Bab 15

Evans menyeringai lalu melirik ke arahnya hingga Ditrian menyadari posisinya saat itu.

Sedangkan Diana sama sekali tidak bisa berkutik dengan semua yang Evans lakukan terhadap dirinya.

"Aku tahu pasti Diana di ancam. Mana mungkin Diana mau menjadi istrinya" dalam benak Ditrian sangat marah sambil mengepalkan tangannya.

"Bagaimana? sudah jelas bukan?" ucap Evans meledeknya.

"Baiklah! aku akan datang kembali untuk menjemput Diana. Pastikan dia baik-baik saja! Aku tidak akan bersikap lunak jika ada hal yang mengancam keselamatan Diana!" pekik Ditrian hendak meninggalkan mereka.

Ditrian tersenyum dengan ekspresi sendu menatap Diana sebelum dia berjalan keluar dari ruangan tersebut.

"Jangan harap bisa menginjakkan kaki dirumah ku! lebih baik menyerah saja! Diana tidak akan mau ikut denganmu" kata Evans sambil merangkul Diana.

Diana sangat ingin berbicara dengan Ditrian namun dia tidak berani melawan Evans, apalagi bahunya di genggam erat oleh tangan Evans yang merangkulnya.

"Diana, tunggu aku dan bersabarlah! aku akan mengeluarkanmu dari sini" ucap Ditrian berpamitan dengan Diana.

"Di.. Ditrian.." panggil Diana ingin berbicara dengan Ditrian namun di halangi oleh Evans yang tiba-tiba memeluknya.

Langkah kaki Ditrian yang semakin jauh, tak mampu di raih oleh lambaian tangannya. Hanya pandangan matanya saja yang mengiringi langkah Ditrian yang kini tak mampu di lihatnya lagi.

Pelukan erat dari Evans terasa seperti tembok besar yang menghalanginya untuk bisa mengatakan sepatah kata kepada Ditrian teman masa kecilnya.

Air mata Diana mengalir menangisi satu-satunya orang yang selalu mendukungnya yang lama sudah tidak pernah ia temui.

"Hiks.. Evans, apa aku benar-benar tidak berhak bicara meski dengan temanku?" ucap Diana menangis dalam pelukan Evans.

Diana melingkarkan tangannya ke punggung Evans menangis tersedu-sedu meratapi nasibnya.

"Maafkan aku Diana, aku tidak mau kamu pergi. Hanya ini yang bisa kulakukan" jawab Evans mencoba menenangkan Diana.

"Haa.. aaa.. hiks.. hiks.. Aku bahkan tidak penting bagimu Evans. Untuk apa aku masih tetap di perlakukan seolah aku berharga bagimu? semua yang kamu lakukan hanya membuatku bingung. Kamu terus mendorongku jauh tapi sekarang kamu menarikku dengan tali kekang yang kuat hingga aku tidak bisa bergerak! apa maumu Evans?" kata Diana memukul kecil punggung Evans.

"Diana! sekarang kamu adalah istriku. Mana mungkin aku diam saja jika ada pria yang ingin membawamu. Apa aku salah?" ucap Evans melepaskan pelukannya lalu memegang bahu Diana sambil menatap wajah Diana.

"Hiks..hiks" Diana hanya menangis lalu berbalik meninggalkan Evans di ruangan itu.

Melihat Diana sedih dan pergi membuat Evans semakin tidak mengerti tentang apa yang sudah dia lakukan.

"Apa aku keterlaluan? bukannya itu wajar? aku bahkan sudah berusaha bersikap baik tapi kenapa Diana...Hmph!" Benak Evans.

Dia sangat ingin menghampiri Diana yang menutup diri di kamar namun dia tidak ingin membuat Diana semakin sedih dan marah kepadanya.

Keesokan harinya.

Evans sedang menunggu Diana untuk sarapan bersamanya tapi Diana tak kunjung keluar dari kamarnya.

"Ck.. apa dia berniat merajuk seterusnya? haah.."

Kali ini Evans tidak bisa menahan emosinya hingga akhirnya dia tidak bisa hanya diam saja.

"Diana,jangan kekanakan! kamu tidak lupa, kan? apa tugasmu dirumah ini" pekik Evans di depan pintu kamar Diana.

Meski Diana sedang tidak ingin bertemu dengan Evans namun ucapan Evans selalu membuat dia takut dan tak bisa mengabaikannya.

