6

Ketty berlari cepat melewati Nevan dan berhenti didepan sel Zuin.

"Ketty." gadis itu menoleh ke kanan.

"Om Barry!" serunya ketika melihat papa temannya itu.

"Om baik-baik saja kan? Aku dengar berita tentang om di TV." tanyanya memasang wajah khawatir.

Barry tersenyum menatap gadis itu.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Om baik-baik saja." jawab ayah sahabatnya itu. Pandangannya berpindah ke putrinya yang sudah tidur tak tahu diri itu.

"Ceritakan kenapa anak nakal itu bisa sampai ditahan?" tanyanya. Ia melihat Ketty mendesah pelan sebelum menjelaskan.

"Jadi tadi, Zuin ngajak aku ke club om." bola mata Barry membesar.

"CLUB?" putrinya itu benar-benar..

"Zuin ketinggalan KTPnya dan dia dikira masih anak dibawah umur."

kali ini Barry tertawa mendengar penjelasan Ketty. Bahkan dirinya sendiri melihat putrinya masih seperti anak SMP.

"Anak nakal itu memang pantas di hukum." katanya puas.

"Nevan." pria tua itu melirik ke sang pengacara yang sejak tadi berdiri di sebelah Ketty.

"Iya?" sahut Nevan.

"Kau antar Ketty pulang." perintah Barry kemudian.

"Eh? Zuin gimana om? aku kesini mau antar KTPnya dan kak Nevan jadi wali buat bebasin dia." jelas Ketty.

"Ia om tahu, tapi ini sudah larut, tidak baik anak gadis berada diluar tengah malam begini. Nevan akan mengurus semuanya setelah mengantarmu pulang." balas Barry menatap Ketty. Gadis itu berpikir sebentar.

"Ya sudah, tapi kak Nevan tidak perlu mengantarku." ia menatap Nevan dan Barry bergantian.

"Mama udah nyuruh sopir buat jemput aku. Malam ini aku akan pulang ke rumah mama." jelasnya lagi. Dua pria itu mengangguk-angguk mengerti.

"KTP Zuin sudah sama kak Nevan. Kalau gitu aku pamit pulang dulu yah om, kak Nevan." pamit Ketty kemudian melangkah keluar ruang tahanan itu. Ia sempat melihat orang-orang yang menangkap Zuin tadi dan menunduk sebentar lalu keluar dari tempat itu.

"Bagaimana dengan Zuin?"

Nevan bertanya pada Barry kemudian melirik Zuin yang sudah tertidur pulas.

"Biarkan saja dulu, aku perlu bicara dengan kalian." balas Barry menatap Nevan dan kelompok lain diujung sana, tempat Dastin berdiri.

Dari tempatnya, Dastin yang seolah mengerti sedang dipanggil melangkah mendekat. Pria itu berdiri disebelah Nevan.

"Pikirkan cara memindahkanku ke luar kota sekarang juga. Di sini terlalu berbahaya, aku tidak leluasa melakukan pekerjaanku. Bertindak malam ini lebih baik daripada besok." gumam pria itu pelan. Pandangannya berpindah ke Zuin sebentar. Sementara Dastin langsung mengirim pesan ke bawahannya.

"Mengenai putriku, aku ingin kalian menjaganya selama aku tidak ada." tambahnya.

Nevan mengangguk sementara Dastin yang sudah selesai mengetik dan mengirim pesan hanya diam dan sesekali menatap Zuin dengan ekspresi yang tak terbaca. Entah ini bisa dinamakan jodoh atau tidak, tapi ia benci kebetulan seperti ini. Kenapa juga gadis itu harus menjadi putri seorang Barry Danendra, pengusaha yang punya kerjasama tertutup dengan BIN.

"Apa kau yang menangkapnya di club?" Barry menatap Dastin. Pria itu mengangguk.

"Aku pikir dia masih dibawah umur." Ia mendengar gelak tawa pria didepannya itu.

"Dia baru merayakan ulang tahun kedua puluhnya kemarin."

Dastin tersenyum, ia sudah mendengar perkataan itu dua kali dari putrinya.

"Maafkan aku kalau anda tersinggung." ucap Dastin. Barry mengibas-ngibaskan tangannya ke udara.

"Sama sekali tidak, aku malah senang kau bisa mengatasi putriku yang pengacau itu." katanya.

Disebelah sana Zuin membuka matanya dan menguap lebar-lebar. Ia tidak sadar Dastin, Nevan dan papanya sama-sama sedang melihat kearahnya. Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya masih mengumpulkan kesadaran sepenuhnya. Pandangannnya berpindah kebagian kiri, pada tiga pria dewasa yang sedang menatapnya. Ia cepat-cepat bangun setelah sadar sepenuhnya.

"Kau pikir ini kamarmu? masih saja tidur seperti babi."

Zuin melemparkan tatapan membunuh ke ayahnya. Yang benar saja, ayahnya sendiri mengatainya babi? Nevan dan Dastin bahkan hampir tak bisa menahan tawa mereka.

