Bab 17

"Mama, aku mau makan itu" ucap Lucas menunjuk cake di depan Diana.

"Sini mama suapin" jawab Diana merasa senang.

"Jangan Lucas! makan ini saja, lebih enak dari pada kue itu" celetuk Evans memberikan kue lain.

Diana tidak mengerti dengan sikap Evans yang menyebalkan dan berusaha membuat Diana kesal.

Dia melirik tajam ke arah Evans namun Evans justru tidak menatap mata Diana yang justru terkesan menghindarinya.

"Kenapa lagi dia? apa aku berbuat salah? tingkahnya lebih kekanakan" benak Diana.

Dengan perasaan yang kesal Diana memakan cake itu dengan lahap dengan menancapkan garpu lebih keras hingga Evans meliriknya sebentar namun tak di perdulikan.

"Makan lagi sayang" ucap Evans menyuapi Lucas.

Suasana hangat yang terjadi hanya ada pada Lucas dan juga Evans yang tersenyum senang dan sesekali tertawa namun berbeda dengan Diana yang di buat kesal oleh Evans.

"Eum.. tahu begini, lebih baik aku tidak ikut" gumam Diana sangat kesal.

Meski bergumam sebenarnya Evans mendengar ucapan Diana namun rasa cemburunya yang besar setelah melihat Diana berpelukan dengan pria lain tentu saja membuatnya bersikap acuh.

Mulai dari membeli berbagai barang hingga bermain game. Diana tak di ikut sertakan namun hanya berdiri di samping mereka yang tertawa senang.

Lucas berusaha mengajak Diana namun Evans berhasil menghentikannya dengan dalih menemaninya bermain dengan puas. Tentunya Lucas sangat senang karena hal itu jarang dia lakukan dengan ayahnya.

"Papa.. mau es krim" pinta Lucas di gendongan Evans.

"Oke" jawab Evans dengan tersenyum.

Diana sudah tidak memperdulikan sikap Evans kepadanya sehingga dia merasa lelah dan berjalan lebih lambat.

"Istriku! cepat jangan jauh-jauh" ucap Evans menoleh ke belakang.

"Hah?! apa tidak salah, seharusnya abaikan saja terus. Huh!" gumam Diana.

Meski ingin merajuk namun dia tidak berani jika Evans sudah memintanya melakukan sesuatu. Dia akhirnya berjalan lebih cepat menghampiri mereka dengan canggung.

Evans tidak ingin jika Diana sekali lagi jauh dari pengawasannya dan pergi menemui Ditrian lagi.

Suasana hatinya yang sedang buruk membuat Evans terbawa emosinya.

"Mama coba ini" Lucas menyuapi es krim yang di pegang olehnya.

"Eum.. makasih sayang" jawab Diana setelah memakan es krim tersebut.

Posisi Lucas yang sedang di gendong itu membuat wajah Diana menjadi lebih dekat menghadap Evans hingga membuatnya terkejut.

"Istriku, kenapa kamu seperti anak kecil" ucap Evans sambil menyentuh bibir Diana dengan jarinya.

"Eum.. manis" Evans menjilat jarinya yang telah menyentuh bibir Diana karena adanya sisa es krim yang menempel.

"E.. Evans.. apa yang kamu lakukan?" kata Diana merasa mu hingga wajahnya memerah.

"Ini.. hukuman untukmu Diana" bisik Evans menggodanya.

Diana terbelalak mendengar suara rendah Evans yang sangat menggodanya.

"Apa-apaan dia? bisa-bisanya berbuat seenaknya, kenapa juga dengan lirikan matanya itu?" benak Diana.

Setelah itu Evans bersikap seperti biasa lagi untuk membuat Lucas kembali senang pergi bersama dengannya.

"Jangan goyah! dia pasti hanya ingin meledekmu saja, Diana" benaknya lagi.

Sedangkan Diana sedang bertanya-tanya dengan sikap Evans yang aneh dan sering kali berubah-ubah tanpa di sangkanya.

Mereka cukup lama berada disana hingga sore hari pun tiba dan mereka pun pulang ke rumah.

Lucas tidur lelap setelah lelah bermain seharian bersama dengan ayahnya dan juga Diana.

