Bab 11

Keesokan harinya Diana masih berusaha menyesuaikan dirinya hidup disana dan terisolasi dari dunia luar.

Meski begitu hal yang sangat berubah adalah waktu dimana dia harus melayani suaminya dan juga mengurus anak tirinya itu.

Diana belum terbiasa dengan menjadi istri sekaligus ibu karena semua itu terlalu mendadak di hidupnya.

"Evans, apa kamu hari ini libur?" tanya Diana.

"Iya rencananya nanti malam ada acara yang harus kita datangi" jawabnya dengan santai.

"Hmph! begitu, ya?" kata Diana.

Bahkan percakapan singkat itu pun terasa hampa tanpa arti apapun baginya.

Hanya karena keadaan yang mendorongnya terjebak dalam hubungan yang tidak terdapat adanya kehangatan Diana berusaha untuk tetap bertahan dan menjalaninya sebaik mungkin.

Sikap Evans yang selama ini di tunjukkan kepadanya pun hanya sebatas saling menuntaskan hasratnya saja tanpa adanya kasih sayang yang selayaknya.

"Sebenarnya apa yang kuharapkan? hanya seperti ini saja sudah cukup memusingkan, apa aku masih ingin meminta hal yang lebih? aku juga tidak berharap mendapatkan hatinya, huh. Pikiranku menjadi kacau semenjak sudah melakukan hal itu dengannya. Apa hanya aku saja yang memikirkannya? mungkin baginya itu hal yang biasa tapi bagiku ini benar-benar mempengaruhi diriku seolah merasakan perasaan yang lain" benak Diana.

Saat itu Evans bertanya kepada Diana namun Diana tidak memperhatikannya dan melamun menatap ke arahnya.

"Diana!" ucap Evans merasa kesal.

"Ah! iya, ada apa?" jawabnya tersadar.

"Kenapa diam? apa kamu tidak memperhatikanku?" kata Evans lagi.

"Maaf Evans, bisa ulang ucapanmu sebelumnya?" tanya Diana merasa bingung.

"Cukup! aku tidak suka mengulang perkataan ku" ucap Evans marah.

Evans menghela nafasnya dan mulai kesal hingga nafsu makannya hilang. Dia beranjak dari meja makan dan meninggalkan Diana sendiri disana.

"Evans tunggu!" Diana ingin menahan Evans namun Evans terlanjur kecewa hingga tidak menoleh sedikitpun dan berjalan keluar dari ruang makan tersebut.

"Hmph! padahal aku tidak tahu, kenapa dia marah?" gumam Diana.

Akhirnya Diana pun berhenti makan setelah sikap Evans yang marah terhadapnya.

Dia ingin menyusul Evans namun dia tidak mempunyai alasan seolah tidak ingin mencampuri urusan pribadinya meski dia adalah istrinya.

Satu-satunya penghiburan bagi Diana hanya lah Lucas yang selalu membuatnya senang saat bermain bersamanya.

Diana pergi mencari Lucas untuk menemaninya bermain.

Setelah bertemu dengan Lucas, Diana mengajaknya main ke taman di sekitar rumah besar itu karena masih berada di ruang lingkup halaman rumah tersebut.

"Mama, kenapa sedih?" tanya Lucas yang melihat Diana sedang duduk dengan raut wajah yang muram saat bersamanya.

"Tidak, mama hanya sedang melihat bunga ini" jawab Diana.

"Ayo, mama kita lihat bunga di sebelah sana" Lucas menggandeng Diana lalu mengajaknya berjalan cepat ke arah bunga yang berwarna-warni.

Sejenak Diana melupakan hal yang mengganggunya, disana dia bersenang-senang bermain dengan Lucas seolah Lucas sedang menghibur hatinya.

"Mama, pakai ini" Lucas memberikan bunga berwarna merah.

"Terimakasih sayang"

Diana menunduk agar Lucas bisa memasangkan bunga itu ke sela telinga Diana agar mempercantik tampilannya dengan bunga itu.

"Mama cantik" ucapnya dengan tersenyum.

"Haha.. benarkah? terimakasih anakku, mama suka sekali bunganya"

"Sama-sama mama"

Di sisi lain ternyata Evans sedang menatap ke arah Diana yang sedang tertawa bermain bersama Lucas dan terlihat sudut bibirnya terangkat meski menahan senyumannya.

