Bab 16

Hari itu Diana menjadi lebih bersemangat dimana dia yang selama ini hanya berada di dalam rumah kini dia mendapatkan kesempatan untuk pergi bersama dengan Evans dan juga Lucas.

"Mama.. aku senang akhirnya bisa jalan-jalan sama mama dan papa" ucap Lucas dengan senangnya.

"Hmm.. mama juga senang sayang. Ayo kita ke papa! pasti dia sudah lama menunggu kita" jawab Diana sambil menggendong Lucas.

Diana dan Lucas menghampiri Evans yang tengah duduk di depan rumah menunggu mereka sambil melamun.

"Papa!" panggil Lucas ingin di gendong ayahnya.

"Anak papa senang ya mau jalan-jalan?" tanya Evans.

"Iya papa" jawab Lucas dengan ceria.

Melihat kebersamaan mereka membuat Diana merasa terharu namun dia tidak merasa berhak dalam kebahagiaan itu.

"Diana, kemarilah!" pinta Evans tersenyum.

"Ah! iya" Diana dengan cepat mendekat ke arah mereka.

Akhirnya mereka pun pergi keluar untuk sekedar berjalan-jalan dan juga membeli beberapa hal yang di butuhkan.

Mereka pergi ke salah satu tempat perbelanjaan yang besar. Disana Lucas terus berada di gendongan Evans agar tidak lelah.

"Papa.. mau itu" tunjuk Lucas ke tempat mainan.

"Iya, ayo kita kesana" Evans menurutinya dengan segera.

Saat itu Lucas melihat mainan yang menarik sehingga dia sangat ingin membelinya.

Diana hanya memperhatikan mereka dengan tersenyum melihat kebersamaan itu namun tiba-tiba di luar pengawasan dari Evans, ada yang menarik tangan Diana.

Grep!

"Kya.. heub" Diana hampir berteriak namun di bungkam mulutnya.

"Sstt! Diana ini aku" ucap Ditrian dengan suara yang pelan.

Ditrian menarik tangan Diana cukup kencang hingga membuat Diana terkejut lalu dia mengarahkan Diana bersembunyi jauh dari jangkauan Evans.

"Di.. Ditrian?" panggil Diana terbelalak.

"Iya.. ini aku. Diana, ikut aku sekarang. Sebelum orang itu tahu kamu tidak ada" ucap Ditrian.

"Ta.. tapi Ditrian"

"Tidak ada tapi..tapi Diana. Kita harus pergi sekarang!"

Dengan tatapan yang kosong Diana merasa bingung dan takut jika pergi tanpa sepengetahuan Evans sedangkan dia juga sangat ingin berbicara dengan Ditrian.

"Ditrian, aku tidak bisa pergi. Aku takut Evans marah, bisakah kita bicara disini saja?" pinta Diana dengan raut wajah memelas.

"Diana! apa kamu sudah terpengaruh oleh pria itu? aku tidak bisa membiarkanmu menderita jika terus bersama pria kejam itu!" pekit Ditrian sambil menggenggam bahu Diana.

Set!

"Ditrian! aku sudah menikah dengannya. Aku tidak bisa seenaknya pergi karena aku masih istrinya yang sah" jawab Diana sambil menepis tangan Ditrian.

"Diana? bukannya aku sudah berjanji untuk menikahimu saat aku sukses? aku sudah sampai di titik itu Diana.. tapi.. kenapa kamu tidak bisa menungguku dan justru menikah dengan pria asing itu?" tanya Ditrian merasa frustasi.

"Maaf Ditrian! aku benar-benar minta maaf. Aku tidak bisa! aku sudah terlanjur jadi seperti ini. Lebih baik kamu mencari perempuan lain yang jauh lebih baik dariku" ucap Diana merasa sedih.

Rasa cinta Ditrian yang besar terhadap Diana kini rasanya seperti terhempas dari ketinggian lalu jatuh kebawah menjadi hancur berkeping-keping.

"Bagaimana bisa kamu mengatakan hal kejam seperti itu Diana? apa aku tidak cukup baik untuk bersanding denganmu? selama ini hanya kamu yang membuatku bisa bertahan dan kamu lah alasanku untuk menjadi sukses seperti sekarang. Lalu, untuk apa semua ini jika aku tidak bisa bersama mu?" ucap Ditrian sangat sedih.

