Bab 6

"Maaf Nyonya, apa anda terkejut?" tanya pengasuh itu.

"Tidak apa-apa"

Lucas terus menatapku namun dia tidak berani menghampiri ku setelah membuatku terkejut.

Diana merasa bingung karena Lucas mengira dia ibunya.

"Eum.. sini nak, jangan takut" kata Diana merentangkan kedua tangannya.

"Hm?" Lucas yang bersembunyi dibalik pengasuhnya menatapnya dengan ragu seolah takut jika bersamaku.

"Maaf Nyonya sepertinya Tuan muda masih belum terbiasa" jawab pengasuhnya.

"Tidak masalah, lain kali kita main disini, ya?" ucap Diana.

Lucas dan pengasuhnya berjalan kembali ke kamarnya sedangkan Diana masih belum mengerti situasi yang terjadi di rumah itu saat dia belum datang kesana.

"Lili, darimana saja?" tanya Diana.

"Maaf Nyonya, ada yang saya kerjakan tadi. Apa Nyonya terluka? kenapa bajunya jadi berantakan?" jawabnya sambil membersihkan daun yang menempel di pakaian.

"Tadi Lucas kesini, tapi kenapa dia memanggilku mama? padahal dia baru melihatku hari ini" kata Diana terheran.

"Hmph! mungkin karena Tuan muda rindu ibunya" jawab Lili.

"Lili, apa kamu tahu dimana handphone ku?" ucapnya lagi.

"Tidak tahu Nyonya, sepertinya Tuan yang menyimpannya" jawabnya lagi.

Diana tidak terbiasa berdiam diri karena selama ini dia selalu bekerja demi menghidupi dirinya. Berada dirumah besar yang bahkan memiliki rumah kaca seperti berada di dalam dongeng membuat Diana berdecak kagum.

Di sela dia menikmati waktunya duduk di rumah kaca itu dengan menikmati beberapa camilan dan teh hangat, Diana teringat dengan tatapan mata Evans yang indah namun menggoda.

"Haah!! apa lagi ini? kenapa aku teringat Evans? apa yang kuharapkan? kenapa bisa aku mendadak menikah menjadi istri dan ibu. Apakah ini keberuntungan atau justru beban hidupku yang baru?" gumamnya menyangga dagunya dengan tangannya.

Diana berfikir bahwa kemewahan dan keindahan yang terjadi padanya itu layaknya seperti fatamorgana.

Meski indah terlihat namun tak bisa di raih dan akan lenyap dengan begitu cepat.

"Lili"

"Ya Nyonya"

"Bisa tolong telfon Evans? ada yang ingin ku tanyakan" ucap Diana gelisah.

"Baik Nyonya, tunggu sebentar"

Lili langsung pergi mengambil ponselnya yang mungkin ada di kamarnya sedangkan Diana hanya bisa menunggunya dengan penuh harap.

Diana memikirkan tentang pekerjaannya yang pasti sedang kacau tanpa kehadirannya.

Setelah menunggu akhirnya Lili membawakan ponselnya lalu menghubungi nomor Arion salah satu pengawal pribadi Evans.

"Ada apa Lili?" tanya Arion di telfon.

"Bisa tolong sampaikan ke Tuan, sekarang Nyonya ingin bicara" jawab Lili.

"Sebentar! Tuan, Nyonya ingin bicara, apa boleh?" tanya Arion ke Evans yang sedang berada dalam mobil yang sama.

"Sepertinya istriku sudah merindukan suaminya? haha.. Arion loudspeaker saja" Evans sangat senang mengira Diana merindukan dirinya.

Lili memberikan ponselnya ke Diana agar leluasa berbicara sedangkan dia pergi untuk mengambil camilan lagi untuk Diana.

"Halo, Evans?" ucap Diana.

Evans berniat mengerjai Diana.

"Siapa?" jawabnya dengan ketus.

"Ini aku Diana!" kata Diana dengan cepat.

"Tidak jelas suaranya, siapa ini?" ucap Evans.

Evans berpura-pura tidak mendengar dengan jelas agar Diana tersulut emosinya.

"Oh, jadi seperti ini? aku ini istrimu, dengar? Diana istrimu! apa kamu lupa apa yang kamu lakukan semalam?" jawabnya dengan kesal.

