5

Ketty dan Nako ikut bingung kenapa  Zuin diborgol, padahal menurut mereka gadis itu tidak ada salah apa-apa. Keduanya cepat-cepat berjalan ke tempat gadis itu berdiri.

Zuin mendongak menatap tajam pria didepannya. Pria itu balas menatapnya tak kalah tajam. Huh! Masih bocah mau melawannya. Pria itu tersenyum miring.

Didekat mereka sudah ramai dengan kedatangan orang lain yang entah siapa saja itu.

"Apa maksudmu brengsek?" maki Zuin mendongak kesal ke pria itu. Ayyaralah yang merasa emosi mendengar perkataan kasar itu, padahal Dastin yang sebagai atasannya malah biasa saja. Tatapannya tak lepas dari Zuin. Ia akui gadis itu sangat berani. Baru perempuan ini yang berani melawannya, padahal tadi meminta kenalan.

"Maaf, kalian siapa? kenapa anda memborgol teman saya?"

Tanya Ketty sudah berdiri disamping Zuin. Ia menatap bergantian orang-orang yang tidak dikenalnya itu dan berhenti pada Dastin untuk meminta jawaban. Ia bingung kenapa Zuin diperlakukan begitu oleh mereka. Ia dan Nako sendiri masih merasa keheranan.

"Dia tidak punya identitas untuk membuktikan dirinya sudah cukup umur masuk ke tempat ini." jelas Dastin tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Zuin. Zuin mendengus keras.

"Kau tidak mengerti bahasa manusia? kan tadi sudah kubilang aku baru merayakan ulang tahun kedua puluhku kemarin, sialan!"

Lagi. Gadis itu terus-menerus melontarkan kata-kata kasarnya tanpa peduli siapa saja yang sedang berhadapan dengannya saat ini. Ketty sampai merasa tidak enak sendiri. Bagaimana mereka akan melepaskannya kalau ia terus melawan seperti itu. Zuin ini memang mulutnya tidak bisa di rem kalau sedang emosi.

"Aku bisa bersaksi kalau dia bukan gadis dibawah umur." Nako mengangkat suara. Dastin meliriknya.

"Maaf, aku lebih percaya setelah melihat bukti." katanya.

Zuin menggeram kesal. Pria itu sungguh-sungguh membuatnya hilang kesabaran. Tiba-tiba ia merasa lengannya ditarik oleh pria itu. Gadis itu diam saja karena terlalu kesal. Otaknya sudah memikirkan segala macam cara balas dendam saat ia bebas nanti, tunggu saja. Ia sempat melihat wanita yang tadi menodongnya tersenyum penuh kemenangan. Gadis itu menghembuskan nafas keras, tenang Zuin, tenang.

"Zu..Zuin.." panggil Ketty lirih.

"Keluarkan saja aku secepatnya." balas Zuin menatap Ketty dan Nako bergantian. Ia melihat Ketty mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Zuin malah tertawa pelan, dasar cengeng. Tingkahnya itu tak luput dari pandangan Dastin. Dasar gadis aneh, batin pria itu. Tangannya masih tak lepas dari lengan gadis itu, menuntunnya sampai masuk ke mobil. Bukan mobil polisi. Zuin menatap pria itu merasa aneh. Sebenarnya mereka itu siapa sih? Gadis itu langsung membuang muka cepat ketika pria disebelahnya itu balas menatapnya.

                                  ***

Barry, Ayah Zuin yang tengah duduk sambil membaca buku didalam sel berbalik saat merasa sel disebelahnya yang kosong tadi sekarang ada orangnya. Matanya sukses membulat besar saat mengenali siapa yang dimasukkan oleh salah satu petugas polisi disitu.

"Waah, lihat siapa ini! Kau di tangkap juga?"

Zuin menatap malas ke pria tua yang berada di sel seberangnya itu. Jarak mereka tak sampai satu meter tapi terhalang jeruji besi. Aneh sekali, kenapa harus ada ayahnya diseberang sana sih. Memangnya penjara di negeri ini cuma satu apa.

"Maaf, anda siapa yah?" balas gadis itu dengan gaya sombongnya. Ia melihat ayahnya berdiri sambil berkacak pinggang menatapnya.

"Anak nakal! Apa yang kau lakukan tengah malam begini sampai di tangkap seperti itu?" seru sang ayah memasang tampang geram.

