8

Dastin menatap lurus ke gadis yang sudah pulas diatas kasurnya itu. Setelah berkali-kali menolak, akhirnya dia sendiri yang mengalah. Ia bahkan merelakan kamarnya ditiduri anak dari salah satu profesor yang ia hormati itu. Lelaki itu sudah lama mengenal Barry. Ayahnya juga adalah rekan kerja Barry.

Hanya saja ia cukup kaget putri profesor itu sudah sebesar Zuin, ia pikir Zuin ini masih anak-anak karena Barry masih terbilang muda untuk memiliki putri umur dua puluh tahun. Berita di media pun bilang kalau putri Barry saat ini sedang tinggal diluar negeri bersama neneknya. Siapa yang tahu Barry akan berbohong pada publik. Dastin bisa mengerti kalau semua itu pasti demi keselamatan putrinya.

Dastin berulang kali ingin berdiri tapi gadis bernama Zuin ini terus memeluk lengannya kuat-kuat bahkan dalam tidurnya. Seolah tahu ia akan pergi dan tak mau melepaskannya. Lelaki itu terpaksa menemaninya sepanjang malam dan tertidur disamping Zuin.

Pagi-pagi sekali Dastin terbangun namun Zuin masih terlelap. Ia melirik jam tangannya. Masih banyak tugas yang harus ia kerjakan sekarang. Lelaki itu kembali melirik Zuin, berpikir sebentar lalu menulis catatan singkat pada sebuah memo kecil dan menaruhnya diatas nakas.

Setelah mandi dan berganti baju, Dastin keluar dari apartemennya menuju markas mereka.

Tim mereka berjumlah delapan orang dan mereka punya markas sendiri. Mereka akan datang ke kantor BIN kalau mau membuat laporan atau dipanggil atasan. Tidak ada yang boleh datang sembarangan kekantor BIN kalau tidak ada keperluan. Hanya Dastin saja yang diberikan hak keluar masuk tempat itu dengan bebas.

Markas tim Dastin terletak didalam sebuah mall dan amat sangat tersembunyi. Tak ada yang bisa menemukan tempat itu kecuali orang yang berotak jenius. Masuk ketempat itu pun semuanya harus memakai kode, dan kode masuk itu hanya bisa dimiliki oleh mereka yang termasuk dalam tim.

"Bagaimana, kalian sudah melacak dimana orang-orang itu sekarang?" tanya Dastin pada beberapa bawahannya yang duduk di depan komputer.

Salah satu pria yang bernama Geil menggeleng.

"Mereka sangat ahli. Sepertinya butuh waktu untuk melacak keberadaan mereka." jawabnya terus menatap kedepan komputer.

"Bagaimana dengan tuan Barry?" tanya Dastin lagi. Kali ini menatap Gilang.

"Sekarang sudah ditempat yang aman. Tidak ada yang mengikuti kami jadi kupikir tidak ada yang mencurigainya."

Dastin mengangguk mengerti.

"Putrinya bersamamu?" pertanyaan itu datang dari belakang Gilang. Ayyara berdiri disana.

Dastin mengangguk.

"Dia akan tinggal bersamaku mulai sekarang." katanya. Ayyara menatap lelaki itu dengan raut wajah keberatan.

"Tapi gadis itu sangat susah diatur, bagaimana kalau dia mengacaukan rencana kita? Kenapa tidak biarkan saja dia tinggal sendiri, kau bisa mengawasinya dari jauh." terus terang wanita itu tidak suka. Dari awal ia sudah tidak menyukai Zuin, apalagi mendengar gadis itu tinggal dengan Dastin atasan yang dari dulu diam-diam dia suka.

"Aku sudah berjanji pada ayahnya." balas Dastin.

"Tapi,"

"Kerjakan saja tugasmu. Aku belum memberimu hukuman karena menodong pistol sembarangan ke kepalanya." kali ini suara Dastin terdengar tegas. Ayyara menunduk hormat lalu berbalik dengan ekspresi kecewa. Cara bicara atasannya seolah membela gadis itu dan dia sama sekali tidak suka.

"Sepertinya kau akan menghadapi masa sulit beberapa bulan ini." ujar Gilang merangkul bahu Dastin. Pria itu hanya mendesah kesal. Ia membenarkan ucapan Gilang. Ia tahu gadis yang dibawahnya pulang semalam itu bukanlah gadis yang gampang diatur.

Di apartemen Dastin, Zuin baru terbangun. Ia belum sadar sepenuhnya tapi ia jelas ingat kini ia sedang berada dikamarnya siapa. Zuin menatap berkeliling ruangan. Barang-barang didalamnya semuanya mewah. Gadis itu mengangguk-anggukan kepala, selera yang bagus.

Dimana dia?

Zuin berdiri dari kasur, melangkah ke pintu kamar dan menengok keluar. Sosok yang dicarinya tidak ada. Gadis itu mengangkat bahu tidak peduli. Ia kembali masuk ke dalam. Pandangannya berhenti ke sebuah memo kecil di atas meja samping tempat tidur. Zuin membacanya.

