11

Zuin tak berhenti-berhenti menatap Dastin kesal.

"Kan aku sudah bilang nomor sandinya, sekarang aku bebas pergi kemanapun." semburnya tidak terima.

"Kau tidak bisa kemana-mana Zuin." balas Dastin. Caranya menyebut nama Zuin seperti seseorang yang sudah menyebut nama itu berkali-kali padahal ini pertama kalinya ia menyebut nama gadis itu. Zuin menatap pria itu sarkas.

"Apa maksudmu? Jangan bilang kau akan menuruti perintah papaku. Aku tahu kau tidak menyukaiku dari awal bertemu, jadi kau tidak perlu menjagaku. Aku juga tidak menyukaimu. Karena kita sama-sama saling benci, lebih baik tinggal sendiri-sendiri saja." tutur gadis itu panjang lebar. Ia segera berdiri lagi tapi Dastin lagi-lagi menghalanginya. Wajah tampan yang terkesan dingin itu membuat Zuin makin malas melihatnya, apalagi tinggal bersama. Hellow... Yang ada dirinya sudah mati berdiri duluan saking kesalnya.

"Minggir, jangan halangi aku." ujar gadis itu mendelik tajam pada Dastin.

Gadis ini benar-benar sangat keras kepala. Namun semakin ia keras kepala begitu, semakin Dastin tertantang untuk membuatnya tunduk padanya. Belum pernah ada wanita yang berani melawannya seperti ini sebelumnya.

"Bagaimana kalau aku memaksa? Aku tidak bisa mengabaikan perintah papamu begitu saja." balas Dastin santai. Lelaki itu melangkah duduk di sofa sambil melipat kedua tangan di dada, menatap Zuin dengan wajah angkuhnya. Ia tidak percaya tidak bisa membuat gadis pembuat onar ini tunduk padanya.

Mata Zuin beradu dengan pemilik mata coklat itu. Cukup lama mereka saling menatap, keduanya sama-sama tidak mau kalah.

"Aku akan memberimu pilihan." Dastin membuka suara. Zuin mengernyit terus menatapnya. Pria itu melanjutkan perkataannya.

"Keluar dari rumahku dan mati, atau tinggal bersamaku demi keamanan hidupmu." cara bicaranya terdengar sangat enteng padahal kalimat yang diucapkannya itu sama saja dengan mengancam. Namun bagi Dastin gadis didepannya itu memang harus di beri sedikit ancaman.

"Kau mau membunuhku?" balas Zuin menatap pria itu tajam. Berani sekali dia mengancamnya seperti itu, di pikir dia takut apa.

Dastin mencibir.

"Kau pikir kenapa papamu ingin kau tinggal bersamaku? Kau yakin bisa selamat dengan tenaga kecilmu itu kalau ada orang yang tiba-tiba mengincar nyawamu?"

Mengincar nyawa? Apakah nyawanya sedang terancam? Ada orang yang mau membunuhnya? Siapa? Kenapa? Memangnya dia salah apa?

Zuin terdiam, ia tidak mengerti apa maksud Dastin namun dirinya merasa penasaran. Sebenarnya apa yang di kerjakan ayahnya bersama pria seperti Dastin ini. Ayahnya hanya seorang pebisnis biasa kan? Tapi kenapa ia merasa ada rahasia besar yang disembunyikan lelaki tua itu?

Sejak dulu ayahnya selalu merahasiakan keberadaannya. Tidak ada yang tahu kalau dia adalah anak pria tua itu. Jangan-jangan ayahnya memang terlibat dengan kasus besar lagi. Dan pria tua itu sengaja menyembunyikan dirinya karena punya musuh dimana-mana yang kapan saja bisa mengambil nyawanya? Otak Zuin mulai penuh dengan pikiran-pikirannya sendiri.

Ia menatap lurus ke Dastin.

"Ada yang sedang mengincarku? Aku mau dibunuh?" ia ingin memastikan apakah pikirannya benar atau tidak.

"Aku tidak bilang begitu." sahut Dastin. Zuin terus menatap lelaki itu jengkel. Apa maksudnya setelah menakut-nakutinya seperti itu.

"Aku hanya bilang kalau tiba-tiba saja ada yang mau mengincar nyawamu. Semuanya belum pasti." Dastin melanjutkan. Ia merasa lucu melihat wajah dongkol Zuin. Siapa suruh seharian ini gadis itu sudah membuatnya kesal setengah mati. Tiba-tiba mengganti sandi apartemennya tanpa persetujuannya.

Zuin menggeram kesal dan mengepalkan tangannya.

"Kau sedang mempermainkanku bukan?"

Dastin menyandarkan dirinya di sandaran sofa, melipat kedua tangannya didada dan menatap Zuin dengan senyum remehnya.

"Menurutmu?"