"Ditrian! bukan aku yang menginginkan keadaan ini. Aku pun secara paksa terseret dalam hal ini tapi semua itu sudah terlanjur dan aku benar-benar sudah tidak bisa menempatkanmu dalam masalah" jawab Diana merasa bersalah.

"Aku sanggup dan mau menerimamu apa adanya Diana. Asalkan kamu beri aku kesempatan, aku pasti akan berjuang demi mendapatkan kebebasan mu lagi"

Sementara mereka berbincang, Evans menjadi sangat geram namun bercampur dengan rasa khawatir karena tidak melihat keberadaan Diana.

"Lucas, apa kamu lihat mama?" tanya Evans dengan serius.

Lucas menggelengkan kepalanya.

"Huh.. kemana kamu Diana? ternyata kamu benar-benar tidak bisa di percaya. Baru saja di berikan kelonggaran, kamu malah mengambil kesempatan untuk kabur" gumam Evans mencari Diana.

Disisi lain Diana merasa tidak enak dengan Ditrian yang masih berusaha untuk membantunya keluar dari masalah ini.

"Ditrian! aku harus pergi" ucap Diana mulai panik.

"Tunggu Diana! bolehkah aku memelukmu sebentar saja sebelum aku benar-benar pergi?" pinta Ditrian.

"Eum.. baiklah" Diana memperbolehkannya.

Mereka pun berpelukan sebagai tanda perpisahan mereka.

Meski dalam hati Diana benar merasakan banyak hal bahagia saat bersama Ditrian namun dia belum pernah merasakan cinta sebagai pasangan karena Diana justru menganggap Ditrian sudah seperti keluarganya sendiri.

Saat mereka sedang berpelukan Evans melihatnya namun dia hanya menahan amarahnya lalu dengan perasaan kecewa berjalan menghindari mereka.

"Terimakasih Diana, aku tidak akan pernah melupakanmu tapi tolong hubungi aku jika kamu berubah pikiran" Ditrian memberikan nomor teleponnya kepada Diana.

"Aku juga berterimakasih karena kamu sangat peduli, Ditrian. Aku seperti mempunyai kakak laki-laki yang baik" ucap Diana.

Diana bergegas pergi menyusul Evans karena takut Evans marah dengannya meski dia tidak tahu bahwa Evans telah melihat mereka.

Sesampainya di toko mainan, Diana terkejut karena Evans dan Lucas sudah tidak ada disana.

"Lho? kemana mereka?" Diana bingung mencari mereka.

Dia berjalan dengan cepat lalu melihat kesegala arah untuk mencari Evans.

Kemudian diapun terdiam melihat Evans dari kejauhan berjalan di depannya dengan menggendong Lucas dengan santainya.

"Evans?"

Diana berlari dengan cepat menyusul Evans.

"Evans!" panggil Diana dengan suara yang keras.

Evans tidak mendengar panggilan darinya.

"Evans!" Panggilnya kembali.

Kali ini Evans mendengar suara Diana namun rasa cemburunya yang besar itu menjadikan dirinya kecewa dan merajuk.

Evans terus berjalan dengan perlahan namun berangsur menjadi lebih cepat saat tahu Diana memanggilnya.

"Kenapa Evans semakin cepat?" ucap Diana yang bingung.

"Evans! tunggu!" Diana berlari menghampirinya.

Semakin Diana mengejar Evans semakin menjadikan Evans berjalan lebih cepat.

"Hosh.. hosh.. aneh, kenapa Evans sepertinya menghindar dan makin cepat saja berjalannya?" ucap Diana dengan nafas terengah-engah.

Diana berusaha berlari lebih cepat agar bisa bersama dengan mereka.

Hingga akhirnya dia berhasil menyusul Evans.

"Evans.. hosh.. ke..napa.. ka.. kamu cepat sekali?kamu sengaja kan?" tanya Diana dengan nafas tak beraturan.

"Siapa? aku tidak dengar! dari mana kamu? aku mencarimu!" ucapnya dengan ketus.

"Eum.. aku tersesat tadi Evans. Maaf, ya?" dalih Diana berbohong.

"Oh? begitu, ya?" kata Evans merasa cemburu.

Suasana yang awalnya hangat justru kini berubah dengan dingin.

Diana tidak mengerti dengan apa yang sedang Evans pikirkan hingga membuatnya kesulitan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!