NovelToon NovelToon
Penguasa Sekte Chaos: Dari Abu Menuju Takhta

Penguasa Sekte Chaos: Dari Abu Menuju Takhta

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / Sistem / Iblis / Kelahiran kembali menjadi kuat / Fantasi Isekai
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: febri_yeee

nre: Fantasi, Aksi, Sekte-Building, Antihero, Overpowered

Sinopsis:

Di benua Elvaria, kehormatan dan kesetiaan adalah dua mata uang paling berharga. Namun, bagi Kael Arvane, seorang jenderal muda yang pernah menyelamatkan kerajaannya dari kehancuran, keduanya hanyalah ilusi yang bisa dibakar oleh kekuasaan.

Dikhianati oleh rajanya sendiri dan difitnah sebagai pengkhianat, Kael diburu, disiksa, lalu dilempar ke lembah kematian yang dikenal sebagai "Jurang Sunyi"—tempat para monster, penjahat, dan kutukan abadi bermuara. Tapi justru di tempat itulah "Sistem Chaos Sovereign" bangkit dari sisa jiwanya yang penuh dendam.

Dengan sistem itu, Kael mampu menciptakan sekte dari nol: Sekte Chaos, sekte tanpa aturan moral, tanpa dogma suci—hanya kekuatan, kebebasan, dan ambisi pribadi. Ia mulai merekrut orang-orang yang dibuang oleh dunia: budak, pembunuh, monster setengah manusia, penyihir terkutuk, bahkan mantan bangsawan pengkhianat.

Dari mereka, ia membentuk Dua Belas Pilar Chaos

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febri_yeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Pilar Ketigabelas

Kota Chaos berdetak. Bukan seperti kota biasa yang bergerak karena waktu, melainkan seperti makhluk hidup. Dindingnya menghisap energi dari langit, jalanannya bernapas dengan sihir primordial, dan udara dipenuhi alunan mantra yang tak pernah berhenti berputar. Para murid berlatih siang dan malam, dipimpin langsung oleh Dua Belas Pilar. Setiap sudut kota adalah medan ujian, setiap atap menara adalah medan duel.

Namun satu pertanyaan kini bergaung di antara lorong-lorong sihir:

Apakah dua belas cukup untuk menahan badai yang akan datang?

Kael duduk di dalam Aula Kaca Hitam, sebuah ruangan besar yang terbuat dari kristal Chaos murni. Dinding-dindingnya memantulkan bayangan masa lalu dan masa depan, membentuk siluet dirinya yang belum terjadi.

Di sekelilingnya, Pilar berkumpul. Reina di sisi kanan, Xalreth di sisi kiri, dan Rasmus di belakang, diam seperti biasanya.

“Tak ada ancaman baru dalam laporan terakhir,” kata Velka. “Namun… ada desas-desus dari Timur.”

Kael menyipitkan mata. “Timur?”

“Ada seorang yang mengaku murid pertamamu. Ia membentuk sekte kecil, meniru lambang kita. Namun, ia… tak pernah kita kenal.”

Reina menyela, “Atau, seseorang menyamar atas nama Chaos untuk menciptakan tiruan.”

Kael menunduk sebentar. “Kirim Rasmus. Bawa dia hidup-hidup, kalau dia nyata. Kalau palsu, bakar seluruh sektenya sampai yang tersisa hanya debu dan penyesalan.”

Rasmus mengangguk dan menghilang dalam kilatan biru. Tapi sebelum ia sempat melangkah keluar dari aula, tanah bergetar.

Bayangan besar menjulang dari tengah lantai aula, membelah marmer hitam, lalu retakan menyebar ke dinding. Pilar serentak bersiaga. Xalreth mengeluarkan belati petirnya, Reina membuka sihir penjaga, dan Sorun menarik senjata kutukan dari tulangnya sendiri.

Tapi Kael hanya mengangkat tangan.

“Tenang,” ucapnya. “Aku tahu siapa yang datang.”

Dari bayangan itu, muncul sosok berjubah kelam. Wajahnya tersembunyi oleh kerudung abu-abu, namun aura di sekelilingnya tidak asing. Kael berdiri perlahan, berjalan turun dari singgasana, lalu berhenti satu langkah dari sosok itu.

“Jadi kau datang juga,” bisiknya.

Sosok itu menurunkan kerudungnya.

Wajah laki-laki muda, berkulit pucat dan bermata merah kabut, muncul. Bibirnya menyeringai, dan dari balik jubahnya keluar aura kehampaan, seakan dunia menolak kehadirannya.

“Aku mendengar suara lama. Suara yang dulu memanggil kami.”

