Bab 8

Saat itu hari belum terlalu malam, Diana merasa lapar dan kebetulan Evans mengajaknya makan malam bersama.

"Evans, kenapa Lucas tidak ikut kita makan?" tanya Diana penasaran.

"Dia pasti sudah makan, lebih baik kamu makan saja" jawab Evans.

Masih banyak keanehan yang belum terluruskan namun Diana tidak menanyakannya lebih jauh lagi.

Dia makan dengan tenang tapi Diana masih merasa malu atas apa yang sudah dia lakukan.

"Apa ada sesuatu di wajahku?" kata Evans yang bingung di tatap terus oleh Diana.

"Uhuk.. aku tidak menatapmu.. itu, aku sedang melihat lukisan di belakangmu" Diana mencoba mengelaknya.

Evans hanya tersenyum setelah mengetahui Diana sedari tadi menatapnya.

Makan malam bersama pun selesai, Diana yang masih merasa malu akhirnya tidak berani menatap wajah Evans lagi.

Dia langsung masuk ke kamar lain bukan ke kamar Evans.

Sedangkan Evans hanya membiarkannya begitu saja karena sudah melakukannya dengan bersemangat sebelumnya bersama Diana.

Dia merasa sangat puas melihat respon Diana yang seolah menginginkannya.

Keesokan harinya seperti biasa Evans sudah berangkat kerja tanpa memberitahu Diana.

Tok.. Tok..

"Nyonya, ini saya" ucap Lili di depan pintu kamar.

"Ada apa Lili?" jawab Diana.

"Saya mau menyampaikan pesan dari Tuan, kalau Nyonya sudah bangun Tuan meminta Nyonya ke kamarnya" kata Lili menjelaskannya.

"Tapi, dia sudah pergi kan?" tanya Diana panik.

"Sudah Nyonya" sambungnya lagi.

Diana merasa takut namun dia juga harus menuruti perintah dari Evans. Dengan perlahan Diana masuk ke kamar Evans lalu dia menemukan note di atas meja.

"Apa ini?" Diana mengambil note itu lalu membacanya.

"Diana, ini yang sudah ku janjikan sebelumnya. Pakai saja agar istriku ini tidak bosan" isi note tersebut.

Dibawah note itu terdapat handphone yang masih dalam kemasan baru terbungkus rapi.

"Padahal aku hanya menanyakan handphone ku bukan malah dibelikan yang baru, huh! dia pasti sengaja membatasi komunikasi ku dengan orang lain" gumamnya sedikit kesal.

Diana tidak pernah menerima barang mahal sedangkan Evans memberikan banyak hal yang harganya bisa setara dengan biaya hidupnya selama setahun.

Karena sudah terlanjur di belikan handphone, Diana merasa senang karena perlakuan Evans tidak sekejam yang dia pikirkan.

Diana akhirnya duduk sebentar di kursi kamar Evans lalu mencoba handphone barunya.

Ternyata di dalam handphone tersebut sudah ada 1 kontak yang di namai dengan kata suamiku.

Sudah jelas bahwa Evans yang menamai kontak tersebut.

"Haha.. dasar orang ini, bisa-bisanya seperti ini" Diana tertawa melihatnya.

Kemudian dia keluar dari kamar untuk melihat Lucas karena dia merasa senang saat bersamanya.

Tapi Diana masih belum terbiasa dengan setiap tindakan yang Lucas lakukan seperti saat Diana ingin menemaninya, Lucas selalu bertanya ke pengasuhnya, boleh bermain denganku atau tidak karena sepertinya dia tidak terbiasa.

"Lili, kenapa Lucas bersikap aneh seperti itu? dan lagi kenapa dia menganggap ku seperti ibu kandungnya? apa aku mirip dengan ibunya itu?" tanya Diana merasa bingung.

"Maaf Nyonya, saya tidak bisa menjawabnya. Silahkan tanya ke Tuan"

Semua memang terasa aneh bagi Diana bahkan Lili yang terlihat sudah sepenuhnya baik tetap tidak bisa menjelaskannya kecuali aku sendiri yang menanyakan ke Evans.

Setelah itu Diana berhenti menanyakan pertanyaan yang sama tanpa jawaban hingga tak terasa sudah seminggu dia berada dirumah mewah tersebut.

