Bab 13

"Mama, aku sudah selesai" ucap Lucas berlari membawa beberapa tangkai bunga di tangannya.

"Jangan lari Lucas, nanti jatuh" jawab Diana berlari menghampirinya merasa khawatir.

"Mama.. ini bunga untukmu" kata Lucas tersenyum cerah memberikan bunga itu.

"Wah.. indah sekali bunganya. Terimakasih anak mama yang baik" ucapnya mengelus kepalanya.

Seketika itu rasa gundah yang terus membayangi Diana seolah terobati dengan perhatian yang Lucas berikan.

Adanya dia setidaknya menjadi alasan untuk Diana bisa hidup dengan bersemangat berada di rumah itu meski mempunyai suami yang dingin dan hanya sebatas kontrak belaka.

"Sudah mulai terik, ayo kita ke dalam saja" ucapku ke Lucas.

"Iya mama" jawabnya dengan senang.

Diana dan Lucas masuk ke dalam rumah karena di luar terasa panas berhubung semakin siang.

Sementara itu Evans sedang berada di salah satu bisnisnya.

"Saya tertarik membeli tanah di area ini" ucap salah satu kliennya.

"Dengan senang hati saya akan memberikan harga yang terbaik" jawab Evans menunjukkan harga tanah yang akan di jualnya.

"Baiklah, saya setuju! tolong di proses hari ini juga dan ini uangnya" kata klien tersebut.

Evans meminta asistennya untuk memproses semua dokumen yang di perlukan untuk transaksi penjualan tanah tersebut.

Meski tidak seharusnya Evans turun tangan sendiri namun tindakannya kali ini di lakukan semata-mata untuk menghindar dari Diana dan lebih fokus ke hal lain.

Setelah selesai bertransaksi, klien tersebut pun pergi.

"Apa masih ada hal lain?" tanya Evans merasa lelah.

"Tidak ada bos" jawab Arion assistennya.

"Arion! apa pendapat mu tentang Diana?" kata Evans merasa penasaran.

Arion yang tidak pernah berbincang dengan Diana namun melihatnya dari kejauhan tentu saja tidak mengerti seperti apa sifat Diana yang sebenarnya.

"Saya tidak tahu bos tapi sepertinya dia wanita yang baik" jawabnya menurut perspektifnya.

"Hmph! dia memang wanita yang baik tapi aku bukan orang baik dan pengecut. Haah" kata Evans sambul menghela nafas.

"Kenapa bicara seperti itu bos? kalau benar suka kenapa tidak di genggam saja daripada nantinya bos menyesal" ucap Arion menerka perasaan Evans.

Evans tersenyum dan mengerti apa yang harus di lakukannya.

"Kamu sepertinya punya banyak pengalaman ya Arion?haha" Evans tertawa.

"Tidak bos, saya hanya berfikir seperti itu saja. Bukannya bos sendiri lebih tahu selama ini saya terlalu sibuk bekerja, mana sempat mencari wanita" jawabnya dengan tegas.

"Ya, ya.. sekarang kan sudah tidak sibuk, cari saja wanita yang kamu sukai" kata Evans dengan santai.

"Tenang saja bos"

Setelah perbincangan santai dengan Arion selesai. Evans memutuskan untuk pulang menemui Diana dan akan bersikap lebih baik.

Dia kini berusaha untuk tidak terikat dengan masa lalunya dan traumanya untuk berjalan maju ke depan.

Meski belum mencintainya namun dia akan berusaha bersikap baik berhubung Diana sosok wanita yang tulus menjaga anaknya.

"Ben, mampir ke toko bunga" ucap Evans.

"Siap Bos" jawabnya dengan cepat.

Evans sedang dalam perjalanan pulang namun dia melihat toko bunga dan teringat dengan wajah Diana yang mulai selalu mengusiknya.

Dia membeli buket bunga mawar mewah yang di hias indah berharap Diana akan menyukainya.

Sesampainya dirumah Evans langsung mencari Diana.

"Lili, dimana Diana?" tanya Evans bertemu dengan Lili.

"Nyonya sedang di kamarnya, Tuan" jawab Lili.

Lili merasa lega karena sepertinya hubungan Tuannya akan menjadi lebih baik melihatnya membawa bunga.

