19

Zuin terus mengamati Dastin sejak tadi. Sudah lebih dari sepuluh menit yang lalu mereka sampai di tempat tinggal pria itu. Kini keduanya duduk di sofa dengan pandangan Zuin yang tak pernah lepas dari pemilik wajah tampan itu.

"Ada sesuatu di wajahku?" tanya Dastin. Ia merasa aneh pada gadis di sebelahnya itu yang terus-terusan menatapnya sejak tadi. Padahal ia sudah menyuruh gadis itu tidur.

"Wanita jutek itu pacarmu?" pertanyaan Zuin yang tiba-tiba itu sontak membuat Dastin menatapnya dengan alis terangkat.

"Wanita mana?"

"Yang tadi,"

Dastin mencoba mengingat-ingat wanita yang bersamanya tadi. Selain Zuin hanya ada Ayyara yang berjenis kelamin perempuan di dekatnya tadi.

"Maksudmu Ayyara?"

"Aku tidak peduli siapa namanya. Katakan saja kau pacaran dengannya atau tidak." celetuk Zuin menyandarkan badannya ke sandaran sofa. Dastin terkekeh. Sejak kapan ia pacaran dengan Ayyara. Ia tidak ada perasaan apa-apa pada wanita itu.

"Dia bukan pacarku. Aku juga tidak berniat memacari wanita di tempat kerja yang sama denganku." ucap Dastin seadanya. Kali ini ia menatap mata Zuin lekat-lekat.

"Kenapa bertanya?" tanyanya menatap ke dalam mata Zuin. Gadis itu berdeham salah tingkah. Ia jadi salfok dengan wajah tampan Dastin yang menatapnya dari jarak sedekat ini. Tangannya terangkat mendorong dada pria itu agar menjauh sedikit darinya.

"Aku hanya ingin tahu saja. Karena wanita itu terus menatapku tidak suka tiap kali aku berada di dekatmu. Entah karena aku cantik atau dia cemburu melihatku terus berada di sampingmu. Aku bisa merasakannya." jawab Zuin blak-blakan. Dastin sampai-sampai menertawai kepercayaan dirinya yang sangat tinggi.

"Aku paham kenapa Ayyara tidak menyukai gadis pembangkang sepertimu." katanya menatap remeh gadis itu. Mata Zuin membulat.

"Pembangkang katamu?" ia melotot tidak terima. Sementara Dastin tertawa kecil merasa lucu.

"Memangnya menurutmu kau gadis yang penurut?" pria itu menatap Zuin dengan raut wajah mengejek. Sementara Zuin terdiam. Tidak ada yang salah dari perkataan Dastin. Pria itu benar, tapi dia merasa tidak senang saja mendengarnya.

"Aku mau tidur!" ketusnya karena merasa kalah dari pria itu, lalu berdiri menuju kamar Dastin yang kini menjadi tempat tidurnya untuk sementara. Dastin sendiri terus menatap punggung Zuin yang menghilang dibalik kamar. Pria itu menggeleng-geleng kepala. Ia jadi penasaran apa saja yang sudah dilakukan gadis itu selama dia hidup.

Setelah di rasa Zuin tidak akan datang mengganggunya lagi, Dastin kemudian membuka laptopnya dan memasang USB yang berisi rekaman cctv rumah korban yang di ambil tadi siang. Mungkin saja ia akan mendapat sesuatu di situ.

"AARHG!!"

teriakan yang berasal dari dalam kamarnya membuat Dastin menghentikan kegiatannya sebentar dan berlari dengan panik ke dalam kamar. Siapa lagi yang berteriak coba kalau bukan Zuin.

Pria itu memandang sekeliling kamar namun tidak melihat gadis itu. Ia lalu melangkah kekamar mandi dan kaget melihat apa yang dilihatnya.

"Jangan lihat! pekik Zuin kuat. Dastin refleks menutup matanya. Ketika dia melihat kedalam kamar mandi tadi, Zuin sudah terkapar di lantai tanpa memakai busana sehelaipun.

"Kau kenapa? Bisa berdiri?" tanya pria itu berusaha menetralkan nafasnya yang memburu. Astaga, baru kali ini dalam hidupnya ia merasa segugup ini. Belum lagi tadi ia baru saja melihat apa yang tidak seharusnya dilihatnya.

