Bab 12

Sudah hampir 1 bulan Diana menjadi istri Evans.

Selama ini sikap Evans menjadi lebih dingin, berbeda dari awalnya yang meskipun terkesan kejam namun masih ada kepedulian di dalamnya.

Sekarang Evans benar-benar memperlakukan Diana layaknya seorang istri kontrak yang hanya bertemu jika ada hal yang ingin dilakukan.

"Tuan memanggil Nyonya untuk ke kamarnya" ucap Lili dengan sopan.

"Baiklah, aku akan kesana sekarang" jawab Diana dengan tersenyum.

"Entah apa yang akan Evans lakukan kali ini, kupikir dia sudah lupa denganku atau mungkin dia sudah bosan? sudahlah, lebih baik jangan terbawa perasaan" dalam benak Diana.

Diana berjalan dengan cepat menemui Evans di kamarnya setelah sudah lama tidak bertemu dengannya yang semakin sibuk setiap harinya.

Tok.. Tok..

"Evans, ini aku Diana" ucapnya di depan pintu.

"Ya, masuk saja" jawabnya dengan santai.

Diana masuk dengan perlahan namun dia tidak berani menatap mata Evans.

"Diana, kenapa kamu menunduk? datanglah kemari" perintah Evans.

"Eum.. iya" Diana menuruti perintah Evans dengan cepat.

Sekarang Diana sudah berada tepat di depan Evans. Dia menjadi takut dan gugup karena Evans menatapnya dengan tajam bahkan tanpa berekspresi.

Diana tidak pernah menyangka akan melihat wajah Evans yang sama seperti awal pertemuan mereka bahkan tak ada sedikitpun senyum darinya.

"Duduk!" Evans mendorongnya duduk di atas ranjangnya.

"Akh! Evans, pelan sedikit" ucapnya merasa terkejut.

Set!

Evans menarik dagunya hingga mendongak ke atas untuk menatapnya lalu mengatakan "Diam! jangan mengeluh dan lalukan saja apa yang ku suruh"

"Apa aku melakukan kesalahan? kenapa kamu bersikap dingin seperti ini?" tanya Diana tidak terima.

"Sstt! jangan banyak tanya, terima dan lakukan lah tugasmu sebagai istri dengan baik" Evans meminta Diana untuk diam.

"Baiklah"

Dengan perasaan yang sedih Diana hanya bisa menuruti semua perkataan Evans dengan lapang dada.

Evans mencium bibir Diana dengan lembut lalu menjadi lebih intens. Dia melumat bibirnya hingga Diana tak leluasa untuk bernafas.

"Haah.. Evans.." ucapnya menahan tubuh Evans yang mendekapnya.

Meski Diana memohon untuk lebih pelan namun Evans tidak mendengarkannya. Dia semakin menggebu seolah menumpahkan hasratnya yang lama terpendam.

Malam itu pun akhirnya menjadi malam yang membuat Diana takut terhadap Evans yang bersikap seperti orang asing.

Perasaannya berkecamuk seolah dia di perlakukan sebagai pemuas nafsunya saja, tidak seperti saat pertama kali mereka melakukannya.

Sikap Evans yang peduli saat malam pertama mereka, kini berubah menjadi kasar dan tak berperasaan.

"Hiks.. hiks" Diana menangis di atas ranjang yang menjadi saksi atas apa yang sebelumnya terjadi.

Evans tertidur lelap dengan posisi membalikkan badannya tanpa menatap Diana padahal dulunya Evans selalu memeluknya meski telah menuntaskan hasratnya.

Diana kembali mengenakan pakaiannya dengan tangis yang keluar dari matanya, dia menatap punggung lebar Evans yang hanya bisa di lihatnya dari belakang dengan perasaan yang sedih.

Krieett!

Diana membuka pintu dengan pelan agar tidak membangunkan Evans.

Kini Diana sadar akan posisinya di rumah itu karena sikap Evans yang memperlakukannya dengan acuh.

Setelah Diana keluar Evans membuka matanya lalu dia merubah posisi tidurnya dengan terlentang.

Dia menatap langit-langit kamarnya lalu menutup matanya dengan lengannya.

"Diana menangis, apa aku sudah keterlaluan? dia hanya gadis polos yang terseret dalam kehidupanku karena masalah uang. Aku tidak bermaksud memperlakukannya seperti itu tapi aku takut akan jatuh cinta dengannya dan justru bisa membuatku kehilangannya" dalam benak Evans.