Kael menatapnya dalam-dalam. “Zareth…”

Xalreth mendecak pelan. “Jadi dia masih hidup. Pilar ke-13 yang dihapus sejarah.”

“Pilar Ke-13 tidak pernah mati,” kata Reina dengan suara dingin. “Dia diasingkan. Karena melanggar hukum pertama Kael.”

“Karena aku mencintai dewa musuh kita,” jawab Zareth tanpa rasa malu. “Dan karena aku membuktikan bahwa cinta pun bisa menjadi bentuk kekacauan.”

Kael menatapnya lama, sebelum akhirnya melangkah mundur.

“Apa yang kau inginkan?”

Zareth tersenyum. “Tempatku.”

Suasana menjadi tegang. Pilar lain bereaksi, beberapa marah, yang lain waspada. Tapi Zareth tetap berdiri tenang, seperti tahu bahwa ia punya tempat di aula ini.

Kael memutar pandangan ke semua bawahannya.

“Kau semua tahu… Chaos bukan tatanan yang membatasi. Chaos adalah kebebasan. Tapi kebebasan tak bisa bertentangan dengan tekad kolektif.”

Ia mengangkat tangan.

“Pilar ke-13 tak pernah resmi dihapus. Hanya disembunyikan.”

Zareth menunduk. “Dan kini aku kembali. Bukan untuk menggantikan siapa pun, tapi untuk memperingatkan.”

Mata Kael menyipit. “Peringatan?”

Zareth mengangkat tangannya. Sebuah ilusi muncul di tengah aula: gambaran sebuah istana yang berdiri di atas awan, bersinar keemasan, tapi dari dalamnya keluar bayangan raksasa bertanduk tiga.

“Ada sesuatu yang bangkit di balik batas dunia. Bukan dewa. Bukan iblis. Tapi konsepsi baru yang ingin membakar semua sisi... termasuk Chaos.”

Reina maju. “Omong kosong. Kami sudah menaklukkan langit dan neraka.”

“Ini bukan tentang takluk-meneklukkan,” kata Zareth. “Ini tentang batas realitas. Sesuatu telah pecah sejak kekaisaran runtuh. Dunia kita tak lagi utuh.”

Kael menggeleng. “Kau masih bermain-main dengan ilusi, Zareth. Aku membangun Sekte ini bukan untuk melawan ilusi.”

“Dan aku kembali bukan untuk mencari pengampunan. Tapi untuk berperang. Dengan kalian, atau tanpamu.”

Zareth membalikkan badan, melangkah ke arah bayangan yang membawanya masuk.

Namun sebelum ia menghilang, Kael berkata, “Tunggu.”

Semua mata tertuju pada sang pemimpin Chaos.

“Jika dunia akan pecah sekali lagi, maka Chaos harus memimpin jalan ke dalam kehancuran… dan keluar sebagai satu-satunya yang tetap berdiri.”

Kael menunjuk Zareth. “Kau kembali sebagai Pilar Ke-13. Bukan sebagai pengikut. Tapi sebagai penjaga batas antara kita dan kehampaan.”

Zareth tersenyum samar. “Dengan senang hati.”

---

Malam itu, Kael menyendiri di ruang meditasinya. Cahaya ungu redup berputar di sekelilingnya. Tapi pikirannya jauh. Lebih jauh dari bintang, lebih dalam dari kehampaan yang Zareth bicarakan.

Ia tahu. Sejak awal. Kekaisaran runtuh terlalu cepat. Dunia terlalu diam setelah kehancuran besar. Itu bukan kedamaian. Itu adalah jeda.

“Siapa yang akan datang selanjutnya?” gumamnya.

Sistem dalam tubuhnya berbicara. [Sistem: Peringatan—resonansi dimensi terdeteksi di titik koordinat tak dikenal. Waktu ledakan: 13 hari 6 jam.]

Kael menghela napas. Ia bangkit dari meditasinya dan berjalan ke balkon tertinggi Kota Chaos. Angin dingin berhembus. Di kejauhan, bintang-bintang berkedip tak biasa.

“Zareth kembali. Pilar lengkap. Tapi tantangan belum dimulai.”

Di belakangnya, Reina muncul.

“Apakah kau akan memberitahu murid-murid tentang kehampaan itu?”

Kael menatap ke langit. “Tidak. Karena Chaos bukan tentang rasa takut. Tapi tentang keyakinan bahwa bahkan dalam kegelapan mutlak… kita tetap bergerak.”

Dan dengan itu, ia bersiap. Untuk perang yang bukan lagi tentang kerajaan atau sekte.

Tapi tentang realitas itu sendiri.

---

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!