NovelToon NovelToon
Manisnya Dosa Janda Penggoda: Terjerat Paman Direktur

Manisnya Dosa Janda Penggoda: Terjerat Paman Direktur

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Janda / Konflik etika / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Romansa
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Bangjoe

Mampukah janda muda menahan diri saat godaan datang dari pria yang paling tabu? Setelah kepergian suaminya, Ayana (26) berjuang membesarkan anaknya sendirian. Takdir membawanya bekerja di perusahaan milik keluarga suaminya. Di sana, pesona Arfan (38), paman direktur yang berkarisma, mulai menggoyahkan hatinya. Arfan, duda mapan dengan masa lalu kelam, melihat Ayana bukan hanya sebagai menantu mendiang kakaknya, melainkan wanita memikat yang membangkitkan gairah terpendam. Di antara tatapan curiga dan bisikan sumbang keluarga, mereka terjerat dalam tarik-ulur cinta terlarang. Bagaimana Ayana akan memilih antara kesetiaan pada masa lalu dan gairah yang tak terbendung, di tengah tuntutan etika yang menguji batas?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bangjoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27: Kutukan Darah dan Kebohongan Arfan

Ayana tersentak. Napasnya tercekat, mata menatap kosong pada Raya yang terlelap. Sebuah permainan hidup atau mati. Kalimat itu berputar di kepalanya, diiringi denyutan brutal jantungnya.

Ia berbalik, mencari Arfan. Pria itu berdiri kaku di ambang pintu, wajahnya keruh. Ada keraguan, penyesalan, dan juga sesuatu yang sulit Ayana tafsirkan. Ketakutan?

"Arfan... apa maksudmu?" Suara Ayana bergetar, lebih seperti bisikan yang nyaris tak terdengar. "Rahasia apa? Kutukan apa? Dan Dimas... dia terlibat apa?" Nada menuduh tak bisa ia sembunyikan.

Arfan menunduk, menghela napas berat yang terdengar seperti beban berton-ton. "Ayana, aku... aku minta maaf. Aku tahu aku seharusnya memberitahumu lebih awal."

"Memberitahuku apa? Bahwa suamiku punya rahasia mematikan yang bisa membunuh anakku?!" Ayana tak sanggup lagi menahan amarahnya. "Dan kau! Kau adalah bagian dari kebohongan itu! Kau tahu apa-apa saja? Apa yang kau sembunyikan dariku?"

Arfan melangkah mendekat, matanya memohon. "Dengar, Ayana. Ini jauh lebih rumit dari yang kau bayangkan. Dimas... dia punya masalah besar sebelum meninggal."

"Masalah apa?" Ayana mendesak, setiap kata terasa seperti api yang membakar tenggorokannya.

"Hutang. Hutang yang sangat besar," Arfan menjawab, suaranya pelan dan berhati-hati. "Bukan hanya hutang biasa. Dimas terjerat dalam lingkaran perjudian ilegal dengan sindikat yang sangat berbahaya. Dia mencoba menutupinya dengan berbagai cara, termasuk... menggunakan dana perusahaan secara diam-diam."

Ayana terhuyung mundur, tangannya mencengkeram dadanya yang terasa nyeri. "Tidak... tidak mungkin. Dimas tidak mungkin melakukan itu." Suaminya... tidak mungkin sejahat itu. Atau sebodoh itu.

"Aku juga ingin berpikir begitu, Ayana. Tapi buktinya jelas." Arfan meraih selembar amplop cokelat dari saku jasnya, meletakkannya di meja. "Ini sebagian dari apa yang kutemukan setelah Dimas meninggal. Catatan transaksi mencurigakan, transfer ke rekening asing, dan... ancaman."

Ayana membuka amplop itu dengan tangan gemetar. Kertas-kertas di dalamnya terasa dingin dan menakutkan. Rekening koran dengan nominal fantastis, tanda tangan Dimas di sana-sini, dan sebuah surat tanpa nama pengirim, hanya logo kepala naga yang mengerikan, berisi ancaman eksplisit tentang 'melunasi kewajiban yang tertunda' atau 'keluarga akan menanggung akibatnya'.

Kepalanya berdenyut hebat. Sebuah bisul nanah yang selama ini tersembunyi, kini pecah dan menyemburkan segala kengeriannya. Suaminya... Dimas, bukan hanya pria yang ia cintai, tapi juga seorang penjudi, seorang penipu, dan kini... penyebab bahaya bagi putrinya.

