13

Di sebuah mansion mewah, Kyle memasang jasnya dan menoleh pada Lukas yang berdiri menungguinya di dekat pintu.

"Bagaimana dengan kasus terakhir itu? Sudah kau bereskan?"

Lukas mengangkat bahunya,

"Marlon memendam kemarahan padamu, apalagi karena tindakanmu sudah menggilas habis

seluruh perencanaan proyeknya."

Kyle tersenyum, membayangkan muka lawannya yang saat ini pasti

sedang merah padam karena marah.

"Dia selalu marah kepadaku, sejak awal. Tetapi sampai sekarang dia tidak akan bisa berbuat apa-

apa padaku. Dia tahu dia akan mati kalau sekali saja dia mencoba

membunuhku, lalu gagal."

"Bagaimana kalau dia mencoba dan berhasil?" Lukas menyela

dengan cepat.

"Pria itu sangat licik dan bertangan kotor, dia menggunakan banyak orang untuk mencapai tujuannya, kita tidak boleh meremehkannya dan harus selalu berhati-hati," Lukas

menatap Kyle dengan tatapan mata serius.

"Seharusnya kau menyuruhku untuk membereskan orang itu dari dulu, supaya dia tidak berani berbuat macam-macam."

Kyle menggelengkan kepalanya tak peduli,

"Dia tidak akan berani, dan kalaupun dia berani melakukannya, aku sendiri yang akan menghabisinya."

Marlon adalah salah satu musuh bisnis Kyle, lelaki yang menggantikan posisi papa Zuin di perusahaan itu.

Kyle berumur tiga puluh tahun. Dia adalah sahabat baik Barry. Yah, meski umur mereka terpaut tujuh tahun namun mereka cocok satu sama lain. Kyle punya perusahaannya sendiri yang tak kalah besar dari perusahaan Barry. Dan sekarang ini dia harus mengurus dua perusahaan sekaligus karena harus membantu Barry memecahkan kasus.

Barry sudah cerita dan pria itu harus bersembunyi untuk melakukan tugas berbahaya yang cukup membahayakan nyawa. Untung ada Lukas, sekretarisnya yang kompeten yang bisa ia percayakan untuk mengurus perusahaannya sementara dan dirinya akan mengambil alih perusahaan Barry bersama Nevan, pengacara Barry yang dapat di percaya.

Marlon, sih musuh bisnisnya itu

bersikap munafik karena didepan Kyle lelaki itu selalu bersikap baik dan bersahabat. Tetapi Kyle tahu kalau lelaki itu menyimpan kebencian

yang amat mendalam kepadanya karena bisnisnya semakin terpuruk

akibat gilasan ekspansi yang dilakukan Kyle.

Tetapi Kyle sadar dia memang tidak boleh meremehkan Marlon,

karena Marlon punya teman-teman penting di balik bisnis kotornya,

berdasarkan penyelidikan yang dilakukan anak buahnya, lelaki itu

berhubungan dengan sindikat senjata gelap dan kelompok-kelompok

bawah tanah, tidak menutup kemungkinan Marlon pada akhirnya akan menyewa salah seorang dari mereka untuk membunuhnya. Kyle,

meskipun ada kemampuan bela diri dan sangat ahli dalam berbagai jenis senjata serta dikelilingi oleh pasukan pengawalnya yang kompeten, harus selalu waspada.

Suatu saat, ketika Kyle sudah merasa Marlon sangat mengganggu seperti

hama penyakit yang harus dibasmi, ia sendiri yang akan membereskannya. Tetapi tidak sekarang, ia harus sangat berhati-hati dalam bertindak, pria itu ingin melihat sejauh mana gerakan Marlon baru setelah itu dia baru memutuskan akan dibagaimanakan sampah itu nanti.

Setelah merasa puas dengan penampilannya, Kyle memutar

tubuhnya.

"Bagaimana kabarnya putri Barry?" laki-laki itu mengenal Zuin. Ia pernah ketemu sekali waktu dirinya baru memulai bisnis. Kalau tidak salah waktu itu umur Zuin masih remaja. Ia tidak pernah bertemu gadis itu lagi sampai sekarang. Namun Barry selalu membawa-bawa foto putrinya dalam dompet dan Kyle pernah melihat wajah Zuin yang sudah tumbuh dewasa. Gadis itu tumbuh cantik, sayangnya Barry tidak bisa mengenalkannya pada media. Ia tahu nyawa Zuin bisa terancam kalau sampai musuh mereka tahu tentang Zuin.

"Aku dengar tuan Barry mempercayakan putrinya pada salah satu agen BIN." jawab Lukas seadanya. Itu yang ia dengar dari Nevan. Kening Kyle terangkat.

"Agen BIN?" ia mengulang kata terakhir Lukas. Pria itu mengangguk.

"Kau mungkin mengenalnya. Dia adalah Dastin Lemuel, anak tunggalnya tuan Lemuel."