"Oh, istriku? sekarang suaramu baru jelas. Ada apa Diana? apa kamu sudah merindukan suamimu?" godanya menahan tawa.

"Hmph! si.. siapa yang rindu? omong-omong, dimana handphone ku? dan bagaimana dengan pekerjaan ku?" tanya Diana merasa kesal.

Entah kenapa Evans justru senang jika mendengar Diana kesal.

"Bukan urusanku! yang penting istriku harus tetap di rumah dan jangan pernah keluar dari rumah jika bukan atas ijin ku" Evans mencoba meledeknya lagi.

"Hah?! apa?! lalu apa aku hanya akan berdiam diri tanpa tahu apa yang terjadi di luar sana? haah.. didunia ini tanpa handphone rasanya sangat sepi. Evans tolonglah berbaik hati sedikit ke aku yang katanya istrimu, apa kamu tega membuat istrimu seperti orang bingung?" Celoteh Diana.

"Pfftt.. Hmph! baiklah, asalkan kamu jadi penurut tentunya suamimu ini pasti memberikan apa yang istrinya inginkan, bukan?" ucap Evans lagi.

"Iya.. tapi tunggu! apa kamu tadi tertawa?"

"Tidak, jadi apa lagi yang istriku mau? apa sudah tidak sabar ingin bertemu dengan... ku"

Diana langsung mematikan panggilan teleponnya setelah pembicaraan Evans yang semakin melantur karena semua itu membuat Diana malu.

"Haha.. ternyata dia memang sangat menarik, tidak salah kujadikan istri" tawa Evans karenanya.

Tanpa Diana minta sebenarnya Evans sudah membereskan masalah Diana.

Dia bahkan mengirimkan surat resign atas nama Diana ke kantor tempat Diana bekerja. Dengan hal ini tentunya Diana hanya perlu tenang berada di rumah.

Diana yang sudah merasa bosan, kembali ke dalam rumah. Dia juga melihat sekitar rumah besar milik Evans hingga langkahnya tiba-tiba berhenti di depan kamar Lucas yang sedikit terbuka.

"Jadi ini kamar Lucas? apa yang sedang dia lakukan, ya?" Diana mengintip Lucas yang sedang bermain sendirian.

Rasa penasaran Diana yang besar membuatnya ingin mendekat ke Lucas tapi dia masih merasa ragu.

Dia takut kedatangannya akan membuat anak kecil itu terkejut dan takut.

Akhirnya Diana tetap mengurungkan niatnya dan kembali ke kamarnya dengan tenang.

Hidupnya terasa hampa karena tidak memegang ponselnya.

Dia berbaring lagi di kasur empuk di kamar Evans yang kini menjadi kamarnya.

"Tunggu, kenapa aku masuk kesini? meski benar kami suami istri sekarang, tapi aku kan punya kamar sendiri"

Diana tersadar dan langsung beranjak dari tempat tidur lalu keluar dari kamar Evans untuk kembali ke kamarnya sendiri yang sebelumnya ia tempati.

"Huh! hampir saja aku tidur disana, kalau sampai Evans tahu aku disana pasti aku tidak bisa lari darinya" Diana akhirnya membaringkan badannya di kamar sebelah.

"Apa yang harus kulakukan di hidupku yang sekarang? hampa sekali disini padahal banyak orang yang bekerja dirumah ini"

Diana hanya bisa menunggu Evans pulang untuk mendapatkan apa yang dia inginkan meskipun rasanya tidak akan semudah itu Evans memberikannya.

Dia berfikir mungkin dia bisa tidur lagi saat berbaring namun nyatanya dia justru tidak bisa tenang karena di pikirannya terus teringat malam pertamanya dengan Evans.

"Haah! kenapa aku terus menerus mengingat Evans? ada apa dengan ku? apa karena aku di sentuh olehnya? meski dia adalah suamiku tapi kan karena perjanjian saja, jangan sampai aku masuk dalam permainan orang kejam itu. Iya, benar!"

Diana duduk setelah benar-benar tidak bisa tidur lagi bahkan dia merasa sangat tidak sabar menunggu Evans.

"Apa? kenapa lagi aku ini? apa aku benar-benar sudah gila? kenapa juga aku sangat ingin bertemu dengannya? haah.. apa ini pesona Duda tampan? haha.."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!