan setiap kata menusuk yang di tujukan padanya.

"Sayang, kamu pasti lapar kan?" tanya Diana ke Lucas.

"Iya mama" jawabnya dengan cepat.

"Yasudah, mama ambil makanannya dulu"

Kali ini Diana sudah sangat senang dengan perannya sebagai ibunya Lucas apalagi sekarang dia sudah mulai menyayangi Lucas seperti anaknya.

Lucas menjadi alasan Diana bertahan di kehidupan rumah tangga yang hanya sebatas kontrak meski tak ada cinta dari keduanya.

Kehadiran Kirana kini membuat Diana merasa tidak nyaman terlebih lagi cara bicara dengannya yang sinis seolah memandang rendah dirinya.

Dengan perasaan kesal Diana ke dapur untuk mengambil makanan Lucas.

"Nyonya kenapa?" tanya Lili yang cemas.

"Tidak apa-apa Lili, aku hanya kesal saja" jawab Diana.

"Oh.. pasti karena Nona Kirana ya?" ucap Lili.

"Dari mana kamu tahu Lili?" tanya Diana yang terheran.

"Semua orang pasti tahu Nyonya, jangan di ambil hati karena dia memang seperti itu" jawab Lili.

"Aku juga maunya begitu tapi susah kalau tidak di pikirkan"

"Lebih baik Nyonya memikirkan Tuan" celetuk Lili.

Diana terkejut karena Lili sekarang berani menggodanya agar kekesalannya beralih ke hal lain.

"Haha.. kamu bisa aja Lili" jawab Diana tersipu.

Akhirnya Diana merasa jauh lebih baik berkat perkataan Lili yang menghiburnya.

Diana pergi menemui Lucas untuk menemaninya makan siang.

Kemudian Diana juga pergi ke kamarnya setelah selesai makan siang dan juga menemani Lucas bermain sebentar.

"Huh.. kenapa rasanya capek sekali? aku bosan tapi aku juga tidak bisa pergi karena aku tidak tega dengan Lucas. Apa. saat kontrak ini berakhir, aku bisa pergi begitu saja?" gumam Diana sambil tiduran.

Perasaan Diana kini menjadi kacau berkecamuk namun dia menyayangkan banyak hal yang sudah dia lewati disana sehingga membuatnya tidak rela jika pergi setelah kontrak nikahnya dengan Evans berakhir.

Apalagi dia juga sudah bukan gadis suci yang bisa dengan mudah menikah lagi saat benar-benar harus pergi dan bercerai dengan Evans.

"Rasanya aku benar-benar bodoh, apa yang kuharapkan? sedangkan jawabannya sudah pasti" gumamnya lagi.

Bosan dan jenuh adalah hal yang biasa bagi Diana sehingga semua itu sudah tak berarti.

Tidak ada orang luar yang bisa dia hubungi meski hanya untuk sekedar menanyakan kabar ataupun berkeluh kesah karena di handphonenya kini hanya ada kontak Evans saja.

Hari itu pun berlalu seperti biasanya sampai akhirnya Evans pulang kerumah di malam hari.

"Diana" panggil Evans menemui Diana di kamarnya.

"Ah, Evans? kamu sudah pulang?" tanya Diana menghampirinya.

"Hmph! apa kamu sudah makan malam?" kata Evans tersenyum menatap Diana.

"Belum, aku sengaja menunggumu" jawab Diana.

"Yasudah, aku tunggu di balkon atas sekitar 30 menit lagi. Aku mandi dulu"

"Iya Evans"

Mendengar ajakan Evans untuk makan malam bersama membuat Diana antusias dan mencoba merias dirinya sebaik mungkin.

Biasanya mereka hanya makan di ruang makan tapi kali ini berbeda sehingga Diana merasa bahwa malam itu mungkin ada hal lain yang ingin Evans lakukan.

Sembari menunggu Evans selesai mandi dan bersiap, Diana mengganti pakaiannya dengan dress malam yang indah berwarna hitam.

"Haah.. apa aku berlebihan? ini kan bukan makan malam romantis,untuk apa juga aku berdandan seperti ini? tapi aku juga ingin tampil cantik di depan Evans" ucapnya sambil berdiri menatap cermin.

Sejam pun berlalu, Diana keluar dari kamarnya sedangkan Evans sudah terlebih dahulu ke atas untuk melihat semua kesiapannya.

Karena mereka tidur di kamar terpisah tentu saja membuat Evans belum melihat penampilan Diana malam itu.

Namun sesampainya di balkon, Diana terkejut hingga menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Apa yang mereka lakukan?" ucap Diana melihat Evans di peluk dari belakang oleh Kirana.

"Aku sungguh tak menyangka Evans tega melakukan hal seperti itu padahal dia yang mengajakku makan malam tapi kenapa dia dengan Kirana?" gumam Diana.

Melihat Evans bermesraan dengan Kirana membuat Diana geram dan berlari turun ke bawah dan mengunci dirinya di kamar.

"Berengs*k.. kalau niatnya cuma mau buat aku sakit lebih baik tidak usah ajak aku segala" ucapnya sangat marah.

Diana merasa sangat kesal dengan posisi tengkurap di kasur dan memukul bantal.

Sementara itu Evans yang sedang bersama dengan Kirana di balkon ternyata hanya kesalahpahaman saja.

Dari sudut pandang Diana melihat mereka bermesraan tapi nyatanya Kirana lah yang membuat situasinya kacau.

"Apa yang kakak lakukan?" pekik Evans melepaskan tangan Kirana yang memeluknya.

"Evans.. bukankah dulu kita pernah dekat? sekarang istrimu sudah tidak ada, kenapa kita tidak menikah saja?" ucap Kirana.

"Kak! apa yang kamu pikirkan? jelas-jelas aku sudah menikah dan istriku sekarang Diana" pekik Evans lagi.

"Haha.. aku tahu kamu pasti bohong kan? bukannya kamu sangat mencintai adikku? mana mungkin kamu asal menikah dengan orang asing seperti dia" jawab Kirana.

"Jaga mulutmu! aku dan Diana menikah karena saling mencintai. Jangan membawa orang yang sudah mati sebagai senjata untuk menyerangku"

Evans sangat marah lalu turun kebawah karena percuma saja jika dia terus merespon Kirana yang sudah mulai berbuat hal aneh.

"Dimana Diana? kenapa dia belum keluar juga?" ucap Evans sambil berjalan mencarinya.

Tok.. Tok..

"Diana! apa kamu masih lama?" tanya Evans di depan pintu.

Diana terkejut mendengar suara Evans.

Dia merasa lega karena Evans menyusulnya tapi hatinya sakit jika mengingat apa yang dia lihat sebelumnya.

Ceklek!

Namun akhirnya Diana tetap membukakan pintu untuk Evans dengan raut wajah yang kesal.

"Kenapa wajahmu seperti itu Diana? apa kamu sakit?" tanya Evans merasa khawatir.

"Kenapa? apa aku jelek? pasti lebih cantik Kirana kan?" jawabnya dengan kesal.

"Apa maksudmu Diana? aku kesini untuk menjemputmu tapi kenapa kamu malah marah? apa hubungannya dengan Kirana?" ucap Evans menjadi semakin kesal.

"Sudahlah, jangan pura-pura. Aku tahu semuanya" jawab Diana.

"Apa? apa yang kamu tahu? haah! kita batalkan saja makan malamnya, aku capek!" pekik Evans.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!