15

Zuin bersedekap dada didepan kedua pengawal tadi. Ia terus menatap tajam ke mereka. Gadis itu tahu kalau papanya tidak mungkin akan menyuruh kedua orang itu untuk mengawasinya. Ia sudah berkali-kali mengancam sang papa untuk tidak melakukan hal itu.

"Katakan, siapa yang menyuruh kalian?" tanya ketus. Tak ada jawaban. Mereka hanya saling menatap seolah ragu-ragu mau menjawab apa.

"Pria sinting itu kan?" kata Zuin lagi melanjutkan. Sekarang ini yang ada dipikirannya hanyalah Dastin. Siapa lagi selain lelaki itu yang disuruh ayahnya untuk mengawasinya. Lagi-lagi kedua pengawal itu saling menatap. Kali ini wajah mereka seperti kebingungan.

"Dastin kan yang menyuruh kalian?" ulang gadis itu mulai ragu.

"Dastin?" beo salah satu dari dua pria berbadan kekar itu.

"Bukan? Terus siapa dong? Kak Nevan?" yah, selain Dastin masih ada kak Nevan. Pria itu kandidat nomor dua.

"Bukan nona."

"Aku yang memberi mereka perintah." mata Zuin menoleh ke arah datangnya suara. Sebelum benar-benar melihat sang pemilik suara, tangannya sudah ditarik lebih dulu masuk ke sebuah mobil mewah. Jelas saja gadis itu kaget. Aduh, siapa lagi sih ini. Kenapa akhir-akhir ini banyak sekali orang-orang baru yang datang dalam hidupnya.

Zuin ingin mengomel tapi langsung terhenti seketika saat melihat tampang indah didepannya ini. Wahh, ia tidak jadi memaki. Akhir-akhir ini dia sangat beruntung, dipertemukan dengan para pemilik wajah tampan yang bisa membuatnya mabuk kepayang hanya dengan melihat mereka. Meski lelaki didepannya ini agak lebih tua sedikit dari Dastin namun ketampanannya tidak kalah.

"Om siapa?" tiba-tiba pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Lelaki didepannya tertawa.

"Om?" ia mengulang kata om yang keluar dari mulut Zuin tadi. Ia rasa dirinya belum setua itu untuk di panggil om. Lelaki itu melihat Zuin mengangguk.

"Dulu kau memanggilku kakak." lelaki itu terus menatap Zuin dan melihat  gadis itu mengerutkan kening.

"Memangnya kita pernah bertemu?" tanyanya mengingat-ingat. Wajah imutnya ketika berpikir membuat pria yang ternyata Kyle itu merasa tertarik. Dulu ia hanya menganggap gadis ini anak kecil. Tapi setelah bertemu dengannya lagi setelah gadis ini tumbuh dewasa, ternyata dia mampu menarik perhatian seorang Kyle. Bukan sebagai adik atau anak dari sahabatnya, tapi sebagai wanita. Bibir Kyle tersungging keatas, astaga! Apa yang kau pikirkan Kyle. Lelaki itu membuyarkan lamunannya.

"Om yakin kita pernah ketemu?" tanya Zuin lagi ragu. Ia sudah mencoba berpikir keras mengingat-ingat, namun tidak ada satu pun dalam ingatannya pernah melihat lelaki itu.

"Mungkin kau sudah lupa, aku adalah sahabat papamu. Kita pernah bertemu sekali." Kyle menjelaskan.

"Oh.." gadis itu manggut-manggut. Pantas, ia tidak pernah ingat dengan teman-teman ayahnya.

"Tapi kenapa om nyuruh orang-orang itu ngikutin aku? Kan nggak ada yang tahu aku anak papa. Hidup aku akan tetap aman. Sekarang pun ada yang selalu mengawasiku." Zuin mencebik ketika mengingat Dastin. Entah sudah keberapa kalinya pria itu mengiriminya pesan dengan catatan yang sama tadi. Katanya jangan coba-coba kabur dan kuliah yang benar. Sepertinya Dastin memang sengaja mau membuatnya kesal dengan mengatakan semua itu. Zuin menatap Kyle lagi ingin dengar penjelasan lelaki itu.

"Pertama, jangan panggil aku om. Aku belum menikah dan tidak setua itu untuk dipanggil om olehmu." ucap Kyle. Ia merasa tidak suka dengan sebutan anak sahabatnya itu padanya.

Ia melirik Zuin yang hanya senyum-senyum, mungkin merasa lucu dengan perkataannya. Biar saja, lagipula ia memang tidak suka dipanggil begitu.