"Kenapa... kenapa kau tidak memberitahuku ini dari awal?" Ayana menatap Arfan, matanya berkaca-kaca. "Kenapa kau menutupinya? Apa kau juga terlibat?"

"Aku tidak terlibat dalam perjudiannya, Ayana." Arfan menggeleng tegas. "Tapi aku tahu sebagian. Aku menemukan ini beberapa minggu setelah pemakaman Dimas. Aku panik. Aku tahu jika ini terungkap, reputasi keluarga dan perusahaan akan hancur. Aku ingin melindungimu, melindungi Raya, dan melindungi apa yang tersisa dari nama baik keluarga." Ia berhenti sejenak, menatap Ayana dengan tatapan penuh penyesalan. "Aku mencoba membereskan hutang-hutangnya secara diam-diam. Mencoba membeli waktu. Tapi ternyata, sindikat itu tidak main-main. Mereka lebih berkuasa dari yang kuduga."

"Jadi kau... kau mencoba melindungi seorang penipu dan malah menyeret kami semua ke dalam bahaya yang lebih besar?" Suara Ayana meninggi. "Bagaimana kau bisa begitu naif? Atau bodoh? Atau... apa kau menikmati perasaan menjadi pahlawan yang menyelamatkan keluarga dari kehancuran?"

Kata-kata Ayana menghantam Arfan telak. Ekspresi Arfan berubah sakit. "Bukan begitu, Ayana. Aku hanya... aku ingin menyelamatkanmu dari rasa sakit ini. Dari beban ini. Dan sekarang, mereka yakin kau, sebagai ahli waris Dimas, tahu di mana Dimas menyembunyikan uang yang tersisa. Atau mungkin, Dimas sengaja meninggalkan sesuatu padamu sebagai jaminan."

"Aku tidak tahu apa-apa!" Ayana berteriak frustrasi. "Aku tidak punya apa-apa!"

"Aku tahu itu." Arfan mengusap wajahnya lelah. "Tapi mereka tidak percaya. Sejak kemarin, aku mendapat kabar dari sumberku. Mereka mulai mencari tahu tentangmu. Tentang Raya. Mereka sudah mengawasi rumah ini. Mereka tahu Raya adalah putri Dimas."

Jantung Ayana mencelos. Raya. Ancaman itu nyata. Begitu nyata. Ia memeluk dirinya sendiri, berusaha menahan guncangan yang terasa di seluruh tubuhnya. Sindikat. Ancaman. Putri Dimas. Putrinya. Mereka akan menyakiti Raya.

"Kita harus pergi." Ayana berbisik, panik. "Kita harus membawa Raya pergi dari sini. Sekarang juga."

Arfan mengangguk. "Itu rencanaku. Aku sudah menyiapkan semuanya. Sebuah tempat yang aman. Jauh dari jangkauan mereka. Tapi kita harus bertindak cepat. Aku tidak tahu berapa lama kita punya waktu sebelum mereka membuat langkah lebih jauh."

"Tapi bagaimana? Mereka mengawasi kita, kan?" Ayana memandang sekeliling, setiap bayangan terasa seperti mata-mata yang mengintai. Rumah yang dulu terasa aman, kini menjadi sangkar yang mencekam.

"Aku punya rencana." Arfan meraih tangannya, genggamannya kuat dan meyakinkan, namun Ayana bisa merasakan gemetaran halus di baliknya. "Kita akan berpura-pura hidup normal hari ini. Aku akan minta Pak Jaya menjemput Raya untuk bermain di taman seperti biasa. Kau ikut dengannya. Sementara itu, aku akan mengalihkan perhatian di kantor. Kita akan bertemu di titik penjemputan yang sudah kusiapkan. Dari sana, kita akan menuju ke tempat persembunyian."

Ayana menatap Arfan. Kebohongan demi kebohongan. Sekarang, ia harus ikut bermain dalam drama berbahaya ini. Demi Raya. Demi keselamatan putrinya. Namun, rasa pahit di hatinya tak bisa hilang. Arfan, pria yang selama ini menjadi pelabuhan hatinya, ternyata juga menyimpan rahasia kelam yang membahayakan nyawa putrinya.

"Apakah kita bisa mempercayai Pak Jaya?" tanya Ayana, suaranya penuh curiga.

"Pak Jaya adalah orang kepercayaanku. Dia tahu risikonya dan dia setuju untuk membantu." Arfan membalas, matanya tegas. "Kita tidak punya pilihan, Ayana. Ini satu-satunya cara kita bisa keluar dari sini tanpa menarik terlalu banyak perhatian."