Kini rasa takut dalam diri Evans semakin membesar di banding sebelumnya.

Dia yang sebenarnya mulai mengembangkan perasaannya tanpa sadar kepada Diana justru harus menahan dirinya agar tidak terlalu mengutamakan perasaannya.

Sementara itu di kamar Diana yang sama luasnya dengan kamar Evans.

Diana tampak murung dengan berbaring di ranjangnya dan meski dia menahan air matanya agar tidak keluar tapi tetap saja dia menangis.

"Hiks.. hiks.. apa yang kuharapkan? bukannya memang seperti ini adanya. Dari awal memang aku hanya istri kontrak tapi kenapa aku merasa sakit di perlakuan seperti itu? sentuhan Evans yang dulunya lembut kini menjadi kasar bahkan tatapan matanya sangat tajam. Apa yang salah dengannya? atau aku telah menyinggungnya? hiks.. hiks.. aku bahkan tidak bermimpi untuk mempunyai perasaan terhadapnya tapi kenapa aku kecewa?" gumam Diana.

Tanpa adanya komunikasi dari keduanya kini yang tersisa hanyalah kesalahpahaman di antara mereka.

Evans yang sudah bertekad untuk tidak mencintai Diana kini menjadi merasa bersalah atas sikapnya namun rasa takut kehilangan yang masih menjadi trauma atas dirinya mampu mengalahkan rasa simpatinya terhadap Diana.

Dalam benaknya lebih baik menggenggam Diana dengan cara yang berbeda dari pada harus memberikan cintanya yang mungkin justru akan membuat dirinya kehilangan Diana sama seperti saat hidup dengan istrinya yang sebelumnya.

Keesokan harinya.

Evans sedang berjalan menuju ke depan rumah untuk berangkat bekerja.

Kemudian Lucas berlari ke arahnya.

"Papa.. gendong" pinta anak kecil itu kepada ayahnya.

"Lucas, papa mau pergi kerja dan mungkin akan lama jadi jangan cari papa, ya? main dengan mama saja" jawabnya setelah menggendongnya.

"Tapi.. mama sepertinya sedang sedih. Apa papa yang sudah buat mama sedih?" tanya Lucas dengan polosnya.

Evans terdiam mendengar pertanyaan dari anaknya.

"Papa.. kenapa diam?" tanya Lucas sambil menyentuh wajah ayahnya.

"Bukan begitu Lucas, hiburlah ibumu! papa harus berangkat sekarang" kata Evans merasa resah.

"Oke papa"

Dengan perlahan Evans menurunkan Lucas sedangkan Lucas kembali berlari menuju ke tempat Diana berada.

Saat ini Diana sedang berada di taman dengan menatap bunga-bunga namun dengan tatapan sendu.

"Mama" ucap Lucas memanggilnya.

"Lucas, jangan berlari terlalu cepat! kalau jatuh bagaimana?" kata Diana merasa khawatir.

"Tidak mama.. tadi aku bertemu papa" kata Lucas tersenyum menatapnya.

Raut wajah Diana menjadi sedih saat mendengar tentang Evans.

"Oh, ya? apa yang papa katakan? kamu pasti senang bisa bertemu papa,ya?" tanya Diana sambil tersenyum.

"Iya aku senang tapi kenapa mama masih sedih? papa memintaku untuk menghibur mama" kata Lucas lagi.

"Benarkah? lalu apa yang mau Lucas lakukan?" ucap Diana sambil tersenyum.

"Sebentar!" Lucas berlari ke tengah taman.

Diana merasa khawatir namun dia tidak sabar melihat apa yang akan Lucas lakukan untuknya.

Dia terus melihat Lucas yang sedang sibuk melakukan hal yang tidak Diana ketahui namun setelah diperhatikan lebih lama ternyata Lucas sedang memetik beberapa bunga disana.

"Apa yang sebenarnya Lucas lakukan? apa tidak masalah?" gumam Diana.

Dengan sabar Diana menunggu sampai Lucas mendatanginya lagi namun dia kembali duduk dan terlintas sekilas hal yang membuatnya gundah.

Diana tidak mengerti akan dirinya yang sekarang namun dia selalu berusaha tidak menunjukkan kesedihannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!