7

"Astaga, kenapa lagi dengan anak itu." Barry memijit-mijit kepalanya. Ia sangat pusing bagaimana menghadapi putrinya.

"Nevan." Nevan berbalik menatap pria dewasa itu.

"Kau ikut denganku, dan Dastin..." lelaki itu melirik Dastin.

Dastin menoleh menunggu pria itu kembali berbicara.

"Kau bisa mengatasi putriku? Biarkan dia tinggal denganmu untuk sementara. Hanya sampai semua misi kita selesai. Lakukan saja apa yang kau mau untuk mendisplinkannya. Putriku itu sangat banyak idenya, jadi jangan sampai kau lengah. Aku menyerahkan dia dalam pengawasanmu." pinta Barry. Ia percaya Dastin bisa menjaga Zuin, karena pria itu adalah salah satu orang yang punya pengaruh besar di BIN dengan latar belakang yang kuat.

Dastin menganggukkan kepala. Sebenarnya ia tidak ingin lagi terlibat dengan gadis pembuat masalah itu tapi sekarang ia sedang ada dalam posisi yang tidak bisa menolak. Gadis itu juga butuh perlindungan.

"Satu hal lagi," tambah Barry.

"Jangan sampai anak nakal itu memakan udang. Dia punya alergi yang parah dengan makanan jenis itu." Dastin mengangguk lagi.

"Kalau begitu aku akan membawanya pergi sekarang." ucapnya kemudian. Barry mengangguk setuju. Dastin lalu berjalan ke dekat Zuin yang masih bersikeras didepan sana dengan segala laporannya.

Dastin menarik lengan gadis itu hingga Zuin menoleh dan menatapnya tajam.

"Kenapa lagi? Masih nggak percaya umurku sudah dua puluh tahun?" bentaknya sarkas. Ayyara ingin sekali membalas bentakan gadis itu tapi Gilang buru-buru menahannya.

"Kau lihat sikap gadis itu sangat tidak sopan pada Dastin." ucap Ayyara pelan. Ia tidak suka melihat Zuin bertingkah seenaknya pada Dastin. Padahal banyak sekali orang-orang besar yang menghormati lelaki itu.

"Tapi dia juga bukan putri dari orang sembarangan. Kau sudah menyinggungnya sekali, jangan sampai menyinggungnya lagi." balas Gilang berbisik.

Ayyara menggeram kesal. Ia merasa begitu marah tapi tidak berdaya. Statusnya di BIN hanya bawahan kecil, dan status sosialnya pun tidak seperti gadis itu. Ia hanya perempuan biasa yang lahir dari keluarga biasa, yang setiap bulan akan sangat senang dengan gaji yang pas-pasan.

"Mulai sekarang papamu memberi ijin sepenuhnya padaku untuk mengawasimu. Aku bisa melakukan apa saja jika kau melawan." kata Dastin datar dan penuh penekanan. Mata Zuin melebar. Pandangannya berpindah ke Barry di ujung sana.

"Hei tua bangka! Kau sengaja mau menjualku pada lelaki biadap ini?"

Semua orang didalam situ menatap Zuin takjub. Bahkan sikapnya pada ayahnya sendiri seperti itu. Yah ampun, mau jadi apa dia nanti. Anak seperti itu harusnya dididik dengan benar. Ayyara sangat emosi dengan kelakuan gadis itu.

Mereka merasa lebih aneh lagi karena  pak Barry malah terbahak dengan gaya meledeknya pada gadis itu dari dalam sel.

Zuin bertambah murka. Ia menghempas kuat tangan Dastin dan berlari cepat mendekati ayahnya.

"Katakan, apa rencanamu? Aku tahu kau hanya pura-pura ditangkap. Kalau tidak kenapa kau bisa sesantai ini bahkan bisa memerintahkan orang untuk mengawasiku. Jelaskan sekarang atau aku akan membakar perusahaanmu sekarang juga!" ancamnya. Sayangnya papanya sama sekali tidak merasa terancam. Ia tahu kalau Zuin suka sekali mengancam. Kata-kata kasar yang keluar dari mulutnya pun bertolak belakang dengan sifat gadis itu yang sebenarnya sangat lembut. Hanya orang-orang terdekatnya yang tahu sifat gadis itu sebenarnya.

Meski kecurigaan Zuin benar, Barry tidak akan pernah memberitahukan apapun rencananya dan misi penting apa yang sedang ia kerjakan saat ini. Kenapa juga dia harus berpura-pura masuk penjara.

Tiga bulan lalu pihak BIN mendatanginya dan meminta bantuannya untuk melakukan penelitian terhadap sebuah obat yang mereka yakini kemungkinan besarnya adalah sebuah virus berbahaya. Virus yang bisa mengancam nyawa banyak orang, yang kini sedang dikembangkan oleh salah satu perusahaan.

Obat itu mereka dapat dari sebuah perusahaan besar yang bergerak dalam bidang Farmasi. Ada mata-mata BIN di sana. Namun dibalik perusahaan itu ada pemimpin yang sangat kuat dan berkuasa yang berhubungan dengan jaringan mafia besar. Mereka harus melangkah dengan sangat hati-hati, demi keselamatan banyak orang. Alasan kenapa mereka memilih bekerja sama dengan Barry,

Karena Barry dulu adalah seorang profesor jenius dibidang medis yang pernah bekerja di BIN sebagai profesor besar di usia mudanya. Ia mengundurkan diri sepuluh tahun lalu dengan alasan ingin membangun perusahaannya sendiri. Alasan yang klise. ketua BIN waktu itu tahu bahwa Barry punya alasan lain yang tidak ingin ia ceritakan.