"Dia terlihat lelah" ucap Diana mengelus rambut Lucas.

"Iya.. biarkan dia tidur! ada hal penting yang harus kita lakukan" jawab Evans penuh dengan maksud.

Diana merasa takut jika Evans akan bersikap kasar kepadanya mengingat sikapnya yang sebelumnya berubah menjadi acuh.

Dia takut nantinya Evans akan bersikap dingin lagi tanpa sebab yang pasti.

Mereka keluar dari kamar Lucas dengan perlahan agar tidak membuatnya terbangun.

"Tunggu! Evans.. apa maksudmu?" tanya Diana penasaran.

"Kamu harus dihukum Diana" jawab Evans menarik tangan Diana.

Evans menariknya masuk ke dalam kamarnya hingga Diana merasa takut karena kini dia sudah duduk di sudut kasurnya.

"E.. Evans.." panggil Diana panik.

"Diana! apa kamu pura-pura tidak tahu? haah?! aku benar-benar benci jika ada yang berani menyentuh milikku" pekik Evans menyentuh kepalanya.

Deg!

Diana mulai mengerti apa yang dimaksud oleh Evans hingga membuatnya sangat marah.

"Evans.. maafkan aku! aku bisa jelaskan, semua ini hanya salah paham" ucap Diana sangat panik.

Evans mendekat ke arah Diana dan menatapnya dengan tajam hingga Diana condong ke belakang menghindari Evans.

"Kyaa.." Diana berteriak karena terjatuh hingga terbaring dengan posisi Evans di atasnya.

"Aku akan menghapus jejak si brengs*k itu" Evans memeluk Diana dengan mengangkat punggungnya agar bisa mendekapnya.

Diana merasa bersalah namun dia berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Evans.. aku minta maaf! saat itu Ditrian dan aku tidak bermaksud seperti yang kamu pikirkan. Itu hanya pelukan perpisahan karena dia tidak akan bertemu denganku lagi. Evans apa kamu mendengarku?"

"Sstt! diam Diana. Aku tidak mau tahu alasannya tapi kamu sudah membuatku kesal" ucap Evans semakin memeluk erat Diana.

Diana terdiam dalam pelukan Evans. Dia mengira bahwa Evans sangat posesif dan tidak ingin membiarkannya bebas melakukan apapun meski dengan orang yang sudah seperti saudara baginya.

"Haa.. Evans! lepaskan, terlalu kencang" pinta Diana sambil menepuk punggung Evans.

Evans terlalu erat memeluk Diana sehingga membuatnya sulit untuk bernafas namun akhirnya dia melepaskan pelukannya.

"Diana! apa kamu mencintai pria itu? jawab!!" tanya Evans merasa kesal.

"Apa maksudmu Evans? aku tidak ada hubungan apapun dengan Ditrian. Aku sudah menganggapnya seperti kakakku sendiri" jawab Diana dengan tegas.

"Jangan sebut nama pria lain Diana! aku tidak mungkin salah mengira apalagi tatapan pria itu.. hah! sudahlah" ucap Evans semakin kesal.

Evans keluar dari kamar agar tidak bersikap kasar kepada Diana jika kamu sedang dalam kondisi seperti sekarang.

Emosinya yang membara itu semakin tersulut saat Diana menyebut nama Ditrian karena Evans melihat tatapan Ditrian yang begitu dalam kepada Diana.

"Aneh, kenapa Evans pergi? sebenarnya apa yang dia pikirkan?" ucap Diana terheran.

Evans pergi ke taman dan duduk disana untuk melepaskan penat dan emosinya dengan merokok.

"Fuhh.. Diana.. kenapa kamu membuatku gila? apa bagusnya pria itu? kenapa kamu membelanya padahal aku suamimu dan apa kamu tidak tahu kalau aku sedang cemburu? bisa-bisanya kamu menyebut nama pria lain di depanku" gumam Evans.

Di sana Evans duduk termenung merasakan keanehan dalam dirinya yang lama tak merasakan perasaan cemburu yang kini menjadi semakin besar jika itu berhubungan dengan Diana.

Padahal dia tidak pernah goyah semenjak istrinya yang dulu meninggal tapi kini kehadiran Diana merubah segalanya hingga Evans menjadi lebih posesif.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!