"Kita makan malam di belakang saja, ya? kursinya tidak cukup jika semua berkumpul seperti ini." ujar Zoya setelah menyiapkan makan malam dan memanggil anak cucunya yang berkunjung untuk segera ke gazebo belakang.
"Ting... tong... " Suara bel membuat Zoya yang masih berada di bawah tangga pun berjalan untuk membukakan pintu.
Terlihat sosok gadis manis dengan lesung pipit menghias saat menampilkan senyumnya. Aina kini tengah berdiri di depan pintu.
"Selamat malam, Tante. Mas Alex-nya ada?" tanya Aina ketika Zoya menatapnya penuh tanya.
"Oh, temannya Alex. Mari, masuk! Aku panggilkan Alex dulu."
Zoya pun mempersilahkan gadis itu untuk menunggu. Wanita anggun dengan tampilan sederhana itu pun berjalan ke belakang mencari Alex yang masih menyelesaikan makan malam bersama.
"Kak Alex, ada yang nyari." ucap Zoya membuat Alex mengernyitkan kedua keningnya kemudian dia meletakkan kembali sendok dan garpunya dengan sopan.
Lelaki yang irit bicara itu pun beranjak tanpa bicara lagi. Langkah panjangnya kini tertuju pada ruang depan di mana Aina menunggu.
Gadis yang sudah membawa parcel itu terlihat sedikit gugup dan duduk dengan gelisah sambil memainkan jari- jari tangannya yang terasa dingin.
"Aina, kamu dengan siapa, malam- malam begini?" tanya Alex begitu mencemaskan Aina. Alex tidak ingin kejadian buruk seperti kemarin akan terulang lagi.
"Sendiri, Mas. Aku tadi sempat ke rumah sakit tapi ternyata Mas Alex sudah pulang. Jadi aku memutuskan untuk datang ke sini saja." jelas Aina.
"Aku sudah sehat. Kamu jangan khawatir!" jawab Alex dengan singkat. Dia memang sudah mengganggap lukanya sudah sembuh benar.
Sejenak mereka terdiam. Aina, gadis yang terlihat polos itu beberapa kali mengubah posisi duduknya. Dia tidak menyangka, lelaki yang pernah jadi kakak tingkatnya saat masih kuliah itu ternyata dari keluarga konglomerat.
"Baiklah kalau begitu, aku pamit saja, Mas. Aku hanya ingin memastikan keadaan Mas Alex." ucap Aina kemudian beranjak dari duduknya dia merasa sangat bersalah pada lelaki yang sudah mati- matian menolongnya itu.
"Assalamu'alaikum..." Belum sempat Aina beranjak, suara yang berasal dari pintu utama membuat keduanya menoleh.
"Waalaikum salam..." jawab keduanya hampir bersamaan. Alex menatap Kirey dengan rasa terkejut. Dia tidak menyangka gadis yang kini banyak berubah itu berdiri di depannya dengan mendekap sebuah map tebal.
Sedangkan dalam hati, Kirey tersentak kaget saat melihat Alex bersama dengan seorang gadis. Dia Masih hafal, gadis itulah yang menemani Alex saat di rawat.
Bagaimana bisa kedua orang tuanya berfikir untuj menjodohkannya dengan Alex. Sementara, lelaki itu sudah dekat dengan gadia lain.
"Ehm... Om Hans ada?" tanya Kirey terlihat canggung. Gadis itu tidak mampu menatap mata tajam lelaki yang masih melihat lekat dirinya.
"Ada di belakang." jawab Alex dengan kalimat simplenya.
Kirey memaksakan langkahnya yang terasa berat. Gadis itu mati- matian menenangkan perasaannya yang sudah sangat kacau.
"Sebaiknya, kamu diantar sopir. Aku tidak ingin hal buruk terulang lagi, Na." Kalimat yang keluar dari bibir Alex untuk Aina masih terdengar jelas di telinga Kirey, meskipun langkahnya mulai meninggalkan mereka.
Gadis yang merasa sedih itu hanya bisa menghela nafas panjang. Hatinya masih sama, meskipun dia mulai menepis semua rasa yang pernah ada untuk lelaki yang selalu abai padanya.
Entah, kenapa sedikit pun Alex tidak pernah memberi celah dan menganggap keberadaannya. Bahkan, secara terang- terangan dia mengatakan tidak menyukai gadis manja seperti dirinya.
Tapi anehnya, rasa kecewa yang ditorehkan hingga bertubi-tubi oleh cowok pendiam itu tidak juga bisa memupuskan perasaan cinta yang selama ini tersimpan untuknya.