"Aku nggak sengaja kepeleset. Seluruh badan aku sakit. Bisa nggak kamu manggil Ketty datang ke sini buat ngangkat aku?" ujar Zuin. Ia tidak mau Dastin yang mengangkatnya. Dirinya sudah terlalu malu karena pria itu sempat melihat tubuh telanjangnya tadi. Astaga, mau taruh dimana mukanya nanti?

Zuin tak dengar jawaban yang keluar dari mulut Dastin. Pria itu tidak bicara sama sekali hanya berdiri membelakanginya kemudian berjalan pergi menjauh dari pintu. Zuin mendengus kesal. Apa pria itu senang melihat keadaannya yang tak berdaya seperti ini? Dasar tak punya hati. Sudah tahu ada perempuan yang membutuhkan pertolongan tapi pria itu malah pergi begitu sa...

"Auwww..." pekik Zuin ketika merasakan lemparan ditubuhnya. Dastin melempari tubuhnya dengan sebuah selimut tebal yang diambil pria itu dari tempat tidur.

"Tubuhmu sudah tertutup semuanya?" tanya pria itu memastikan sebelum membuka mata.

"Hm!" sahut Zuin setengah hati. Dastin lalu membuka mata perlahan, kemudian tanpa permisi mengangkat tubuh Zuin yang terlentang di lantai dan membaringkannya ke kasur.

"Sudah kubilang panggil Ketty, kenapa tidak mendengarku sih?!" ketusnya mendelik tajam ke Dastin. Pria itu duduk di tepi ranjang.

"Terlalu lama, kau mau mati kedinginan di dalam sana dengan tubuh tanpa busana itu?" balasnya. Mata Zuin membulat lebar.

"Kau..." ucapnya tertahan sambil menutupi seluruh badannya dengan selimut tebal milik Dastin dan berusaha menutupi rasa malunya.

"B.. berapa banyak yang kau lihat?" tanyanya memastikan. Dastin menatap lama gadis itu.

"Kalau kubilang aku melihat semuanya, bagaimana?" ucapnya menyeringai. Pria itu memang sempat melihat keseluruhan tubuh Zuin tadi tapi hanya sekilas, tidak mampu mengingatnya karena dirinya langsung membuang muka. Namun Dastin merasa sepertinya seru juga mengerjai gadis seperti Zuin ini.

"SEMUANYA?" teriak Zuin dengan mata melotot sempurna yang diarahkan ke Dastin. Sementara pria didepannya itu menahan tawa, tidak menyangka Zuin akan bereaksi berlebihan seperti ini. Tangannya dilipat di dada menatap gadis itu lalu mengangguk santai.

"Kenapa, tidak perlu merasa malu. Aku tidak tertarik dengan gadis yang  memiliki tubuh seperti anak SD begitu." Dastin masih belum puas meledek hingga Zuin tambah kesal.

"Kau bilang apa? anak SD? Keluar sekarang!" usir Zuin kesal. Enak saja tubuhnya dibilang seperti anak SD. Tidak lihat apa dia memiliki tubuh seksi begini? Tinggi badannya 160 cm, itu adalah ukuran yang standar buat seorang perempuan. Memang sih kalau berdiri didekat pria itu perbedaan tinggi mereka terlihat sangat jelas, tapi kan tidak bisa dibandingkan dengan anak SD juga. Dasar pria aneh. Memangnya dia buta? Dadanya juga memiliki ukuran yang pas untuk wanita dewasa. Zuin masih tidak terima dibilang begitu.

"Aku bilang keluar, aku tidak mau melihatmu sekarang!" usir Zuin lagi mendorong Dastin yang masih setia duduk di tepi ranjang, berdekatan dengannya.

"Baiklah, bocah." ucap Dastin masih meledek gadis itu, mengacak-acak rambutnya, kemudian bangkit dari ranjang dan berbalik ke pintu keluar. Zuin langsung melempari pria itu dengan bantal saking kesalnya.

Terpopuler

Comments

Eity setyowati

Eity setyowati

Dastin mulai ada rasa ,ayo buat Zuin bertekuk lutut

2024-02-11

3

Atik Marwati

Atik Marwati

😱😱😱... bisa bisa tar lagi mereka nananina nich...

2022-12-21

3

Anonymous

Anonymous

wkwkwk😁

2022-11-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!