NovelToon NovelToon
Nikah Muda Karena Terpaksa

Nikah Muda Karena Terpaksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Orie Tasya

Damian pemuda urakan, badboy, hobi nonton film blue, dan tidak pernah naik kelas. Bahkan saat usianya 19 tahun ia masih duduk di bangku kelas 1 SMA.

Gwen, siswi beasiswa. la murid pindahan yang secara kebetulan mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah milik keluarga Damian. Otaknya yang encer membuat di berkesempatan bersekolah di SMA Praja Nusantara. Namun di hari pertamanya dia harus berurusan dengan Damian, sampai ia harus terjebak menjadi tutor untuk si trouble maker Damian.

Tidak sampai di situ, ketika suatu kejadian membuatnya harus berurusan dengan yang namanya pernikahan muda karena Married by accident bersama Damian. Akan tetapi, pernikahan mereka harus ditutupi dari teman-temannya termasuk pihak sekolah atas permintaan Gwen.

Lalu, bagaimana kisah kedua orang yang selalu ribut dan bermusuhan ini tinggal di satu atap yang sama, dan dalam status pernikahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orie Tasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Gila benar-benar gila, sepanjang pagi Gwen justru tak konsentrasi mengerjakan tugas dari Bu Jasmine, guru matematika. Masa iya, dia mengisi soal logaritma dengan jawaban, 'Sumpah gue nggak meluk si kampret Damian.'

Untung saja ia langsung sadar, dan mencoret jawaban itu agar tak terlihat. Bahaya, benar-benar bahaya si Damian itu. Virusnya sudah menyebar di otak Gwen, lama-lama kalau tidak dihempaskan akan menjadi stadium empat, dan menjalar di seluruh aliran darah.

Ini semua pasti gara-gara tadi pagi mereka tercyduk Bu Jessica, tengah berpelukan saat masih tertidur. Malu, sumpah Gwen malu sampai ke ubun-ubun. Mana Bu Jessica senyum-senyum terus saat di meja makan.

"Lo kenapa, Gwen? Kok buku lo dicoret-coret?" Jane menyipitkan matanya. "Hayoloh, lagi ngehalu nulis nama cowok yang lo taksir, ya? Sampai-sampai salah isi." Jane menggodanya. Dan sialnya nama itu adalah nama sang suami. Tetapi mana mungkin sih dia menyukai Damian, sepertinya itu sangat mustahil terjadi, pikir Gwen.

'Gue nggak mau terjebak sekte perbucinan, apalagi sampai bucin cowok sesat kek Damian itu, jangan sampai, 'gumam Gwen. Sampai-sampai tubuhnya merinding seperti baru saja bertemu pocong karaokean di tengah kuburan.

"Apaan sih, Jane. Enggak lah. Ini tadi salah itung,"

Bohongnya. Urusan dosa urusan belakangan, yang pasti jangan sampai Jane tahu ia menulis nama Damian di sana.

Bisa gempar dunia persilatan.

"Yang bener?" Jane terus melancarkan aksinya menggoda Gwen, namun dalam hati ia sempat berpikir, jika mungkin saja yang ditulis Gwen, lalu dicoret lagi itu nama Axel. Ah, membayangkannya saja hatinya cukup perih. Berarti Gwen dan Axel memiliki perasaan yang sama. Ia sudah tak ada harapan untuk mendapatkan Axel jika seperti ini.

Akan tetapi, Jane itu tipe cewek tangguh, mati satu tumbuh seribu. Kalau tidak jodoh dengan Axel, masih banyak cowok ganteng di sekolahnya. Termasuk Pak Agus, eh bukan. Maaf, Pak Agus sudah Jane coret dari daftar pria idaman.

"Bener lah, udah lo ah ngerjain lagi buruan. Keburu bel istrirahat nggak kelar-kelar nih."

Jane mengangguk, namun tetap saja ia masih menyenggol-nyenggol bahu Gwen untuk menggodanya. Sedangkan di belakang tempat duduk mereka, Axel sempat tersenyum-senyum sendiri mendengar pembicaraan kedua gadis itu. Bolehkah ia percaya diri, jika nama yang ditulis Gwen di bukunya itu adalah namanya?

Axel mendongak ke atas, bayangan tulisan Gwen di buku adalah....

Gwen cinta banget sama Axel.

