Bab 5

Diana merasa takut namun anehnya sentuhan Evans membuatnya lemah tak bertenaga seperti dalam genggaman tangannya.

"Ugh.. Evans.. aku takut" ucap Diana menahan tubuh Evans yang berusaha menindihnya.

"Jangan takut Diana, aku akan bersikap lembut dan cobalah untuk rileks" jawab Evans menarik tangan Diana keatas.

Sekarang Diana tidak bisa bergerak berada di bawah Evans dengan tangannya yang tertahan kuat dari salah satu tangan Evans yang besar.

Tangan Evans satunya menyentuh wajah Diana dengan perlahan lalu mencium bibirnya dan melumatnya.

Diana merasakan lidah Evans yang panas beradu dalam mulutnya mengobrak-abrik semuanya hingga membuat Diana tak bisa menolaknya.

Diana yang tak pandai berciuman dengan anehnya bisa mengimbangi setiap Evans menggerakkan lidahnya dan terus merasakan kenikmatan yang menggairahkan.

"Haah.. Evans.. aku merasakan aneh.. eum.. Evans" ucap Diana mulai terhanyut dalam permainan Evans yang terus menggodanya.

"Tenang Diana, aku baru akan memulainya. Cium dan peluk aku sepuasnya"

Evans mulai menyusuri tubuhnya, menyentuhnya dan menciumnya hingga kebagian bawah tubuhnya yang mulai basah.

Melihat reaksi Diana yang takut namun sudah merasa tak terkendali, membuat Evans mulai memasukkan miliknya ke tubuh Diana dengan pelan mengingat ini pertama kalinya untuk Diana.

"Akh.. ugh.. Evans.. tunggu! sakit.. hngh" Diana mencengkram kuat punggung Evans karena merasakan sakit yang luar biasa saat miliknya masuk kedalam dirinya.

"Tahan sayang, setelah ini kamu akan merasakan kenikmatan yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya. Ahh! aku tidak bisa hanya diam saja, aku akan mulai menggerakkannya Diana" Evans merasa sangat senang dan bersemangat mengetahui fakta Diana yang masih perawan setelah memasukkan miliknya yang besar.

Dia bergerak dengan pelan dengan terus memperhatikan Diana yang menahan sakit hingga menangis. Evans mencium bibir Diana agar tidak terlalu tegang dan juga memeluknya.

"Ahh.. eum..Evans pelan" ucap Diana.

"Haah.. Diana, apa masih sakit?" tanya Evans.

"Hngh.. kenapa.. haah.. menanyakan hal itu, lakukan! lakukan seperti yang kamu mau.. ahh! aku tidak tahu..haah"

"Baiklah.. terima ini semua Diana.. haah" Evans mulai bergerak lebih cepat karena sudah tidak bisa menahannya lagi.

Evans sudah mencapai batasnya hingga akhirnya dia selesai menuntaskan gairahnya yang tertahan lama.

"Haah.. huh.. haah" Evans menindih sambil memeluk Diana dengan senang telah melakukannya.

Kemudian dia berbaring di samping Diana dengan tersenyum senang menikmati pergulatan cinta yang telah usai.

"Hiks..hiks.." Diana menangis merasakan sakit namun dia juga tidak tahu dengan perasaan aneh yang terjadi di dirinya.

Rasa yang tidak nyaman namun terdapat kenikmatan yang tak bisa di gambarkan.

"Diana, kamu kenapa?" ucap Evans mengusap air matanya.

"Rasanya aneh Evans! aku tidak tahu" jawabnya masih sedih.

"Sini, peluk aku! itu adalah perasaan yang wajar, nantinya kamu akan terbiasa jadi jangan khawatir dan pastinya aku tidak akan membuatmu hamil jika bukan kamu yang menginginkannya" Evans berusaha membuat Diana tenang berada dalam pelukannya.

Meski tidak ada kata cinta dari mereka tapi ada perasaan nyaman saat melakukannya. Diana yang masih takut dengan Evans, anehnya merasa tenang dalam dekapannya.

"Kamu pasti lelah, tidur saja agar lebih tenang" ucap Evans sambil mengusap-usap rambut Diana yang halus.