Dastin, Ayyara, Gilang, dan beberapa petugas yang berada di sekitar situ menjadi penonton. Mereka keheranan kenapa gadis itu tiba-tiba berdebat dengan pak Barry, salah satu orang terpandang yang saat ini bekerja sama dengan mereka.

"Mereka saling kenal?" tanya Gilang teman satu tim Dastin. Ia menatap salah satu petugas yang bertanggung jawab di sel itu. Dastin dan Ayyara ikut menatap petugas itu. Mereka cukup penasaran ketika melihat interaksi kedua makhluk berbeda jaman itu.

"Dia putri tunggalnya tuan Barry. Kalian tidak kenal?"

Gilang dan Ayyara sama-sama merasa tercengang mendengar jawaban sih petugas bernama Sakri. Pantas saja saat melihat mereka masuk membawa gadis itu tadi ekspresi sih pak Sakri itu agak kaget. Tapi, mereka cukup takjub karena di umur yang masih terbilang muda, pak Barry yang tampan itu sudah memiliki anak sebesar itu. Umur berapa kira-kira dia menikah?

Sementara Dastin? Pria itu memang cukup terkejut namun hanya sesaat, saat ini entah kenapa dirinya lebih tertarik melihat interaksi ayah dan anak itu. Ia terus menonton mereka dari tempat yang cukup jauh, namun suara merdeka berdebat tetap terdengar ditelinganya.

"Cepat berikan jeruk itu padaku." tunjuk Zuin ketika matanya melihat ada buah-buahan didekat papanya.

"Kau masih bisa makan didalam sel?"

tanya Barry.

Zuin tertawa keras.

"Bukankah kau sendiri menikmati waktumu ditempat ini dengan semua makanan sehatmu itu?" ucapnya meledek. Ia melihat papanya memegang batang lehernya. Zuin berbicara lagi.

"Ayolah, kau belum setua itu untuk kena stroke, wleee." ledeknya sambil menjulurkan lidah pada papanya kemudian cepat-cepat berbaring sambil menutup matanya.

"ZUIN! seru Barry kesal. Ya ampun, apa kesalahan yang dilakukannya dulu sampai-sampai memiliki putri senakal ini.

Sudut bibir Dastin terangkat.

Hubungan yang aneh. Ini pertama kalinya ia melihat sisi kekanakan dari seorang pengusaha besar yang terkenal sangat tegas dan berwibawa itu.

Barry Danendra, salah satu pengusaha besar yang baru saja ditangkap karena penggelapan dana. Tidak ada yang tahu alasan sebenarnya dibalik penangkapan pria berumur tiga puluh enam tahun itu, selain orang-orang yang terlibat dengan misinya tentu saja. Putrinya bahkan tidak tahu.

Dastin beralih menatap gadis yang tengah berbaring dan mungkin saja sudah tertidur itu. Melihat interaksi gadis itu dan ayahnya tadi, tampaknya ia sama sekali tidak sedih ayahnya ditangkap. Aneh, bukankah biasanya keluarga terdekat akan sangat sedih jika sesuatu yang buruk menimpa keluarganya? Atau jangan-jangan gadis itu sudah tahu lagi kalau ayahnya dipenjara karena sedang menjalankan misi.

"Bapak yakin gadis itu putri kandung tuan Barry?" Ayyara bertanya lagi untuk memastikan. Ia berharap dirinya salah dengar. Sungguh ia tidak rela kalau nantinya mereka akan terlibat dengan gadis pengacau itu. Ia sudah tidak suka gadis itu apalagi saat tahu statusnya jauh lebih rendah dari gadis itu.

"Iya. Saya yakin tidak salah lihat saat tadi siang gadis itu datang bersama pengacaranya tuan Barry." jawab sih petugas.

"Hebat juga, pak Barry punya putri sebesar itu di umurnya yang masih terbilang cukup muda." ucap Gilang kagum.

Pak Sakri ingin berbicara lagi namun tiba-tiba terhenti. Pandangan mereka sama-sama beralih pada dua orang yang muncul dari balik pintu.

Nevan, batin Dastin. Pandangannya berpindah ke seseorang yang muncul bersama Nevan. Dastin mengenalnya sebagai teman sih gadis yang telah ketiduran didalam sel sana.

Terpopuler

Comments

Vivin Novriyanti

Vivin Novriyanti

/Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2024-04-27

0

Edah J

Edah J

perdebatan Berry dan Zuin bikin senyum"😁✌️

2024-04-03

0

liberty

liberty

OMG kocak banget ini 🤣🤣

2024-03-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!