NovelToon NovelToon
LEGENDA KEPALA DEWA

LEGENDA KEPALA DEWA

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Sistem / Time Travel / Reinkarnasi
Popularitas:181
Nilai: 5
Nama Author: ilonksrcc

Li Wei,programmer jenius yang sinis, percaya bahwa segala sesuatu di alam semesta berjalan seperti sistem yang bisa di debug. Saat nyawanya melayang di dunia modern, kesadarannya tersedot ke dalam "ruang jiwa" yang hancur di dalam Kepala Kaisar Dewa Tai Xuan, yang dikhianati dan dipenggal oleh murid kesayangan dan permaisurinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilonksrcc, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 31: MURID-MURID DI TEPI JURANG

Ngarai Keseimbangan Retak tidak lagi sunyi. Suara palu, gesekan batu, dan instruksi yang saling bersahutan memenuhi udara. Di bawah arahan Jin dan tim konstruksi Iron Scripture, bangunan-bangunan baru bermunculan bukan istana megah, tapi struktur modular yang elegan dan fungsional: asrama, ruang kelas, laboratorium, dan sebuah perpustakaan melingkar di sekitar Pusat Proyeksi The Weave.

Sekolah Realitas secara resmi dibuka. Tidak ada upacara megah. Hanya sebuah pengumuman yang disebarkan melalui jaringan komunikasi terbatas kepada sekte-sekte dan cultivator independen:

"Bagi mereka yang lelah berperang atas perbedaan. Bagi mereka yang ingin memahami, bukan menguasai. Bagi mereka yang melihat kerusakan di dunia dan ingin memperbaikinya. Datanglah. Belajarlah. Mari kita bangun jembatan di atas jurang yang memisahkan kita."

Tai Wei tidak tahu siapa yang akan datang. Atau apakah ada yang akan datang sama sekali.

---

MURID PERTAMA

Mereka datang secara perlahan. Bukan dalam rombongan besar, tapi satu per satu, dengan rasa takut dan harapan di mata mereka.

Pertama adalah Kai, seorang apprentice Iron Scripture muda yang dijuluki "Si Rusak" karena Dantian nya cacat sejak lahir, membuatnya tidak bisa menyerap energi logam dengan benar. Dia datang bukan karena idealism, tapi karena putus asa. Workshop adalah pilihan terakhirnya.

Kedua adalah Mei Lin, mantan disciple Shadow Moon yang diusir karena "terlalu berempati"—dia tidak bisa menahan penderitaan orang lain yang diambil untuk eksperimen ilusi. Dia datang dengan bayangannya sendiri yang menangis.

Ketiga adalah Bao, anak seorang herbalis Venomous Lotus yang alergi terhadap semua racun. Sebuah ironi mematikan. Dia datang untuk menemukan cara untuk hidup tanpa meracuni diri sendiri atau menjadi beban.

Mereka bertiga adalah kegagalan menurut standar sekte mereka. Tapi di sini, di Sekolah Realitas, kegagalan itu dilihat sebagai perspektif unik.

Tai Wei menugaskan Jin, Ling, dan Nuo sekarang berstatus Asisten Pengajar Senior—untuk mengurus murid-murid sesuai bidang masing-masing. Tapi dia menetapkan satu aturan inti: setiap murid harus belajar dari ketiga tradisi, bukan hanya satu.

"Kau tidak bisa memperbaiki The Weave hanya dengan memahami satu benangnya," kata Tai Wei pada pembukaan kelas pertama, dihadapan tiga murid yang terlihat bingung dan tiga asisten yang sama bingungnya. "Kau harus memahami bagaimana benang-benang itu saling menjalin, saling menguatkan, dan saling melemahkan."

---

KELAS PERTAMA: "MERIDIAN TIGA WARNA"

Kelas dimulai dengan bencana.

Tai Wei meminta Kai (Iron Scripture), Mei Lin (Shadow Moon), dan Bao (Venomous Lotus) untuk duduk membentuk segitiga, saling berhadapan. Tugas mereka sederhana: salurkan sedikit energi tradisi mereka ke tengah, dan coba gabungkan.