"Aku pergi kerja. Sarapanmu ada didalam kulkas, tinggal di panaskan. Kalau mau keluar kode apartemennya 142321. Untuk sementara kau tinggal denganku, jangan sekali-sekali berpikir untuk kabur."

Zuin mendengus kesal saat membaca kalimat akhir yang di tulis Dastin.

Dia pikir dia siapa, berani sekali mengancamku.

Zuin bukanlah tipikal gadis penakut yang gampang takut dengan ancaman-ancaman begitu. Banyak teman-teman kampusnya yang melihatnya sebagai gadis pembuat onar.

Bahkan Zuin pernah melabrak salah satu dosen kampusnya karena memberikannya nilai E. Menurutnya itu tidak masuk akal dan dia protes keras sampai memaki-maki dosennya didepan banyak mahasiswa. Alhasil, Nevan sebagai walinya dipanggil menghadap dekan dan dia diberikan sanksi membantu di perpustakaan kampus selama tiga bulan.

Tiba-tiba terbersit ide dalam benak Zuin. Pasti pria itu akan marah sekali kalau ia mengganti kode masuk apartemennya. Gadis itu tertawa menang. Tanpa merapikan tempat tidur, tanpa membersihkan diri dan tanpa sarapan Zuin memutuskan keluar dari tempat itu. Tentu saja setelah melakukan niat jahatnya tadi. Ia bersorak senang, ternyata dirinya memang pintar.

                                    ***

"Kau sudah gila? Bagaimana bisa kau mengganti kode masuk apartemennya seenakmu dengan tanggal ulang tahunmu. Bagaimana kalau dia marah besar? Aku sempat mendengar dari kak Nevan kalau mereka itu anggota BIN. Sebaiknya kau jangan main-main dengan mereka."

Ketty menegur Zuin. Ia sudah dengar semua cerita Zuin termasuk gadis itu yang akan tinggal bersama lelaki yang kata Zuin bernama Dastin itu, tapi ia masih ragu. Zuin bilang ia hanya mendengar papanya memanggil nama laki-laki itu Dastin kemarin jadi tidak tahu benar atau tidak kalau itu memang namanya.

Kening Zuin berkerut.

"BIN?"

Zuin kebanyakan mendengar kata itu dari novel-novel tapi belum bertemu orang-orang yang punya pekerjaan seperti itu secara langsung. Pasti mereka menyelidiki banyak kasus. Awalnya Zuin merasa semangat, namun berubah biasa saja karena sudah terlanjur tidak menyukai pria itu.

"Kau tahu orang-orang yang bekerja sebagai anggota BIN sangat sibuk, banyak sekali kasus yang harus mereka selesaikan, jangan sampai  kau mengusik mereka."

Zuin mengangkat bahu acuh tak acuh. Siapa juga yang mau mengusik, orang dirinya yang di usik.

"Jadi, kau benar-benar akan tinggal dengan pria itu?" Ketty terus menatap Zuin ingin tahu jawabannya.

Zuin menggeleng cepat.

"Tentu saja tidak." sahutnya sambil menyesap segelas cappucino miliknya yang sudah setia diatas meja sejak tadi. Ia begitu menikmati rasanya.

"Kau pikir aku sudah gila tinggal bersama lelaki asing?" tambahnya.

"Tapi papamu yang meminta dia membawamu, bagaimana?" Ketty  tahu kalau ayah Zuin itu cukup berkuasa. Zuin tiba-tiba menatapnya.

"Kau bilang pria itu bekerja di BIN bukan?"

Ketty mengangguk.

"Orang-orang yang bekerja di BIN bukanlah orang sembarangan, benarkan?"

Ketty kembali mengangguk. Ia melihat Zuin mengusap-usap dagunya sambil berpikir. Apalagi kali ini, batinnya.

Kalau Zuin sudah menunjukkan sikap seperti itu, artinya otak detektifnya mulai bekerja.

"Jadi, apa yang sedang kau pikirkan?"

tanyanya ingin tahu.

"Menurutmu orang seperti papaku yang hanya seorang pengusaha biasa bisa memberi perintah pada anggota BIN?"

Benar juga. Ketty ikut berpikir. Tapi papa gadis itu bukan sekedar pengusaha biasa. Om Barry sangat terkenal sebagai pebisnis hebat.

"Kenapa juga pria tua itu selalu merahasiakan keberadaanku pada banyak orang? Kenapa ia tidak menutupi tentangku pada anggota BIN? Apa jangan-jangan sebenarnya papaku adalah ketua BIN?"

Zuin menatap Ketty antusias. Sementara Ketty merasa perkataan gadis itu sangat tidak masuk akal. Ketua Bin apanya. Halunya ketinggian.

Terpopuler

Comments

Elizabeth Zulfa

Elizabeth Zulfa

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-03-11

0

💞R0$€_22💞

💞R0$€_22💞

duh ngakak terus bacanya...

2024-01-18

4

ike

ike

🤣🤣🤣

2024-01-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!