10

Zuin terperangah melihat dua laki-laki yang satunya bertubuh gempal, yang satunya lagi kurus dan botak. Mereka saling berpandangan. Kedua makhluk yang berbeda jenis dengannya itu menatapnya kaget sekaligus heran. Zuin hanya tersenyum canggung lalu mundur perlahan.

Sial, karena buru-buru ia jadi salah masuk toilet. Zuin terkesiap kaget saat merasa tangannya diraih seseorang dari belakang. Ketika menoleh kesamping ternyata seseorang yang sedang memeganginya itu adalah lelaki yang tudak ingin ditemuinya tadi. Dastin. Yap, ia memang sedang berusaha kabur dari pria itu namun tampaknya dirinya sedang tidak beruntung sekarang.

Pria itu menatapnya dengan senyum menakutkan. Zuin memutar otaknya mencari ide baru. Tak lama kemudian ide itu muncul, dengan tas ditangannya, dipukulnya pria itu sekuat tenaga sambil mendorong tubuhnya kuat-kuat.

Dastin tersentak kaget dan tidak sempat mengelak. Tubuhnya terhuyung. Cepat-cepat dia menyambar dinding luar toilet dan mencengkeram Zuin erat-erat karena gadis itu terus memukulinya bertubi-tubi.

"Kau mau main-main denganku rupanya." gumam Dastin sambil berusaha mengelak dari setiap serangan Zuin. Serangan Zuin makin membabi buta. Pria itu jadi gusar apalagi beberapa orang yang melewati toilet itu menatap mereka dengan heran. Mungkin mereka berpikir dia dan Zuin adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar jadi mereka tidak peduli dan berlalu begitu saja dari tempat itu.

Dengan tangan kekarnya Dastin mengambil alih Zuin dan mendorongnya kedinding. Zuin yang kaget siap menjerit sekeras-kerasnya.

Tapi Dastin langsung merengkuhnya. Dipeluknya Zuin dengan tangan kiri sementara tangan kanannya

membekap mulut gadis itu kuat-kuat.

"Diam!" bentaknya pelan.

Zuin masih mau berontak lagi dan Dastin makin memperketat pelukannya. Tangannya masih membekap mulut Zuin. Ia tidak mau gadis itu membuat kekacauan di tempat ini.

"Hhmmff! Hhmmff!" Zuin berontak mati-matian membuat Dastin kewalahan. Tanpa pikir panjang ia langsung membopong gadis itu dan membawanya ke mobil.

Dastin merutuki dirinya sendiri. Ia baru saja bertemu dengan gadis itu kemarin, tapi entah sudah keberapa kalinya ia dan gadis itu bersentuhan begini. Hah, sudahlah. Ia juga tidak ada cara lain menghadapi gadis pembangkang ini selain dengan cara seperti itu. Kalau mamanya bertanya apakah ada perempuan yang pernah ia sentuh, ia juga sudah punya jawabannya. Meski ia tahu maksud perempuan yang disentuh menurut mamanya itu berbeda arti. Tapi ia akan menggunakan gadis ini saja. Lagipula gadis ini akan tinggal bersamanya mungkin selama beberapa bulan kedepan.

Ketty berdiri cepat ketika melihat Zuin yang keluar dari arah toilet itu dan kini sedang digendong Dastin yang terus berjalan keluar cafe. Orang-orang menatap mereka tapi Dastin tidak peduli, ia juga tidak mengenal mereka.

"Zuin!"

Dastin menghentikan langkahnya sebentar dan menoleh ke Ketty. Ia masih ingat jelas pemilik wajah itu. Zuin yang sudah tidak berdaya menatap Ketty seolah ingin gadis itu membantunya.

"Tuan, anda tidak boleh membawanya seperti itu." tegur Ketty berusaha memberanikan diri. Ia sesekali memalingkan wajahnya karena tidak berani menatap wajah Dastin yang menurutnya sangat tampan. Apalagi lelaki itu menatapnya dengan sorot mata tajam. Ia tahu lelaki itu adalah agen BIN, tapi...

Apakah semua agen BIN tampan-tampan seperti ini?

Kalau itu benar ia mungkin akan mencoba menjadi anggota BIN hanya untuk sekedar mencari jodoh, eh?

Tuhkan dia malah jadi lupa misinya untuk menyelamatkan Zuin.

"Tuan, anda akan tetap membawanya?" tanyanya lagi. Kali ini nada bicaranya sedikit tersendat-sendat.

"Menurutmu?" balas Dastin datar. Gadis itu sudah menyita waktunya.

Ia lanjut berjalan ke arah mobil tapi teman Zuin yang entah siapa namanya itu kembali menahannya sebelum ia berhasil membuka pintu mobil.