Kyle mengangguk mengingat-ingat tentang keluarga Lemuel. Keluarga itu adalah salah satu keluarga konglomerat yang cukup berkuasa di negeri ini. Mereka berada di jajaran yang sama dengannya, bahkan kekayaan mereka mungkin jauh diatas Kyle. Itu jelas sekali. Karena keluarga Lemuel sudah terjun ke dunia bisnis selama bertahun-tahun, sebelum dirinya bisa sesukses sekarang ini.

"Jadi anak tuan Lemuel anggota BIN?" tanyanya lagi. Ia cukup heran anak tunggal dari keluarga itu mau mengabdi pada negara.

"Iya, pria itu cukup berpengaruh di BIN, namun tampaknya dia kesulitan menghadapi nona Zuin."  Kyle menatap Lukas butuh penjelasan.

"Seperti yang kau tahu, nona kecil itu susah diatur." Kyle tersenyum. Ia ingat Barry pernah mengeluh tentang sulitnya menghadapi sang putri yang hobinya berdebat terus itu. Ia jadi penasaran mau menemui gadis itu langsung.

"Ingat, walau sudah ada yang melindungi gadis itu kau tidak boleh lengah. Kirim orang untuk mengawasi semua gerakannya diam-diam. Aku tidak mau Barry kecewa kalau sampai terjadi sesuatu pada putrinya." Kyle berucap tegas.

"Baik." sahut Lukas.

                                   ***

"Hei, kau mau pakai ini juga?" Zuin mengangkat tinggi-tinggi serum yang baru dibelinya tadi didepan wajah Dastin. Pria itu berdecak pelan. Dari tadi Zuin mengganggu pekerjaannya. Dia juga tidak butuh barang wanita seperti itu. Dastin menjauhkan wajahnya ketika tangan Zuin sudah siap-siap mengoleskan barang yang dia bilang serum itu ke wajahnya. Pria itu cepat-cepat memindahkan laptop dipahanya ke meja, dan memegang kedua tangan Zuin supaya tidak menyentuh wajahnya.

"Sudah kubilang aku tidak perlu barang begini Zuin."

"Tapi ini barang berkualitas yang dibeli dengan uangmu juga. Sayang kalau tidak kau coba." balas gadis itu.

Dastin mendes*h pelan.

"Sebaiknya kau tidur, ini sudah larut malam." katanya. Ia tidak bisa fokus mengerjakan pekerjaannya kalau gadis itu terus-terusan berada didekatnya seperti ini. Zuin mencebik.

"Aku masih ingin makan cemilan." balasnya.

"Tidak baik makan cemilan malam-malam, kau tidak takut gemuk?" Dastin terus menatapnya.

"Kenapa harus takut? Aku tetap cantik biar gemuk." balasnya percaya diri. Pria didepannya itu menatapnya dengan raut wajah tercengang.

"Jadi kau agen BIN?" gadis itu tiba-tiba menanyakan pekerjaannya.

"Nevan bilang begitu?" Dastin memiringkan kepala menatap Zuin. Ia melihat gadis itu menggeleng.

"Aku mendengarnya dari Ketty, Ketty dengar dari kak Nevan. Jadi benar?" sahut gadis itu dan bertanya lagi. Dastin tertawa sumbang. Sama saja Nevan adalah sumbernya. Pria itu  mengangguk. Percuma juga disembunyikan, toh gadis itu tetap akan tahu nanti.

"Apa saja yang biasanya kalian kerjakan?" Zuin bertanya dengan  antusias.

"Kasus pembunuhan, obat-obatan terlarang, dan masih banyak lagi." Dastin menjawab lalu merenggangkan jari-jarinya yang terasa kaku karena mengetik tadi.

Kepalanya bergeser kesamping kiri.

"Masih ada yang ingin kau tanyakan?"

"Kalau papaku, apa dia juga salah satu dari kalian yang sedang menjalankan tugas berbahaya?" pertanyaan yang dilontarkan Zuin membuat Dastin terdiam. Ia bingung mau menjawab apa.

"Papamu bukan salah satu dari kami, tapi punya kemampuan untuk membantu pekerjaan kami." hanya itu yang bisa dijawabnya. Ia tidak ingin gadis itu tahu lebih banyak dan ikut terlibat. Karena gaya-gaya Zuin ini jelas menunjukkan ketertarikannya pada hal-hal berbau detektif. Mungkin dia banyak menonton atau membaca buku.

"Apa tugasnya?" kali ini wajah Zuin berubah serius.

"Aku tidak tahu."

Terpopuler

Comments

Edah J

Edah J

Zuin kepo Zuin meronta 😁

2024-04-03

0

liberty

liberty

ya ampun Zuin kamu dikelilingi pria² cakep & sukses 😎

2024-03-10

0

Nayosha

Nayosha

Zuin kan punya darah detektif jg dr Berry

2024-02-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!