Selain itu mereka memilih Barry karena pria itu yang paling cocok dan punya banyak pengalaman dibidang obat-obatan.

Karena semua harus dilakukan dengan sangat hati-hati, Barry memberikan pendapat supaya dia pura-pura ditangkap karena terjerat kasus korupsi dan memanfaatkan waktu itu dengan meneliti obat. Menurutnya itu adalah cara yang terbaik. Semuanya harus sangat dirahasiakan. Bahkan di perusahaan, hanya Nevan dan orang yang akan menggantikan posisinya sementara itu yang tahu tentang misi berbahaya itu. Tentu saja itu adalah orang kepercayaannya. Namanya akan kembali dibersihkan oleh pihak BIN sendiri saat kasus yang akan mereka selidiki itu terbongkar.

Sayang sekali Barry tidak bisa memberitahu putrinya tentang rencana itu. Ia tidak mau Zuin terlibat. Ia tidak ingin putrinya kenapa-kenapa.

"Dastin, seret dia pulang sekarang juga!"

Dastin yang telah berdiri dibelakang Zuin menarik lengannya kuat. Zuin tidak tinggal diam. Ia menjerit, memukul dan meronta-ronta sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari lelaki itu bahkan menggigit tangan Dastin dan mencakar pria itu seperti orang gila.

Dastin meringis kesakitan. Ia merasa kewalahan, tanpa pikir panjang diangkatnya gadis itu seperti karung beras lalu berbalik keluar. Zuin terus-terusan berteriak dan memukul-mukul punggung Dastin tapi lelaki itu tidak peduli sama sekali.

Dastin membawa Zuin ke apartemennya. Gadis itu berkali-kali ingin kabur, tapi berkali-kali juga Dastin berhasil mencekalnya. Mereka berakhir diatas sofa dengan tangan Dastin yang terus mencekal gadis itu kuat-kuat.

"Katakan, berapa banyak papaku membayarmu? Aku akan menebusnya dan sebagai gantinya, lepaskan aku. Biarkan aku pergi dari sini." kata Zuin mulai lemah. Tenaganya sudah terkuras habis. Kedua tangannya masih dipegang kuat-kuat oleh tangan besar Dastin.

Dastin mencibir,

"Memangnya kau punya uang?" Zuin tampak berpikir. Ia memang tidak punya uang. Tapi ia bisa meminta pada kak Nevan nanti. Tapi... Pasti papanya melarang kak Nevan.  Zuin menggeram kesal lalu menatap pria itu lagi.

"Ya sudah, kalau begitu keluarkan aku saja dari sini, lagipula kau juga membenciku kan, Ahhh!"

Gadis itu tiba-tiba berteriak dan memeluk Dastin kuat-kuat, membenamkam kepalanya di dada bidang pria itu. Bunyi guntur dan kilat yang begitu tiba-tiba membuatnya kaget hingga refleks memeluk pria itu. Ia paling takut mendengar bunyi guntur.

Yah ampun, kenapa dirinya hari ini sial sekali. Padahal ia sudah berteriak dan memaki-maki lelaki ini tapi sekarang ia harus mati-matian menahan malu karena memeluknya seenaknya begitu. Biar deh.

Dastin berusaha melepaskan diri dari gadis itu tapi gadis itu terus memeluknya sangat kuat. Lelaki itu menghembuskan nafas panjang. Baru sekarang ia berhadapan dengan perempuan yang aneh macam begini.

"Sebaiknya sekarang kau tidur." gumamnya pelan. Dastin merasakan gerakan kepala Zuin di dadanya. Alisnya terangkat, kenapa lagi dengan perempuan ini. Zuin lalu menaikkan wajah menatapnya.

"Aku mau tidur asal kau menemaniku." kata Zuin tanpa rasa malu sedikitpun. Bodoh amat, ia terlalu takut dengan bunyi-bunyi mengerikan itu. Lebih aman kalau ada seseorang disampingnya.

Dastin menutup mata menahan kekesalannya. Seharusnya dia menolak saja permintaan dari ayah  gadis ini tadi kalau tahu akan sesulit ini menghadapinya.

"Memangnya kau anak-anak. Kenapa aku harus menemanimu tidur. Kau tidak takut aku berbuat macam-macam?"

Zuin menatapnya lagi.

"Nggak tuh, memangnya kau berani berbuat macam- macam pada... Argh!" gadis itu kembali berteriak dan memeluk Dastin lagi saat guntur dan kilat itu kembali terdengar menggelegar ditelinganya. Dastin menghembuskan nafas kasar. Baiklah, yang lebih waras mengalah saja.

Terpopuler

Comments

liberty

liberty

tuh kan Pak Barry gak marah...aku suka nih tipr Ayah kayak Pak Barry..asyiiikkk orangnya 😁

2024-03-10

0

liberty

liberty

wkkkk barbar banget anakmu Pak Barry...bapak tetep sabar & tampan punya anak gini sungguh luar biasa 😅...kalo bukan anak kandung yg paling disayang udah dipites kali 🤣🤣🤣

2024-03-10

1

Yulia Laurensia

Yulia Laurensia

luucuuuuu bgt 🤭

2024-02-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!