"Mungkin aja, berharap nggak salah dong," gumamnya lirih. Mengundang lirikan dan senyum tipis di bibir Jun, ketika memperhatikan temannya yang tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila.

***

Suasana kantin saat jam istrirahat sangatlah ramai, hampir semua meja penuh. Tak terkecuali meja paling ujung, yang menjadi tempat favorit gerombolan Damian.

Lihat saja, keempatnya kini tengah duduk di sana, dengan pink milk yang mencolok di atas meja itu, dan pemilik minuman itu adalah Damian.

Si preman berwajah androgini, dan penggemar berat pink milk.

"Dam, lo kok jarang nongkrong sama kita-kita sekarang? Terus maksud postingan lo kemarin itu apaan? Lo beneran ada kencan sama Bi Asih?" tuduh Jason tiba-tiba.

Damian yang tengah meminum pink milknya, langsung menyeburkannya kembali. Untung saja tak terkena wajah Axton yang katanya mirip Leonardo Decaprio itu.

"Sembarangan banget lo ngomong, mana ada gue kencan sama Bi Asih. Mau digorok Mang Kardi apa gue? Suka ngadi-ngadi lo kalau ngomong. Baiknya lo bikin akun kelebihan bibir, tuh cocok buat loh," deliknya tajam ke arah Jason.

Jason lalu mengambil ponselnya di saku celana, memperlihatkan postingan Damian di salah satu akun sosial mendia si tampan tersebut.

"Nih, kalau lo nggak percaya. Lo sendiri yang nulis caption pergi dengan babu. Bukannya kemarin yang kontaknya lo simpen dengan nama babu itu kontaknya Bi Asih? Yang foto profilenya tuh cowok Korea," ujar Jason

'Mampus gue, 'batin Damian. Kemarin dia lupa kenapa malah menulis caption itu. Pasti karena terkena guna-guna dari si cewek badak, panggilan sayang yang Damian berikan pada sang istri.

"Oh itu, gue asal tulis aja. Gue pergi sendirian kok kemarin."

"Yang bener, jangan bohong Lo. Kelakuan lo makin aneh tau sejak lo ada something sama Bi Asih. Pas lo sama Alicia tuh masih hobi banget bully anak orang?" Axton menyambar.

"Justru sekarang bagus tau, si Damian udah nggak lagi ngebully anak cupu, mana nilainya bagus-bagus lagi. Wah lo bakalan naik kelas nih, Dam," ujar Christ.

"Ya iyalah. Pokoknya gue mau ngebuktiin sama Bokap gue, kalau gue bisa naik kelas." Dia menepuk dadanya sendiri bangga.

Axton dan Jason mendengus, bukan dia tak suka akan perubahan temannya ke arah lebih baik. Tetapi semenjak Damian berubah, mereka jarang nongkrong bersama lagi. Apalagi kalau malam minggu adalah agenda mereka berempat nonton film biru, kecuali Christ tentunya. Dia lebih suka membaca buku masakan ketimbang mencemari mata seperti ketiga temannya.

Tak jauh dari mereka berempat duduk, ada Gwen dan para sahabatnya yang juga tengah makan di kantin bersama. Sejak tadi, Gwen tak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok Damian yang tengah bercanda dengan teman-temannya. Sampai matanya menangkap penampakan Alicia dan genknya yang menuju ke meja Damian.

"Hai, Sayang," ujar Alicia yang langsung duduk di sebelah Damian. Lebih parahnya Alicia merangkulkan tangannya di lengan Damian tanpa tahu malu. Bahkan dengan beranu gadis itu menaruh kepalanya di pundak pemuda itu.

"Sayang, Sayang pala lo peyang. Minggir lo, nyempit-nyempitin tempat duduk aja," geram Damian. Dia agak risih dengan kehadiran Alicia. Dia hanya mantan, ingat mantan.

"Kok kamu gitu sih sama aku, Dam."

Axton, Jason, dan Christ saling lirik satu sama lain.

Mereka bertiga sebenarnya juga malas kalau Alicia datang.

"Gitu gimana? Kan emang seharusnya gitu. Tak baik mantan dekat-dekat sama mantannya. Lo harus inget, kita udah mantan. Kalau lo nggak inget juga biar gue tulis, terus gue laminating, ntar tempelin tuh di tembok kamar lo. Jangan baper sama mantan."

Alicia mengerucutkan bibirnya, dan itu tak ada lucu-lucunya sama sekali.