Kai mengeluarkan energi logam sebuah percikan listrik statis biru. Mei Lin mengeluarkan energi bayangan asap hitam yang bergeliat. Bao mengeluarkan energi kehidupan/racun kabut hijau bercahaya.

Saat ketiganya bertemu di tengah, yang terjadi bukanlah harmoni. Itu adalah reaksi berantai kecil.

Energi logam Kai mencoba "mengatur" energi lain menjadi pola teratur, membuatnya memberontak. Energi bayangan Mei Lin mencoba "menelan" energi lain ke dalam ketidakpastian, membuatnya takut. Energi racun Bao mencoba "mengubah" energi lain, membuatnya tidak stabil.

Ploof! Sebuah ledakan energi kecil, tidak berbahaya tapi berisik, membubarkan segitiga itu. Ketiga murid terpelanting ke belakang, batuk-batuk.

"Ini tidak mungkin!" protes Kai, wajahnya hitam oleh asap bayangan. "Mereka tidak sesuai dengan hukum energi!"

"Kau yang terlalu kaku!" balas Mei Lin, rambutnya berdiri karena listrik statis.

"Semuanya terasa... sakit," keluh Bao, memegangi perutnya yang mual.

Jin, Ling, dan Nuo melangkah maju, masing-masing ingin membela murid "mereka". Suasana tegang.

Tai Wei tidak marah. Dia hanya mengangkat tangan. "Baik. Sekarang kita semua melihat masalahnya. Mari kita analisis."

Dia meminta setiap murid menjelaskan apa yang mereka rasakan saat energi tradisi lain menyentuh mereka.

Kai: "Rasanya seperti... kekacauan. Tidak bisa diprediksi. Menakutkan."

Mei Lin:"Rasanya seperti sangkar. Dingin, membatasi."

Bao:"Rasanya seperti... kematian. Seperti sesuatu yang asing mencoba menggantikan apa yang ada."

Tai Wei mengangguk. "Sekarang, coba jelaskan apa yang ingin kamu lakukan dengan energimu terhadap energi lain."

Kai: "Aku ingin... mengaturnya. Membuatnya teratur."

Mei Lin:"Aku ingin... memahaminya. Tapi dengan menelannya, menjadi bagian darinya."

Bao:"Aku ingin... mengubahnya. Menyesuaikannya, membuatnya cocok."

"Dan di situlah konfliknya," simpul Tai Wei. "Kalian semua mendekati energi asing dengan niat untuk mengubahnya sesuai dengan gambaran duniamu sendiri. Logika, penyerapan, adaptasi semuanya adalah bentuk kontrol."

Dia berjalan ke tengah ruangan. "Sekarang, coba lagi. Tapi kali ini, jangan mencoba melakukan apa pun pada energi lain. Cukup pertahankan energimu sendiri, stabil dan tenang, dan biarkan energi lain ada. Seperti tiga warna cat berbeda di palet. Mereka tidak perlu bercampur. Mereka hanya perlu berdampingan."

Percobaan kedua. Kali ini, Kai hanya mempertahankan percikan birunya yang stabil. Mei Lin hanya mempertahankan asap hitamnya yang tenang. Bao hanya mempertahankan kabut hijaunya yang berdenyut pelan.

Ketiganya berdampingan di tengah ruangan. Tidak bercampur. Tidak meledak. Hanya ada.

"Lihat," bisik Xiao Qi, yang mengamati dari pinggir. "Mereka seperti... tidak saling menggigit."

"Langkah selanjutnya," kata Tai Wei. "Sekarang, perlahan-lahan, coba rasakan ritme energi di sebelahmu. Bukan untuk mengubahnya. Hanya untuk merasakannya."

Kai mencoba merasakan bayangan Mei Lin. Baginya yang terbiasa dengan presisi, itu seperti mencoba memegang asap. Tapi dia belajar merasakan polanya bagaimana bayangan itu bergelombang, bagaimana ia menarik dan menolak.

Mei Lin mencoba merasakan logam Kai. Dingin, tajam, tapi dengan ritme getaran yang teratur seperti detak jantung mesin.

Bao mencoba merasakan... keduanya. Bagi dia, itu seperti merasakan dua jenis cuaca yang berbeda.