Zuin kesal bukan main. Pandangannya jatuh ke Dastin, wajahnya bertambah kesal, kenapa pria itu harus muncul dihadapannya lagi. Ia sungguh tidak suka melihatnya lagi, sekalipun pria itu tampan, ia sekarang memusuhinya.

"Kak Nevan, keluarkan aku dari sini sekarang." perintahnya menatap Nevan. Nadanya terdengar ketus karena masih terbawa suasana.

"Ckck, lihat cara bicaramu pada orang yang lebih tua."

Zuin mencibir dengan kedua tangannya terlipat didada menatap papanya.

"Ckckck, kau tidak malu berdebat dengan anak kemarin sore?"

Dastin mengulum senyumnya. Ayah dan anak ini sangat konyol menurutnya. Wibawa seorang Barry Danendra dengan mudahnya hilang ketika menghadapi putri pengacaunya itu.

"Dastin."

Panggilan seseorang menghentikan perdebatan Zuin dan papanya. Mereka sama-sama melihat ke seseorang yang datang itu. Itu Gilang, teman sekaligus bawahan Dastin, yang tadi ia kirimi pesan.

"Pengaturannya sudah siap. Pak Barry sudah bisa dipindahkan sekarang."

Perkataan pria itu membuat dahi Zuin berkerut. Pindah? Papanya akan pindah?

"Pindah? Kemana? kenapa harus tengah malam begini?" tanya Zuin dengan sorot mata curiga.

"Ada perintah memindahkan papa kamu ke penjara tertutup. Jadi kau mungkin tidak bisa menemui papamu untuk sementara." jelas Nevan memberi alasan. Ia tahu Zuin itu tidak gampang dibodohi. Mudah-mudahan perkataannya ini membuat gadis itu cukup percaya.

Zuin menatap kedalam mata Nevan. Pengacara itu selalu berwajah datar, ia bahkan tidak bisa menangkap kebohongan dalam mata pria itu. Tapi dirinya tetap curiga. Mana ada tahanan yang dipindahkan tergesa-gesa tengah malam begini.

Ia berbalik menatap papanya lagi.

"Awas saja kalau kau berani menipuku tua bangka." katanya dengan umpatan kecil itu. Mendengar itu Barry ayahnya itu langsung berdiri berkacak pinggang dihadapannya.

"Apa katamu? Tua bangka? Kau tidak lihat wajahku ini jauh lebih tampan dari aktor tercintamu itu? Dan asal kau tahu umurku belum cocok kau panggil tua bangka." kata Barry lagi merasa tidak terima.

Zuin mencebik. Dasar kepedean.

"Sudahlah. Aku capek bertengkar dengan makhluk kekanakan seperti dirimu." katanya lagi lalu membalikan badan tidak mau menatap ayahnya. Pintu selnya sudah terbuka. Tandanya ia sudah bisa keluar.

Mata Barry melotot lebar ke arah anak gadis satu-satunya itu. Ia  menggeleng-geleng karena kehabisan kata-kata.

Zuin keluar dari dalam sel dan kembali menatap tajam lelaki yang ia lewati itu. Lelaki yang sama, yang bertemu dengannya di night club dan yang juga memasukkannya didalam sel itu. Entah bagaimana lelaki itu bisa mengenal papanya tapi yang jelas sekarang gadis itu memasang tampang penuh permusuhan pada pria itu.

Zuin lalu berhenti di depan sana di tempat pelaporan. Seseorang yang ingin ia laporkan berdiri tak jauh disitu. Hah! Kebetulan sekali.

"Pak polisi."

seorang polisi yang duduk dihadapan Zuin mengangkat kepala menatapnya.

"Ia nona, ada apa?"

"Saya mau melaporkan dia." polisi itu mengikuti telunjuk Zuin yang menunjuk Ayyara. Ia cukup kaget berbeda dengan Ayyara yang berubah menahan amarahnya.

"Apa laporanmu?" tanya polisi itu lagi ingin tahu.

"Wanita sialan itu berani menodongkan pistol ke arahku. Kalau dia memang polisi, bukankah itu adalah pelanggaran serius? Aku bukan penjahat. Posisiku hanya seorang warga biasa. Bagaimana kalau tindakannya itu membuat aku yang lemah ini menjadi trauma?" Zuin menekankan kalimat terakhirnya sambil menatap bergantian Ayyara, pria di samping wanita itu dan lelaki diujung sana yang berdiri didekat Nevan dengan ekspresi menantang. Lihat saja pembalasannya.

Terpopuler

Comments

Edah J

Edah J

Zuin masih kesel sama itu si Yara😁

2024-04-03

0

Elizabeth Zulfa

Elizabeth Zulfa

sila klo liat pemeran utama zg sengklek, kocak dan gak gampang ditindas... 😄😄

2024-03-10

0

liberty

liberty

ampun dah ini harusnya serius..tapi malah kocak..aku suka gayamu Zuin stronggg anak Pak Barry gituloh /Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2024-03-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!