Ayana mengangguk perlahan. Percaya atau tidak percaya, ia tak punya daya. Nyawa Raya adalah prioritasnya. Apapun akan ia lakukan. Bahkan jika itu berarti ia harus bersekongkol dengan kebohongan yang nyaris membunuhnya.

Pagi itu terasa lebih dingin dan sunyi dari biasanya. Ayana mempersiapkan Raya dengan hati-hati, setiap sentuhan terasa berat. Raya yang polos tidak tahu bahaya apa yang mengintai di balik setiap jendela, setiap bayangan. Sebuah tas berisi barang-barang penting sudah Arfan siapkan semalam, tersembunyi di bagasi mobilnya. Rencana mereka sederhana, namun sangat berisiko.

Saat Pak Jaya tiba, Ayana mengamati sekeliling, mencari tanda-tanda mencurigakan. Sebuah mobil hitam yang asing terparkir di ujung jalan. Jantungnya berdetak kencang. Apakah mereka sudah mengetahui rencana mereka? Apakah ini sebuah jebakan?

"Hati-hati, Nak Ayana. Cepatlah," bisik Pak Jaya, matanya menunjukkan ketegangan yang sama. "Mereka tidak punya banyak waktu."

Ayana menggendong Raya, pura-pura tersenyum ceria pada putrinya. "Yuk, Sayang. Kita main di taman hari ini." Ia melirik ke arah mobil hitam itu lagi. Di balik kaca gelapnya, ia merasa sepasang mata mengamati setiap gerak-geriknya. Permainan ini sudah dimulai. Dan Ayana merasa bahwa nyawanya, dan nyawa Raya, hanya bergantung pada seutas benang tipis yang bisa putus kapan saja.

Saat Raya sudah masuk ke dalam mobil Pak Jaya, dan mobil perlahan melaju pergi, Ayana masih berdiri di depan rumah. Ia harus menunggu Arfan berangkat ke kantor, membuat alibi seolah semuanya normal. Pikirannya kalut. Haruskah ia membiarkan Raya pergi begitu saja? Sendirian dengan Pak Jaya? Bagaimana jika Arfan berbohong lagi? Bagaimana jika ini semua adalah bagian dari rencana Arfan untuk menyingkirkannya? Suara batin Ayana berteriak, penuh keraguan.

Tiba-tiba, ponsel di saku Arfan bergetar. Arfan meraihnya, ekspresinya langsung berubah pucat. Ia membaca pesan itu, dan mata Ayana menangkap kilasan ngeri di wajah Arfan. Seolah-olah seluruh dunia baru saja runtuh di hadapan mereka berdua. Arfan mendongak, menatap Ayana dengan tatapan putus asa yang dalam.

"Ayana..." suaranya tercekat. "Rencana kita... mereka sudah tahu. Pak Jaya dan Raya... mereka disergap."

1
zaire biscaya dite
Gw trs trg bingung dgn jln ceritanya novel ini, selain berganti2 nama para tokoh yg ada, jg perbedaan rahasia yg diungkapkan oleh Arfan kpd Ayana
Benar2 membingungkan & bikin gw jd malas utk membaca novel ini lg
panjul man09
bosan
panjul man09
sudah janda koq ,bisa memilih jalan hidup , siapa vina , bisa bisanya mengatur hidup orang .
panjul man09
siapa nama anak ayana , maya , kirana atau raka ?
zaire biscaya dite
Tolong perhatikan dgn benar ttg nama tokoh dlm novel ini, spt nama anak yg selalu berganti2 nama, Arsy, Maya, Raka, Alisha
Jgn membingungkan pembaca yg berminat utk membaca novel ini
panjul man09
mereka boleh menikah, karna mereka bukan mahrom
panjul man09
lanjuut
zaire biscaya dite
Betul, tlg diperhatikan dgn baik nama yg ada di dlm novel ini. Nama suami itu Adnan atau Daniel, nama anaknya itu Arsy, Maya, Kirana atau Raja ? Jgn smpe ceritanya bagus, tp malah bikin binging yg baca krn ketdkkonsistenan penyebutan nama tokoh di dlmnya, y
Bang joe: terimakasih atas masukannya kak 🙏
total 1 replies
Greenindya
yg bnr yg mana ya kok nama anaknya gonta ganti Kirana maya raka
Bang joe: mohon maaf atas kekeliruannya kak
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!