"Bagus," puji Tai Wei. "Sekarang, tanpa mengubah ritme sendiri, coba sinkronkan ritmemu dengan salah satu dari mereka. Seperti bernyanyi dalam paduan suara suara berbeda, tapi irama sama."

Prosesnya lambat, penuh kesalahan. Tapi perlahan-lahan, percikan biru Kai mulai berdenyut seirama dengan gelombang bayangan Mei Lin. Mereka tidak menyatu. Tapi mereka beresonansi.

Dan sesuatu yang aneh terjadi: energi Bao, yang hanya diam memperhatikan, tiba-tiba berubah warna—hijaunya menjadi lebih terang, seolah menyerap "harmoni" dari dua energi lain tanpa mencoba mencampurinya.

Itu bukan kemenangan besar. Tapi itu adalah terobosan kecil. Tiga energi yang sebelumnya saling bertentangan, sekarang bisa berdampingan dan bahkan saling memperkuat secara tidak langsung.

Kelas pertama berakhir dengan kelelahan tapi dengan senyum kecil di wajah ketiga murid. Mereka belum berteman. Tapi mereka telah menyentuh kemungkinan.

---

MASALAH DI LUAR KELAS

Sementara pendidikan berjalan, ancaman dari luar semakin nyata.

Faksi tradisionalis Shadow Moon, yang dipimpin oleh Elder Ko, mulai berkampanye. Mereka menyebut Sekolah Realitas sebagai "kanker pada kemurnian cultivation", "tempat pengkhianat berkumpul", dan "ancaman bagi tatanan alam". Mereka tidak menyerang langsung mereka terlalu licik untuk itu. Tapi mereka mulai mengisolasi.

Murid-murid yang berani mendaftar tiba-tiba "ingat" ada urusan keluarga. Pasokan bahan dari sekte-sekte lain mulai terlambat. Bahkan cuaca di sekitar Ngarai mulai aneh badai bayangan kecil yang tidak wajar, jelas buatan.

Yan Mei, sebagai Kepala Keamanan, sibuk menguatkan pertahanan ilusi. Tapi dia tahu ini bukan solusi jangka panjang. "Kita butuh sekutu yang lebih kuat. Atau kita butuh menunjukkan bahwa kita bukan ancaman, tapi aset."

Tai Wei setuju. Dia merencanakan demonstrasi publik pertama: sebuah eksperimen kolaboratif untuk menyembuhkan "Blight Scar" sebuah area tanah mati seluas beberapa mil persegi di perbatasan wilayah, bekas medan perang kimia antara Venomous Lotus dan Iron Scripture puluhan tahun lalu. Tanah itu masih beracun dan ditinggali oleh sisa-sisa energi bayangan yang mengamuk.

Jika mereka bisa menyembuhkannya, itu akan menjadi bukti nyata nilai Sekolah Realitas.

Tapi itu juga akan menjadi provokasi besar bagi faksi tradisionalis, yang mungkin melihat "penyembuhan" sebagai penghinaan terhadap "kemurnian konsekuensi perang".

Risiko tinggi. Tapi Tai Wei merasa mereka tidak punya pilihan. Mereka harus menunjukkan bahwa cara baru mereka bekerja.

---

PERSIAPAN DAN PENGINTAIAN

Tim untuk proyek "Penyembuhan Blight Scar" dibentuk: Tai Wei (pemimpin, koordinator sistem), Yan Mei (ahli menenangkan energi bayangan liar), Nuo (ahli detoksifikasi tanah), Jin (ahli stabilisasi geologi dan sensor), dan—sebagai bagian dari pendidikan praktik ketiga murid: Kai, Mei Lin, dan Bao.

Xiao Qi dan Ling ditugaskan menjaga sekolah.

Saat mereka mempersiapkan, Xiao Qi, dengan indra beast nya, menangkap sesuatu yang aneh. Ada yang mengawasi. Bukan dari Shadow Moon. Sesuatu yang... lain. Seperti saat mereka merasakan entitas purba, tapi lebih halus, lebih cerdas, dan penasaran.

Dia melaporkan ke Tai Wei.

"Kau yakin itu bukan faksi tradisionalis?" tanya Tai Wei.