Ceklek!

Diana akhirnya membuka pintu kamarnya dengan tatapan mata yang sendu dan sembab setelah menangis semalaman.

"Ada apa Evans? apa ada yang harus kulakukan?" tanya Diana.

"Oh? ternyata kamu masih bisa bertanya, ya! cepat ikut!" ucap Evans sambil menarik tangan Diana.

Diana tak berkutik dengan setiap apa yang Evans lalukan.

"Tunggu! pelan Evans!" pinta Diana tak di gubris.

Mereka berjalan dengan cepat berjalan ke arah meja makan. Sesampainya disana nafas Diana terengah-engah karena hampir seperti berlari saat di tarik tangannya oleh Evans dan mengimbanginya yang berjalan sangat cepat.

"Duduk!" Evans mengarahkan Diana duduk di sampingnya.

"Eum" Diana hanya bisa diam menurutinya.

Evans sangat pusing melihat tingkah Diana yang masih saja merajuk meski dia berusaha bersikap baik dan melunak.

Dia melirik Diana yang hanya melihat makanan di depannya lalu menghela nafas "Haah.."

"Diana.. meski kamu tidak suka denganku tapi kamu harus tetap makan!" ucap Evans merasa frustasi.

"Eum.. iya Evans" jawabnya dengan raut wajah muram.

Di meja makan itu sudah tersajikan berbagai makanan yang Diana sukai namun demikian Diana tak berselera makan meski sangat menyukai makanan tersebut.

Dia hanya memakan sesuap itupun karena Evans memperhatikannya.

"Haah.. Diana, makan yang banyak. Ayo buka mulutmu, istriku. Aaa~" ucapnya berusaha menyuapi Diana.

"Iya.." Diana akhirnya mau disuapi oleh Evans.

"Istriku? apa aku tidak salah dengar? apa sekarang Evans benar-benar menganggapku istrinya?huft.. pasti ini hanya cara dia agar aku tidak marah lagi. Hmph!" benak Diana sambil melirik Evans.

Evans yang sedang mengambil makanan lagi tiba-tiba menoleh dan melihat Diana sedang meliriknya lalu diapun sedikit tersenyum.

"Pfftt..Apa ada sesuatu di wajahku,Diana?" tanya Evans meledeknya.

"A.. apa? eung.. Evans, aku sudah kenyang. Aku mau kembali ke kamar" jawab Diana gugup dan salah tingkah.

Kemudian Diana berusaha menghindar dengan beranjak dari kursi hendak pergi.

Set!

Grep!

Evans menahan tangan Diana agar tidak pergi dan Diana pun tak bisa melanjutkan langkahnya.

"Mau kemana Diana? jangan bohong! kamu baru makan sesuap, mana mungkin sudah kenyang" ucap Evans tersenyum senang meledeknya.

"Si.. siapa?" jawab Diana mengelak.

Kruk.. kruk.. kruk!

Perut Diana berbunyi tanpa di sadarinya.

"Hahaha... Duduk dan makan lagi, perutmu tidak bisa berbohong Diana" Evans tertawa mendegar perut Diana yang keroncongan.

"Eum.. iya" jawabnya merasa malu.

Diana kembali duduk untuk makan karena masih merasa lapar setelah sebelumnya berbohong kepada Evans.

Dia sesekali memejamkan matanya lalu menghela nafasnya karena malu yang tak tertahankan.

Sedangkan Evans tersenyum dan puas meledek Diana dengan sesekali menatap Diana yang sedang salah tingkah.

Mereka akhirnya sarapan bersama dengan suasana yang sudah jauh lebih baik setelah sebelumnya terjadi banyak hal yang membuat mereka berselisih.

Meskipun begitu Diana masih belum melupakan kejadian kemarin saat dia mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya yang terus mengganjal.

"Diana" panggil Evans dengan pelan.

"Iya kenapa Evans?" jawab Diana.

"Hari ini kamu bersiap lah! aku mau pergi dengan Lucas dan kamu boleh ikut" ucap Evans sambil mengelap mulutnya setelah selesai makan.

Diana sangat terkejut karena baru kali ini Evans mengajaknya keluar rumah padahal sebelumnya dia di larang oleh Evans.

"Baiklah, aku akan bersiap sekarang. Tunggu aku Evans" jawab Diana sangat antusias.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!