"Aunty.... " pekik Kanaya saat melihat gadis yang mengenakan kerudung coklat yang senada dengan rok plisket itu sedang berjalan. Kanaya langsung berlari menghampiri Kirey yang muncul dari pintu belakang. Kirey memang sudah dekat dangan putri sulung Hanum.
"Opa ada, Sayang?" tanya Kirey sambil mencubit pipi bulat Kanaya. Kemudian memeluk dan menciumi bocah kecil yang selalu membuat heboh itu.
"Ada, Aunty Key. Ayo aku anterin." Kanaya langsung menarik tangan Kirey menuju tempat di mana opanya yang masih duduk bersama Oma Zoya.
"Om Hans, ada yang ingin Kirey tanyakan." ucap Kirey langsung ke intinya karena dia takut akan kemalaman jika harus berbasa basi.
Kirey memutuskan mendatangi Hans karena dia enggan berurusan dengan mamanya. Padahal Mama Kyara juga mempunyai kemampuan yang patut diacungi jempol dalam menangani suatu kasus.
Akhirnya Zoya pun pamit dengan membawa Kanaya agar tidak mengganggu urusan Opa dan aunty-nya. Wanita yang sudah menemani suaminya selama bertahun-tahun itu sudah faham dalam menempatkan posisinya.
Hampir satu jam mereka berbincang. Sempat juga Hans menyarankan agar tidak melanjutkan kasus yang mana si korban saja enggan untuk membukanya. Tapi, Kirey masih bersikeras. Bukan sekedar uang atau pamor. Tapi bagi gadis cantik itu, semua tentang hidup dan harga diri seorang wanita.
"Aku sungguh mengkhawatirkanmu, Key." ucap Hans dengan serius, dia seolah sedang berfikir dan mempertimbangkan banyak hal.
"Aku akan baik - baik saja, Om. Aku hanya tidak rela orang yang berkelakuan bejat itu masih berkeliaran dengan santainya. Sementara seorang gadis sudah hancur masa depannya dan menyembunyikan diri karena rasa takut dan malu." ucap Kirey. Dia pun membereskan barang yang sempat dia bawa dari rumah.
"Key pamit, Om." Kirey pun mengambil tangan Hans dan mencium punggung tangan besar itu dengan takzim. Dia sudah menganggap Hans seperti papanya sendiri, karena sebelum kuliah di luar negeri, dia biasa tidur di rumah besar Hans bersama Hanum.
Saat kirey mencari keberadaan Zoya, asisten rumah tangga memberi tahu jika Zoya sedang menidurkan Kanaya sehingga membuat Kirey memutuskan langsung pulang.
Gadis itu pun menghampiri mobilnya yang terparkir di dekat gerbang. Dia pun masuk ke dalam mobil dan mencoba untuk memundurkan mobilnya keluar halaman.
Tapi gadis itu menghentikan mobilnya yang masih berada di pinggir jalan, tepatnya di depan rumah Hans karena mobil berwarna putih itu terasa aneh.
Kirey berniat keluar dan melihat kondisi bannya dan ternyata, ban depan sebelah kiri sudah kempes.
"Astagfirullah, mungkin ini namanya kualat." Kirey merogoh ponselnya dan akan memesan taksi online. Sebelum berangkat kerumah Hans, dia memang sempat ribut dengan mamanya.
Tapi baru saja menghidupkan ponselnya, cowok yang selalu saja membuatnya terluka itu menghampiri.
"Kenapa?" tanya Alex.
"Bannya kempes." jawaban Kirey pun ikut terdengar dingin. Dia tidak akan melukai harga dirinya sendiri karena mengharap sikap manis dari Alex.
"Aku akan mengantarmu." ucap Alex langsung meninggalkan Kirey yang belum sempat mengatakan penolakan.
Mobil Pajero sport itu keluar dari garasi dan berhenti di depannya. Sejenak, dia terdiam mempertimbangkan banyak hal hingga akhirnya suara klakson menyadarkannya.
"Cepat!" titah Alex saat menurunkan kaca jendela mobil.
Kirey pun membuka pintu mobil. Gadis itu akhirnya pulang diantar Alex dan meninggalkan mobilnya di sana.
Di dalam mobil suasana menjadi hening. Tak ada satu pun kata yang keluar. Padahal Kirey masih mengkhawatirkan keadaan Alex yang dia yakin belum pulih benar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Niee
gengsi mu bang alex..bnr2 kacau.ka
2024-01-30
0
Nendah Wenda
ketus banget Alex jangan bilang padahal diam diam dia suka key tapi kebanyakan gengsi
2024-01-27
0
Indo Mie
Mau ngomong takut si kirey ya, Alex nya kayak kulkas gitu 🤣🤣
2023-02-22
1