"Evans.. apa ini artinya aku membayarmu dengan tubuhku? apa bedanya aku dengan-

"Sstt ... jangan bicara seperti itu! kamu sekarang istriku, yang kita lakukan adalah hal yang biasanya suami istri lakukan. Jangan berfikir seperti itu" Evans mencium bibir Diana agar berhenti bicara.

"Hmph!"

Diana tertidur dalam dekapan Evans karena merasa lelah menerima banyak hal yang mengejutkan di hari itu.

Evans tersenyum menatap wajah Diana lalu ikut tidur di sampingnya.

*

*

Hingga tak terasa pagi pun tiba.

Pagi itu Evans bangun lebih dulu dan dia beranjak dari tempat tidur namun pandangannya tidak teralihkan saat melihat Diana yang masih belum mengenakan pakaian dan hanya di tutupi oleh selimut.

Evans semakin tidak fokus saat melihat bercak dar*h di selimut yang di pakai Diana.

"Haah!! apa aku benar-benar dibuat gila?" ucapnya pergi ke kamar mandi setelah cukup lama berdiri memandangi Diana.

Hari itu Evans bergegas pergi karena ada pekerjaan penting sedangkan dia tidak meninggalkan pesan apapun untuk Diana.

"Ugh.. eum.. pinggangku sakit" ucap Diana terbangun.

"Ternyata dia sudah pergi, ada apa denganku? kenapa juga aku peduli, lebih baik aku berendam di air hangat. Ternyata rumor tentang Evans memang benar, siapa sangka dia sudah 3 kali melakukannya. Padahal ini malam pertamaku, Akh! badanku rasanya remuk semua"

Diana beranjak dari ranjang Evans dan memakai bathrobe untuk menutupi tubuhnya.

"Nyonya sudah bangun?" ucap Lili melihatnya.

"Apa? kenapa memanggilku seperti itu Lili?" tanya Diana.

"Karena sudah menikah dan menghabiskan malam pertama dengan Tuan, tentu saja kami akan memanggil anda, Nyonya" jawabnya sambil tersenyum senang.

"Lili, kenapa kamu terlihat senang sekali?" ujarnya.

"Tentu saja Nyonya, akhirnya Tuan sudah kembali seperti dulu lagi dan semua itu karena Nyonya"

Diana terheran dengan pelayan yang ada dirumah itu yang terlihat senang mendengar Tuannya sudah tidur bersama Nyonya baru dirumah itu.

"Kalau maksudmu yang semalam, tolong lupakan! Lili, badanku sakit semua" kata Diana.

"Tenang saja Nyonya, serahkan semuanya ke kami"

Lili membawanya ke kamar dan membantu Diana mandi serta dia juga membawa 2 orang temannya untuk memijat tubuhnya setelah selesai mandi.

Dia juga membawakan minuman hangat untuknya.

Diana di perlakuan sangat nyaman dengan menerima semua perlakuan yang baik setelah bermalam dengan Evans.

"Lili, kemana perginya Evans?" tanya Diana.

"Hah?! apa Nyonya sudah akrab dengan Tuan? syukurlah, Tuan ada pekerjaan penting tadi kami di perintahkan untuk melayani Nyonya dengan baik" jawabnya sangat antusias.

"Bukan seperti itu tapi dia sendiri yang memintaku untuk memanggilnya seperti itu" bantahnya dengan cepat.

Setelah semua rangkaian aktivitas dari mulai mandi, pijat dan makan. Diana pergi ke rumah kaca yang sebelumnya dia datangi saat itu.

"Mama?" terdengar suara anak kecil memanggil.

"Siapa? jangan-jangan anak Evans? seingatku namanya Arsenio Lucas Galen usianya 3 tahun. Huh.. apa. yang harus kulakukan?" gumamnya sambil mencari sumber suara.

Diana berjalan mencarinya namun tidak terlihat siapapun disana.

"Mama?" Lucas mengagetkannya keluar dari semak-semak di depan Diana.

"Kyaa!!!" Diana terjatuh saking terkejutnya.

"Tuan muda.. Tuan muda..." terdengar banyak orang memanggilnya dan sepertinya sedang mencarinya.

Anak kecil laki-laki yang memiliki rambut hitam pekat serta hidung mancung dan bola mata berwarna biru seperti permata terlihat sangat mirip dengan Evans namun versi mininya.

"Astaga! jantungku hampir copot" ucap Diana yang terkejut.

"Tuan muda ternyata disini?" ucap salah satu pengasuhnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!