Bab 19

Keseharian mereka berlangsung dengan baik setiap harinya hingga kini Diana sudah hampir 3 bulan menjadi istri Evans dan sudah terbiasa tinggal disana dengan perannya sebagai istri dan juga ibu.

Namun ketenangan itu tidak berlangsung lama karena ada tamu tak di undang datang kerumahnya.

"Siapa kamu?" tanya wanita itu dengan sinisnya ke Diana.

"Saya istri Evans, maaf anda siapa?" tanya balik Diana.

"Omong kosong macam apa itu? sejak kapan Evans nikah lagi?" kata wanita itu tidak percaya.

Tiba-tiba di tengah perdebatan itu Evans datang menghampiri Diana.

"Ada apa ini?" tanya Evans dengan serius.

"Siapa perempuan ini Evans?" kata wanita itu.

"Dia istriku kak, kenapa tidak kasih kabar kalau mau datang?" jawab Evans merangkul Diana.

"Kenapa kamu tidak menghubungi sama sekali kalau kamu sudah nikah lagi? meskipun aku bibinya Lucas, aku juga berhak tahu siapa yang akan jadi ibu sambungnya" ujar wanita itu merasa kesal.

Diana mulai mengerti dari pembicaraan itu mungkin wanita itu adalah kakak dari ibunya Lucas karena wajahnya juga sedikit mirip.

"Tidak perlu seperti itu, yang penting sekarang dia adalah istriku. Kuharap kakak mau bersikap lebih sopan lagi" pinta Evans.

"Yasudah, dimana ponakan kecil ku itu?"

"Ada di kamar, silahkan saja kesana kak! pasti Lucas senang" jawab Evans.

Raut wajah Evans yang biasanya datar kini terlihat mengernyitkan keningnya seolah kedatangan Kirana kakak iparnya itu adalah hal yang merepotkan.

Saat Kirana pergi ke kamar Lucas pun Evans menghela nafas panjang.

"Kenapa Evans?" tanya Diana penasaran.

"Tidak apa-apa Diana, abaikan saja kalau kakak iparku mengganggumu" jawab Evans sambil menyentuh bahu Diana.

"Eum" Diana mengangguk lalu tersenyum.

Melihat senyum manis dari wajah Diana membuat Evans berdebar dan sangat ingin menyentuh wajah Diana namun saat itu perasaan Evans sedang campur aduk setelah kedatangan kakak iparnya sehingga ia pun mengurungkan niatnya untuk bermesraan dengan Diana.

"Diana kenapa kamu sangat cantik?" benak Evans.

Evans melamun dengan terus menatap wajah Diana.

"Evans?" panggil Diana terheran.

"Ah! Diana, aku mau pergi ke kantor kalau ada apa-apa hubungi saja, ya" kata Evans tersenyum setelah tersadar dari lamunannya.

"Yasudah. Hati-hati di jalan ya Evans" jawab Diana.

"Baiklah, sampai jumpa nanti malam"

"Eung"

Setelah Evans pergi Diana berniat ke kamarnya Lucas namun mengingat bahwa ada bibinya, Diana mengurungkan niatnya dan pergi ke tempat lain mencari Lili.

Sementara itu di kamar Lucas.

"Lucas apa kamu lapar?" tanya Kirana perhatian ke Lucas.

"Tidak bibi, Lucas makannya nanti sama mama" jawab Lucas dengan tersenyum menatap bibi yang lama tidak bertemu dengannya.

"Oh begitu? kamu suka sama mamamu itu?"

"Iya"

Lucas kembali memainkan mainan di depannya sedangkan Kirana merasa ada yang mengganjal karena Lucas tidak biasanya dengan cepat menyukai orang asing.

Kirana belum mengetahui apa yang selama ini Evans lakukan karena semenjak kepergian adiknya, dia pergi jauh ke luar negeri untuk menghilangkan kesedihannya.

Di sisi lain, Diana sedang berada di tempat yang kini menjadi tempat favoritnya.

Diana sering melukis di area taman yang terbuka untuk mengasah bakatnya yang belum mahir layaknya seorang pelukis profesional.

"Nyonya, cuacanya panas. Apa tidak masalah Nyonya di luar seperti ini?" tanya Lili yang khawatir.