"Lalu, aku harus memanggilmu siapa?" mata Zuin berkedip-kedip didepan Kyle. Sungguh, lelaki itu merasa sangat gemas. Ingin sekali mencubit pipi berisi milik gadis itu. Pantas saja Barry menyembunyikan putrinya sebaik mungkin dari dunia luar. Kalau dia jadi Berry, ia juga akan melakukan hal yang sama. Pria itu mencondongkan wajahnya ke dekat Zuin,

"Panggil aku Kyle saja, kakak juga boleh." gumamnya pelan didepan wajah Zuin. Zuin merasakan hembusan nafas Kyle diwajahnya. Dengan gerakan cepat gadis itu menggeser kedepan namun tangan Kyle cepat-cepat memegangi belakang kepala Zuin yang dilihatnya hampir terbentur kaca mobil.

"Hati-hati." gumam pria itu lagi. Zuin berdeham, mencoba terlihat biasa saja.

"A..aku harus pergi sekarang." katanya tiba-tiba. Kyle mengerutkan kening.

"Kemana?"

"Ke rumah temanku Ketty." jawabnya bohong. Jelas-jelas Ketty Masih didalam kampus tadi. Ia hanya tidak mau berlama-lama dengan pria yang baru dikenalnya ini yang entah kenapa membuatnya merasa resah.

Kyle mencoba mengingat-ngingat nama Ketty. Ah, sekretarisnya pernah menyebut nama itu. Ketty adalah sahabat dekat Zuin, orang kepercayaan Barry juga untuk menjaga putrinya. Berarti Kyle tidak perlu khawatir.

"Ya sudah, kapan-kapan aku akan mengajakmu dinner. Kau mau kan?" kata pria itu. Zuin berpikir sebentar lalu mengangguk. Setelah itu keluar dari mobil. Kyle sempat memberi tawaran mengantarnya namun cepat-cepat ditolaknya. Gadis itu belum terbiasa dengan orang baru. Apalagi yang meresahkan seperti Kyle menurutnya.

Karena tidak tahu mau kemana dan Ketty masih dikampus, Zuin memilih ke tempat Nako. Kalau siang-siang begini Nako bekerja di cafe. Mereka sering berkumpul dengan Ketty meski Nako hanya mencuri-curi waktu duduk dengan mereka disela-sela jam kerjanya.

Mata Zuin menengok kanan-kiri. Ingin memeriksa apa pengawal-pengawal Kyle tadi masih mengikutinya atau tidak. Ia sudah memberi peringatan tadi kalau ia tidak mau diikuti lagi dan Kyle cukup menghargai privasi gadis itu. Sepertinya pria itu memang tidak menyuruh orang mengikutinya lagi. Zuin bernafas lega kemudian masuk ke cafe tempat Nako bekerja.

Zuin tersenyum pada Nako yang melambai kearahnya. Lelaki itu tampak sibuk dengan para pelanggan. Zuin memilih duduk dimeja kosong bagian tengah yang berhadapan langsung dengan Nako.

Setelah meminta temannya mengganti pekerjaannya sementara, Nako berjalan ke meja Zuin. Sudah lebih dari seminggu ini ia tidak bertemu gadis itu. Hanya Ketty saja yang sering mengunjunginya. Ia juga dengar dari Ketty kalau Zuin kini tinggal dengan pria yang beberapa waktu lalu bertemu dengan mereka di club malam.

"Ketty mana?" tanya Nako meletakkan secangkir cappucino kesukaan Zuin lalu menggeser sebuah kursi dan duduk berhadapan dengan gadis itu.

"Kau tahu dia sangat suka belajar kan?" sahut Zuin sambil menyesap cappucino yang disodorkan Nako. Pria itu tersenyum singkat dengan tangan terlipat didada.

Nako adalah seorang lelaki pendiam namun selalu memperlakukan orang lain dengan lembut. Apalagi mereka yang dekat dengannya. Sebenarnya kalau dihitung-hitung, ia hanya punya sedikit teman. Termasuk Ketty dan Zuin. Mungkin hanya dua gadis itu perempuan yang dekat dengannya. Dulu ia punya pacar yang sangat ia cintai. Sayangnya, karena dirinya bukan berasal dari keluarga kaya raya, kekasihnya itu malah  meninggalkannya dan pergi dengan pria lain.

Karena kejadian di masa lalu itu, Nako jadi sangat berhati-hati memilih pasangan. Meski dirinya yang sekarang bisa dibilang sudah mapan, sudah punya cukup banyak tabungan untuk menghidupi istri dan anaknya kelak.

Terpopuler

Comments

Edah J

Edah J

Zuin di kelilingi pria yang tajir melintir nihh😁😁😁

2024-04-03

0

liberty

liberty

sainganmu datang Dastin 😅

2024-03-10

0

liberty

liberty

Kyle ini 🤭

2024-03-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!