Ah, sialan. Zuin tidak tahan lagi. Ia benar-benar kesal dan tersulut emosi. Tanpa aba-aba gadis itu duduk diatas Dastin dan memukulinya bertubi-tubi. Menarik rambutnya, meraih bantal sofa disebelah mereka dan memukuli pria itu dengan bantal berkali-kali bahkan menggigit bahu Dastin hingga lelaki itu meringis kesakitan.

"Ahhh, Zuin!"

Dastin berusaha mengangkat kepala Zuin yang masih tertancap dibagian belakang bahu kirinya. Dia betul-betul merasa kesakitan. Cukup lama sampai dirinya berhasil mengangkat kepala Zuin dari bahunya. Keduanya saling menatap lama. Wajah mereka sangat dekat dan tatapan Zuin begitu tajam seakan menantangnya, juga...

Dastin mengerang pelan ketika menyadari posisi mereka sekarang. Zuin tengah duduk di pangkuannya dan dia bisa merasakan sesuatu dibawah sana yang berkedut-kedut. Miliknya menyentuh perut Zuin dan dia berusaha menahan diri sekuat mungkin.

Dastin sadar dia hanyalah seorang pria normal. Apalagi ini adalah pertama kalinya dia bersentuhan dengan wanita sedekat ini.

"Z..Zuin," gumamnya. Rasa sakit dibahunya akibat gigitan gadis itu tidak dia rasakan lagi. Ia mencoba mendorong Zuin untuk membuatnya turun namun gadis itu bersikeras tidak mau dan malah melingkarkan tangannya dibahu pria itu kuat-kuat sampai dadanya menekan dada Dastin kuat. Payudara Zuin yang menekan kuat dadanya bisa dirasakan oleh Dastin hingga membuat darahnya mengalir begitu cepat.

Astaga, Dastin berusaha menahan diri. Ia bisa gila kalau begini terus. Gadis yang dianggapnya masih anak-anak itu benar-benar berhasil membangkitkan hasratnya.

Dastin membuyarkan pikiran kotornya dan kembali mendorong Zuin. Gadis itu masih bersikeras dan mau memukulinya lagi namun Dastin cepat-cepat mencekal kuat kedua tangannya sampai Zuin merasa kewalahan.

"Zuin, Zuin dengar!" Dastin berteriak cukup kuat dengan suara beratnya karena gadis didepannya ini terus-terusan melawannya, tangan kekarnya mencengkeram kuat pinggang gadis itu. Zuin terdiam. Ia berhenti melawan dan menatap Dastin.

"Turun sekarang!" perintah pria itu tegas. Zuin masih setia menatapnya dan tidak ada tanda-tanda mau turun. Dastin menutup matanya dalam-dalam lalu menatap gadis itu.

"Kau yakin tidak merasakan apapun dengan keadaan kita yang saling menempel begini?" tanyanya dengan suara rendah.

Zuin mengernyit bingung. Pandangannya melihat kebawah. Cukup lama ia berpikir lalu akhirnya tersadar dan cepat-cepat turun. Ia merasa sangat malu tapi mencoba terlihat biasa saja didepan lelaki itu.

Dastin bernafas lega. Ia yakin kalau posisi mereka seperti tadi sedikit lebih lama mungkin ia bisa hilang kendali. Ia tidak tahu kenapa Zuin bisa membuat hasratnya bangkit. Untung dirinya masih bisa mengendalikan diri. Pria itu kembali merasakan perih dibagian kiri bahunya. Tangannya terangkat memegangi bagian yang digigit Zuin tadi. Sepertinya itu akan membekas beberapa hari. Pria itu lalu merapikan rambut yang menurutnya sudah acak-acakan akibat perbuatan Zuin juga kemejanya.

"Makanya jangan coba-coba main-main denganku." ujar Zuin lancar meski dirinya masih malu saat mengingat-ingat posisi mereka tadi. Zuin juga merasa lucu ketika melihat gaya lelaki itu yang berantakan akibat perbuatannya. Kalau ia cerita ke Ketty dia berhasil menyerang agen BIN itu Ketty pasti tidak akan percaya.

Dastin sendiri terkekeh dengan ucapan gadis nakal itu. Ia mendongak menatap Zuin.

"Aku akan ambil beberapa  barang-barangku dikamar. Kau bisa tidur di kamarku selama tinggal di sini." katanya lalu bangkit dari sofa menuju kamarnya.

Mata Zuin melebar.

"Hei, aku belum setuju tinggal di sini!"

Terpopuler

Comments

sinta

sinta

bar2 x astagaaaa🤣🤣🤣🤣

2024-05-08

0

Edah J

Edah J

Pak BIN kena siksa dengan versi yg berbeda😁

2024-04-03

0

liberty

liberty

aelah Bang Dastin langsung on 😅😅🤭🤭

2024-03-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!