"Tidak masalah Lili, lagian hanya ini yang bisa kulakukan untuk mengisi waktu luang. Padahal aku mau main sama Lucas tapi kan ada bibinya" jawab Diana.

"Saya hanya ingin mengingatkan, Nyonya Berhati-hatilah dengan Nona Kirana karena dia bisa saja cari masalah" bisik Lili ke telinga Diana.

"Apa?! maksudnya apa Lili?" tanya Diana yang terkejut.

Lili akhirnya menceritakan tentang Kirana yang sering mencari masalah bahkan waktu adiknya masih hidup pun Kirana mencoba mengganggu hubungan antara Evans dan adiknya.

Sebenarnya Kirana menaruh perasaan terhadap Evans namun karena Evans lebih memilih adiknya membuat Kirana geram dan sering mencari masalah dengan Evans.

Bahkan saat adiknya meninggal, Kirana sangat marah dan menyalahkan Evans atas apa yang terjadi dengan adiknya.

"Apa benar seperti itu Lili? apa dia juga akan membenciku? apa dia masih mencintai Evans?" tanya Diana sangat penasaran.

"Mengenai hal itu saya kurang tahu karena Nona Kirana lama tidak kesini tapi seperti yang saya peringatkan sebelumnya, lebih baik Nyonya hati-hati" jawab Lili setelah melihat ke kanan kirinya memantau situasi.

Lili terlihat waspada dengan kehadiran Kirana yang bisa menjadi boomerang di rumah tangga Diana karena bisa saja Kirana melakukan berbagai macam cara untuk memisahkannya.

"Yasudah semoga saja dia tidak mencari masalah denganku" kata Diana sambil mengulas kuas di kanvas.

"Iya Nyonya, panggil saya jika dia mengganggu Nyonya" jawabnya dengan serius.

"Haha.. kalau aku memanggilmu apa yang mau kamu lakukan Lili?" tanya Diana setelah tertawa melihat tingkah lucu dari Lili.

"Saya bisa meninjunya kalau memang di perlukan Nyonya" jawab Lili dengan polosnya.

"Haha.. sudah.. sudah.. kamu benar-benar lucu Lili. Jangan gunakan kekerasan, aku pasti bisa menghadapinya jika dia menggangguku"

"Baik Nyonya"

Diana di buat tertawa terus oleh setiap perkataan Lili hingga keluar air mata dari sudut matanya.

Mereka duduk di sekitar taman yang indah itu sampai Diana merasa cukup untuk melukis pemandangan di taman tersebut.

Biasanya Lucas ikut menemani Diana alih-alih bermain di taman dan Diana juga terkadang melukis Lucas dalam lukisannya yang belum sebagus yang dia inginkan.

"Lili, nanti kalau aku sudah bisa melukis dengan baik. Mau tidak kamu ku lukis?" tanya Diana menoleh ke arah Lili.

"Wah.. tentu saja saya mau Nyonya. Terimakasih" jawab Lili sangat antusias.

"Syukurlah kalau kamu mau, saat waktunya tiba bersiaplah"

"Iya Nyonya"

Lili yang bekerja sebagai pelayan di rumah itu, di perlakukan dengan baik oleh Diana sehingga dia sangat senang bisa melayani Diana dengan sebaik mungkin.

Sifat Diana yang mirip dengan ibu kandung Lucas membuat pekerja dirumah itu pun menerima Diana dengan senang karena Nyonya dirumah itu hampir sama dengan yang sebelumnya.

"Lili, aku sudah lelah. Bisa tolong bantu bereskan?"

"Siap Nyonya"

Rupanya perasaan Diana saat itu sedang tidak enak setelah mendengar bahwa Kirana mempunyai perasaan terhadap Evans sehingga membuatnya cemburu tanpa ia sadari.

"Apa Evans juga pernah menyukai Kirana? dia kan sangat cantik" benak Diana.

"Nyonya?" panggil Lili melihat Diana melamun.

"Ah! Lili, sudah selesai?" tanya Diana.

"Sudah Nyonya"

"Yasudah kita kembali ke rumah"

"Iya Nyonya" kata Lili.

Kali ini Diana merasa sedikit khawatir meski hubungannya dengan Evans hanya kontrak namun dia takut Evans mempunyai perasaan terhadap Kirana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!