"Gue nggak mau putus sama lo, Dam."

"Bodo amat, gue bahagia malah putus sama lo," ujar

Damian yang acuh padanya. Justru kini pandangannya mengarah pada sosok sang istri yang tengah bercanda dengan Axel. Padahal tadi Gwen menatapnya, tapi saat tahu Damian berbalik menatap Gwen, gadis itu buru-buru mengalihkan pandangan.

'Ngapain sih tuh cewek badak malah senyum-senyum sama cowok sok iyes itu."

Melihat perubahan di wajah Damian, yang moodnya mulai buruk. Ketiga orang sahabat Damian kini berdiri dari duduknya.

"Dam, kita pergi ke markas duluan deh. Lo urusin dulu nih simpenan lo," ujar Jason.

"Woy, di sini aja. Ngapain pada minggat sih?"

Axton tiba-tiba berakting sakit perut, dengan wajah mengenaskan. "Gue kepengen boker, masa gue boker di sini sih. Yang bener aja."

Damian mendengus, dan Alicia menutup hidungnya.

"Gila lo, ya udah sono." Dia lantas melirik Jason, dan Christ yang ikut pergi dari sana. "Terus kalian berdua ngapain ikut minggat? Nahan boker juga kek si Axton? Mukanya udah semrawut banget kek ngurusin beban negara."

"Sorry, Dam. Gue sama si Cina ini mau nemenin si Axton boker, dia takut sendirian di WC siswa. Konon katanya ada hantu Nenek gayung yang bersemayan di sana. Kasihan dia entar pingsan malah boker di celana, emang lo mau nyebokin?" Christ sudah mendelik ke arah Jason.

Memang ya semua temannya tidak ada yang lurus pikirannya.

"Lah emang di sana ada hantu Nenek gayung? Jangan nyebar gosip deh?" tutur Alicia. Masih mengeratkan rangkulannya di lengan Damian, dan hal itu tak luput dari pandangan Gwen dari mejanya. Gadis itu sempat menusuk baksonya dengan garpu secara brutal.

"Ada, orang Nenek lampirnya aja di sini!" seru Axton.

Alicia langsung berdiri dari duduknya dengan wajah kesal.

Axton yang mendapat delikan tajam dari Alicia,

langsung kabur bersama Jason, dan Christ. Akan tetapi, sebelum ketiganya melarikan diri, Jason sempat berteriak.

"Kabur yok, bisa-bisa lo lo pada dikutuk jadi gerandong!"

Alicia marah, kakinya menghentak lantai, dan justru Damian malah tertawa terpingkal. Termasuk Gwen yang kini ikut meledakkan tawanya. Puas dengan ucapan Axton yang mewakilinya untuk menghajar gadis itu dengan ucapan.

"Apaan kok lo ketawa gitu, Gwen?" tanya Axel.

Gwen menoleh pada Axel, mencoba menghentikan tawanya. "Ah, nggak. Tuh gue lagi merhatiin si Nenek lampir yang lagi dibully sama genknya di Damian."

Keempat sahabat Gwen reflek menoleh ke arah di mana Damian duduk bersama Alicia.

"Tapi cocok mereka berdua, si preman dan si tukang bully. Mereka masih langgeng 'kan pacarannya?" Axel menimpali.

Mendengar kalimat Axel, kenapa Gwen tak suka ya.

"Mereka udah putus kok, Xel."

"Tahu dari mana? Mungkin gosip, ngapain putus, orang udah serasi kok."

Gwen mencoba menahan rasa kesal di dadanya. Entah kenapa ia tak suka Axel menjodohkan Damian dengan Alicia. Raut wajahnya berubah, memilih fokus pada makan siangnya kembali. Ia mencoba mencuri-curi pandang ke arah Damian.

Gwen bisa melihat jika Alicia semakin menempel pada Damian.

'Gue kenapa, sih? Nggak mungkin gue cemburu, kan?

Gue nggak mungkin suka sama si manusia sesat satu itu?' batin Gwen.

Semakin ditahan, semakin dadanya panas. Apalagi ketika si Alicia semakin menempel pada tubuh suaminya.

Tidak bisa dibiarkan.

Srakk.

Suara kursi didorong cukup keras menjadi irama yang membuat keempat temannya mendongak, menatap Gwen yang sudah berdiri dari duduknya.

"Lah, lo mau ke mana, Gwen?" tanya Axel.