Sudah hampir 5 hari Diana tak melihat Evans karena katanya Evans sedang sibuk bekerja dengan usaha propertinya.

Evans adalah pengusaha yang memiliki banyak aset dan harta dalam bentuk lainnya.

Selama Evans tidak ada dirumah Diana hanya melakukan rutinitas yang membosankan baginya kecuali saat bermain bersama Lucas.

Pagi itu Diana berniat menghampiri Lucas untuk mengajaknya jalan-jalan di sekitar taman.

"Lucas" kata Diana memanggilnya.

Diana melihat dibalik pintu kamar Lucas yang tebuka sedikit.

Dia merasa panik karena ada seorang pria asing berbadan tinggi sedang mengangkat tubuh Lucas keatas.

"Siapa itu? kenapa aku baru melihat orang seperti itu? apa jangan-jangan dia penculik?" benak Diana.

Tanpa pikir panjang Diana mencari sesuatu yang bisa untuk memukul orang tersebut.

Setelah dia mendapat payung panjang di sekitar kamar Lucas akhirnya dia berjalan perlahan tanpa bersuara menghampiri pria tersebut.

Pow!

Lalu Diana langsung memukul pria asing tersebut.

"Hei! lepaskan anakku!" teriaknya dengan kencang.

"Akh! Diana.. apa yang kamu lakukan?" ucap pria asing itu berbalik menahan sakit di kepalanya yang di pukul oleh Diana dengan payung.

"Hah?! E.. Evans?" Diana menjatuhkan payung itu dengan ekspresi menganga melihat penampilan Evans yang berbeda.

"Iya.. ini aku, kenapa? apa kamu kesal karena tidak bisa menahan rindu? apa seperti ini caramu jika sedang marah?" Evans menurunkan Lucas dengan kesal mendapatkan pukulan dari Diana.

Diana terkejut dengan penampilan baru Evans yang sudah terlihat seperti pria pada umumnya. Evans memotong rambutnya dengan rapi hingga membuatnya terlihat semakin tampan.

"Ma.. maaf Evans, kupikir kamu penculik" kata Diana merasa takut.

"Lucas, kamu pergi ke bibi pengasuh ya? papa mau bicara dengan mama sebentar" ucap Evans dengan lembut ke Lucas sambil berjongkok.

"Iya papa" Lucas berlari keluar mencari bibi pengasuhnya.

Sedangkan Evans yang beranjak dari bawah itu melirik tajam ke arah Diana seperti orang yang sangat marah.

Deg!

Jantung diana berdebar kencang melihat lirikan Evans yang tak biasa.

"Diana, kemarilah! kamu pantas di hukum" ucap Evans mengintimidasi.

"Eum.. maaf Evans, aku benar-benar tidak sengaja" jawabnya dengan panik.

Diana tidak menuruti kemauan Evans karena takut mendapatkan hukuman yang mungkin akan menyakitinya.

"Hmph! baiklah, sepertinya istriku lebih suka bermain kasar" kata Evans mencoba menakuti Diana.

"A.. apa maksudnya Evans.. Tunggu! jangan mendekat" Diana berjalan mundur menghindari Evans yang semakin dekat berjalan maju ke arahnya.

Dengan cepat Evans mengangkat tubuh Diana yang ramping itu di atas pundaknya.

"Kyaa!! Evans.. Turunkan aku! apa yang kamu lakukan?" Diana memukul punggung Evans dan kaki yang tak berhenti bergerak berusaha berontak.

"Kamu lebih suka di perlakukan seperti ini kan? kenapa kamu tidak menurut dan membuatnya lebih mudah tanpa harus aku sampai berbuat seperti sekarang?" Evans merasa kesal namun tersenyum menggoda Diana.

"Haa!! Evans.. suamiku.. maafkan aku, aku akan menurut tapi turunkan dulu, ya?" Diana memohon dengan bersikap lebih tenang.

Orang-orang yang bekerja di rumah itu Evans membopong Diana namun mereka justru senang dan bersemangat melihat mereka tampak mesra hingga saling berbisik satu sama lain.

"Coba katakan lebih lembut lagi, agar bisa ku pertimbangan lagi" ucap Evans.

"Eum.. suamiku.. Evans.. sayang.. tolong lepaskan aku, hm? banyak yang melihat, bagaimana kalau Lucas juga melihat kita?" Diana mencoba memohon kembali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!