Evans beranjak dari dekat jendela kamarnya lalu duduk di kursi untuk menenangkan pikirannya.

Meski dalam hatinya merasa lega karena Diana sudah mampu beradaptasi dengan baik dirumah itu hingga dia berhasil mendapatkan kepercayaan dari Lucas tampaknya Evans masih merasa gelisah dan takut.

"Apa yang kurasakan sekarang? bukan waktunya untuk menaruh perasaan kepada siapapun meski Diana terlihat mirip dengan mantan istriku tapi aku tidak bisa memberikan hatiku kepada wanita lain"

Rupanya Evans mulai goyah dengan perasaannya yang mungkin sudah berkembang namun tidak pernah ia inginkan hal itu terjadi.

Dia tidak mau memulai kisah cinta yang baru bersama Diana karena trauma di masa lalunya yang sangat membuatnya takut kehilangan orang yang paling di cintainya untuk kedua kalinya.

Evans memilih untuk tidak mencintai siapapun demi tetap berfikir logis dan tidak kehilangan siapapun.

"Aku harus bersikap acuh kepada Diana meski itu akan membuatnya terluka. Ini lebih baik dari pada menahannya dengan perasaan cinta yang akan menghancurkanku suatu saat nanti"

Kali ini Evans ingin menjaga jarak dengan Diana dan bersikap seperti di awal bertemu dengannya.

"Lili" kata Evans memanggilnya.

"Iya Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Lili dengan sopan.

"Untuk kedepannya Diana tetap tinggal di kamarnya dan jangan biarkan dia mendatangiku kecuali atas ijin dariku" ucap Evans dengan serius.

"Baik Tuan"

Lili keluar dari kamar Evans setelah di panggil sebentar lalu kemudian dia mulai membereskan lagi kamar Diana agar nyaman saat digunakan.

Sudah hampir beberapa hari Diana tidur di kamar Evans dan sekarang Diana tidak bisa bebas masuk ke kamar Evans atas perintahnya.

Diana yang sudah kembali kedalam rumah melihat Lili sedang membersihkan kamarnya.

"Lili, sedang apa?" tanya Diana.

"Nyonya, maaf ini perintah dari Tuan. Mulai hari ini Nyonya di larang masuk ke kamar Tuan kecuali atas ijinnya dan Nyonya akan tidur di kamar ini untuk seterusnya" jawab Lili merasa sedih.

"Begitu ya? tidak apa-apa, Lili" kata Diana.

Diana yang awalnya memang menginginkan hal tersebut anehnya saat itu dia merasakan perasaan kecewa karena tidak bisa lebih dekat dengan Evans.

Meski Diana benar merasa lega tapi kali ini dia merasakan adanya hal yang hampa dari dirinya.

Setelah kamar itu di bersihkan, Diana masuk kedalam lalu berbaring di kasur tersebut.

"Aneh, bukannya ini yang selama ini aku mau? lantas kenapa aku merasa gelisah? ada apa dengan Evans? kenapa dia berubah?"

"Haah.. sudahlah lagian kenapa aku memikirkan Evans terus, padahal aku hanya istri kontrak. Sudahlah! aku juga tidak menginginkan Evans mencintaiku dan itu memang tidak mungkin"

Diana akhirnya berhenti memikirkan tentang Evans dan menerima kembali kenyataan bahwa dirinya tak lebih sebagai orang yang tidak mempunyai hak untuk bertindak lebih jauh.

Status sebagai istri hanya sebatas perjanjian belaka hingga dirinya tak bisa melakukan banyak hal terkait dengan suaminya itu.

Hari yang sama seperti awal pertemuan mereka kini dimulai kembali.

Baik Evans maupun Diana memasang jarak di hubungan mereka seperti layaknya pasangan kontrak yang sesungguhnya.

Namun Diana tidak akan bisa menolak jika nantinya Evans akan memintanya untuk melayaninya kembali saat Evans menginginkannya.

Itulah batas hubungan diantara mereka yang rumit namun memang sudah terlanjur terjadi dan tetap mereka jalani.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!