"Apa salah teman saya? Kenapa anda membawanya begitu saja? Memangnya dia punya salah apa?"

Ok. Dastin mulai kesal. Ia menggeram dalam hati dan menatap gadis itu dingin.

"Pertama, papa temanmu ini memintaku untuk mengawasinya." ucap Dastin. Nada bicaranya datar tapi cukup terdengar menakutkan.

"Kedua," lelaki itu melanjutkan.

"Karena dia sekarang adalah tanggung jawabku, aku perlu memberinya hukuman atas semua kekacauan yang dia lakukan. Termasuk mengganti sandi apartemenku." Dastin menekankan kalimat terakhirnya sambil menatap Zuin lekat-lekat.

Zuin menelan salivanya. Matanya kembali beralih ke Ketty. Sahabatnya itu terlihat ikut menciut. Kalau begini sih dirinya memang sudah tidak tertolong lagi. Ia terpaksa harus dibawa sih pria tampan yang mengerikan ini. Aduh, salahnya juga sih kenapa harus mencari gara-gara.

Ketty hanya bisa melihat kepergian Zuin dan Dastin. Mobil pria itu sudah berputar dan berjalan meninggalkan area cafe. Kalau terlibat sama pria setampan itu sih, dia juga mau. Ah, Zuin benar-benar beruntung.

                                  ***

Waktu turun dari mobil sampai didepan pintu masuk apartemen pria itu, Dastin terus menarik tangan Zuin sepanjang perjalanan mereka. Beberapa kali Zuin ingin melarikan diri namun Dastin yang cekatan selalu berhasil menangkapnya lagi dan lagi.

Dastin menatap Zuin sambil bersedekap. Tampangnya sangat angkuh dimata gadis itu.

"Cih." Zuin berdecih menatap pria itu dan membuang mukanya ke arah lain. Ia masih kesal karena tidak berhasil kabur.

"Katakan berapa sandinya." ucap Dastin datar.

"Siapa namamu?" Dastin melemparkan tatapan tajam kearah Zuin. Gadis itu malah balik bertanya.

"Aku akan bilang sandinya setelah kau mengatakan siapa namamu."  Zuin melanjutkan. Danzel berusaha sabar. Anggap saja ia sedang berhadapan dengan anak kecil, jadi harus banyak-banyak bersabar.

"Dastin." sahutnya pendek. Zuin mengusap-usap dagunya sambil mengangguk-angguk kepala tidak jelas. Dasar bocah aneh. Batin Dastin.

"Sekarang katakan berapa sandinya." ujar lelaki itu lagi penuh kesabaran.

"Kata sandinya adalah namamu." balas Zuin enteng. Ia ingin bermain-main dengan pria itu dulu. Siapa suruh dari tadi suka menggendong dan menarik-nariknya sembarangan.

Dastin menggeram kesal. Habis sudah kesabarannya. Ia memicingkan matanya menatap Zuin lalu mendekatkan wajahnya kewajah gadis itu hingga jarak mereka hanya tersisa beberapa senti. Zuin ingin mundur tapi Dastin cepat-cepat menahan batang lehernya dan mencondongkan badannya lebih dekat hingga hidung mereka bersentuhan. Sepertinya ia memang harus menakut-nakuti gadis itu.

Dastin kemudian meniup telinga kiri Zuin hingga gadis itu merasa geli.

"A..apa yang k..kau lakukan?" gumamnya mulai ketakutan. Dastin tersenyum miring. Nyali kecil tapi lagaknya sangat tinggi. Ia lalu berbisik di telinga gadis itu.

"Sekali lagi kau mempermainkanku, aku tidak akan segan-segan memperkosamu di sini sekarang juga." ancamnya menakut-nakuti. Zuin bergidik ngeri, pria yang mengerikan, menurutnya.

Setelah mengancam gadis itu Dastin mundur dan berdiri didepan pintu bersiap-siap menekan control system apartemennya. Matanya tak lepas dari Zuin.

"Katakan berapa sandinya." ucapnya lagi dengan nada rendah. Zuin yang sudah ciut sejak tadi langsung menyebut angka. Dastin menekan setiap angka yang keluar dari mulut gadis itu dan setelah angka terakhir pintu itu terbuka.

Pada saat yang sama, Zuin berbalik cepat mau kabur lagi. Dastin yang sadar buru-buru mencekal tangan gadis itu membawanya masuk ke dalam, tak lupa mendorong pintu dengan kasar sampai tertutup.

Terpopuler

Comments

Edah J

Edah J

kelinci mau mainin harimau✌️
kamu salah Zuin😁

2024-04-03

0

liberty

liberty

gak semudah itu bestie 😅

2024-03-10

0

Oviyenti Hijrah

Oviyenti Hijrah

kayak anak2

2024-02-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!