Evans berjalan dengan cepat ke kamar Diana.

Tok.. Tok..

"Diana, ini aku Evans" ucap Evans di depan kamarnya.

Diana tidak mendengar suara Evans karena tertidur dengan posisi duduk dan bersandar di atas meja.

"Aneh, kenapa tidak ada jawaban?" Evans merasa khawatir tidak ada respon dari Diana.

Dia akhirnya masuk ke kamar Diana karena tidak tahan dengan rasa cemas yang dia rasakan.

Krieett..

"Diana?" panggilnya lagi.

Saat langkahnya masuk, Evans merasa sedih melihat Diana tertidur dengan air mata yang menetes di pipinya.

"Diana? kenapa kamu menangis?" gumam Evans mengusap air matanya.

Sentuhan tangan Evans yang lembut membuat Diana terkejut lalu terbangun.

"Eum.. Evans? ada apa?" ucap Diana.

"Diana, aku minta maaf ini untukmu" kata Evans menyerahkan bunga itu.

Diana terkejut dengan tindakan Evans yang berubah tapi dia takut jika perubahan yang tiba-tiba ini hanya sesaat saja.

"Terimakasih Evans, bunganya cantik" ucap Diana tersenyum.

Meski tersenyum Diana masih terlihat sedih dan takut jika Evans bersikap kasar dan dingin lagi kepadanya.

"Diana, apa kamu masih sedih?" tanya Evans.

"Eum.. tidak, aku hanya tidak tahu apa ini mimpi atau bukan" jawab Diana dengan ekspresi sedih.

Evans tidak ingin membuat Diana bingung dengan sikapnya jika dia menjelaskan semuanya dengan cepat.

Tangan yang ingin meraih wajahnya seketika ia tahan dan tak bisa menggapainya. Evans hanya bisa menahan dirinya dan ingin dengan perlahan lebih dekat dengan Diana dan merubah sikap dinginnya.

"Aku tidak bermaksud membuatmu sedih Diana, kamu istirahat lagi saja, maaf aku sudah membangunkanmu" kata Evans sambil keluar dari kamar Diana.

"Sepertinya sikapku sebelumnya membuat Diana sedih. Hmph! seharusnya aku tidak melakukan hal yang bodoh, kuharap dia tidak sedih lagi" benak Evans.

Sementara Evans keluar, di dalam kamar Diana menangis namun dia merasa lega karena Evans bersikap manis kepadanya meski dia belum tahu apa yang akan terjadi setelahnya.

Diana menghirup aroma bunga mawar itu dengan tersenyum.

"Evans, aku benar-benar tidak tahu seperti apa kamu sebenarnya? terkadang kamu bersikap manis tapi terkadang kamu dingin bahkan saat terakhir kali melakukannya kamu bersikap kasar. Kuharap kamu terus bersikap baik seperti ini seterusnya" gumam Diana.

Diana meminta Lili membawakan vas bunga agar bunga pemberian Evans tidak mudah layu.

"Lili, apa aku boleh senang dengan hal ini?" tanya Diana sambil memindahkan satu persatu tangkai bunga ke dalam vas.

"Tentu saja Nyonya. Bukannya Tuan romantis? dia bahkan melakukan hal yang belum pernah dia lakukan sebelumnya" kata Lili tersenyum senang.

"Benarkah? apa kamu hanya ingin membuatku senang dengan kebohongan?" tanya Diana.

"Saya tidak berani berbohong Nyonya, saya mengatakan yang sebenarnya. Tuan tidak pernah memberikan bunga" ucapnya dengan yakin.

"Eum.. baiklah sepertinya kamu tidak berbohong" jawab Diana merasa senang.

Diana tersenyum menatap bunga itu sedangkan Lili juga merasa lega melihat Diana tersenyum karena sebelumnya Diana tampak sedih.

Diana bersenandung dengan perasaan senang lalu memindahkan vas bunga itu di meja kecil yang berada di samping ranjangnya.

Dia berharap dengan melihat bunga itu bisa memberikan mimpi indah di setiap malamnya meski dia masih belum terbiasa dengan perubahan sikap Evans yang sering berubah-ubah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!