"Mau nyamperin si Damian."

Jane, Mika, Axel, dan Jun saling lirik dengan mengerutkan dahi. "Lah ngapain, mau cari masalah lo sama tuh preman?" tanya Jane.

"Gue ada urusan sama tuh si manusia sesat satu," ujarnya. Ia hampir bergerak ke sana, namun tangannya digenggam oleh Axel.

"Udah di sini aja sih, Gwen. Ngapain lo ngurusin mereka yang lagi dimabuk asmara."

Gwen mencoba sabar dengan menghelakan napas pelan. "Gue ada urusan pribadi sama si Damian, udah lepasin gue."

"Gwen, udah nggak usah." Axel tetap kerasa kepala.

"Ini penting, Xel. Lepas, nggak!" seru Gwen, dan Axel langsung melepas tangan Gwen.

Gwen langsung berjalan ke arah meja Damian dengan amarah memburu di dada. Ia juga tak tahu alasan kenapa dia marah. Pokoknya dia bisa menghajar Alicia saja sudah puas.

"Damian," ujarnya setelah ia sampai di meja suaminya.

"Ngapain lo ke sini? Gangguin orang lagi kasmaran aja?" desis Alicia.

Gwen terkekeh mendengar itu. "Kasmaran pala lo, lepasin si Damian. Gue ada urusan sama dia."

"Eh jangan sembarangan dong lo. Dia itu calon suami gue"

"Oh ya, masa. Kok gue nggak percaya, ya." Gwen menatapnya sinis. Melipat kedua tangannya di depan dada.

"Tentu aja, Pak Arthur tuh udah ngelamar gue bulan lalu buat Damian."

'Kalau ngimpi, lekas bangun deh lo,' batin Gwen.

"Seriusan, emang bener?" tanya Gwen, dan Damian justru memilih diam. Menikmati drama kedua gadis ini.

"Ya iyalah, jadi lo jauh-jauh deh dari Damian."

Gwen mengangguk-anggukan kepalanya. Dia tiba-tiba mengeluarkan ponselnya. "Coba gue tanya ke Pak Arthur ah, emang bener ya, Alicia Darmawan itu calon menantunya."

Gwen baru saja ingin menekan tombol panggil, padahal hanya pura-pura semata. Namun, Alicia justru memilih kabur dari sana.

"Kabur, kan. Ketahuan banget bohongnya."

Damian tersenyum melihat cara Gwen mengusir bibit-bibit pelakor.

"Pulang sekolah lo ada urusan sama gue."

"Urusan apaan, urusan ranjang?" lirihnya dengan mengedip-ngedipkan matanya.

"Mau gue hajar. Udah gue mau balik ke kelas." Namun sebelum Gwen melangkah dari sana, Damian sudah menangkap tangannya, dan mendekatkan wajahnya di dekat telinga Gwen.

"Thank you, muka lo cantik kalau lagi marah," bisiknya sembari tersenyum sebelum pergi dari sana.

Gwen hanya bisa mengedip-ngedipkan matanya, ia terpesona dengan senyuman si preman. Apalagi jantungnya berdebar tak karuan. "Gue kenapa sih?"

...***Bersambung***...

1
Lasmin Alif nur sejati
kenapa aku ikut deg degan ya 🤣🤣🤣🤣
Lasmin Alif nur sejati
ceritanya seru thorr, semangat terus nulisnya ya thorr🤭
Ciaaaa: Terima kasih banyak kak, author makin semangat nulis kisahnya🤩
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk yg banyak q ksih bunga lagi deh
kalea rizuky
q ksih bunga biar banyak up ya thor
Ciaaaa: hihii boleh dong, tapi sabar yaa author lagi ada kerjaan nanti di up lagi😊
total 1 replies
kalea rizuky
nah gt jangan mau di injak injak Gwen gue suka cwek. tegas g menye2
Lasmin Alif nur sejati
lanjut thor
Ciaaaa: sabar ya kak, masih mikir kata" yang akan di rilis😄
total 1 replies
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr
Lasmin Alif nur sejati
mau jadi suami bucin nantinya 🤣
Lasmin Alif nur sejati
kasihan sekali si gwen
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr💪
Ciaaaa: Terima kasih kak, silahkan baca bab selanjutnya🙏
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
jangan mau Gwen cowok bekas
kalea rizuky
dih Damian tukang celup ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!