Xiao Qi menggeleng. "Auranya... berbeda. Lebih tua. Tapi tidak bermusuhan. Hanya... memperhatikan. Seperti ilmuwan mengamati koloni semut."

Tai Wei mengerutkan kening. Pengamat asing lagi. Mungkin terkait dengan gangguan The Weave yang mereka sebabkan. Dia memutuskan untuk tidak membatalkan proyek. Tapi mereka harus berhati-hati.

---

DI TEPI BLIGHT SCAR

Tempat itu persis seperti namanya: sebuah luka di bumi. Tanahnya berwarna ungu kehitaman, mengeluarkan asap beracun. Pohon-pohon yang mati berdiri seperti kerangka yang memutar-mutar. Di udara, teriakan bayangan yang terdistorsi kadang terdengar.

Tim berdiri di tepinya, mengenakan pakaian pelindung sederhana yang dibuat Nuo.

"Rencananya," kata Tai Wei, "kita tidak menyerang racun atau bayangan. Kita memberinya alternatif."

Langkah 1: Nuo dan Bao akan menyebarkan "Benih Penyeimbang" tanaman modifikasi yang bisa menyerap racun dan mengubahnya menjadi nutrisi lemah. Tapi benih itu perlu tanah yang stabil untuk tumbuh.

Langkah 2: Jin dan Kai akan menggunakan peralatan geologi untuk menstabilkan aliran energi bumi yang kacau di bawah scar, menciptakan fondasi.

Langkah 3: Yan Mei dan Mei Lin akan menenangkan sisa-sisa kesadaran bayangan yang terluka dan terjebak di sana, bukan dengan menghancurkan, tapi dengan memberi mereka "mimpi kedamaian" untuk tertidur selamanya.

Langkah 4: Tai Wei akan mengkoordinasi semuanya, menggunakan God Sliver untuk "menjembatani" tiga proses yang berbeda sehingga mereka saling mendukung, bukan mengganggu.

Mereka mulai.

Awalnya berjalan baik. Benih ditanam. Sensor ditancapkan. Yan Mei mulai bernyanyi lembut dalam bahasa bayangan, menenangkan.

Tapi kemudian, faksi tradisionalis Shadow Moon muncul. Mereka tidak sendirian. Mereka membawa serta sekelompok cultivator independen yang skeptis yang mereka hasut dengan cerita bahwa Sekolah Realitas "akan melepaskan racun ke desa-desa tetangga".

Elder Ko sendiri hadir, berdiri di bukit di seberang scar, dikelilingi oleh dua puluh cultivator bayangan. "Hentikan permainan kalian, Tai Wei! Kau tidak berhak menyentuh tanah suci ini tanah di mana pahlawan kami gugur!"

Ini bukan serangan fisik. Ini gangguan politik. Jika Tai Wei melanjutkan, dia akan terlihat seperti tidak menghormati yang mati. Jika dia berhenti, proyekmdan kredibilitas sekolah gagal.

Tai Wei melihat ke arah Elder Ko. Lalu dia melihat ke scar, di mana bayangan-bayangan yang kesakitan masih merintih. Dia mengambil keputusan.

Dia tidak menjawab Elder Ko. Sebaliknya, dia memperkuat proyeksi suara nya dan berbicara langsung kepada bayangan-bayangan itu.

"Wahai jiwa-jiwa yang terjebak. Kau menderita. Aku datang bukan untuk mengusirmu. Tapi untuk menawarkan ketenangan. Apakah kau ingin terus merasakan sakit ini? Atau apakah kau ingin beristirahat?"

Elder Ko terkejut. "Jangan dengarkan dia! Dia penipu!"

Tapi bayangan-bayangan itu merespons. Mereka bergerak mendekati Tai Wei, bukan dengan kemarahan, tapi dengan rasa ingin tahu. Yan Mei dan Mei Lin membimbing mereka, menunjukkan ilusi kedamaian bukan surga, tapi hanya... ketiadaan rasa sakit.

Salah satu bayangan, yang lebih kuat, membentuk wajah samar. Suaranya seperti angin: "Kami... lupa... mengapa kami masih di sini..."

"Karena tidak ada yang menawarkan pilihan lain," jawab Tai Wei. "Sekarang ada. Tidurlah."

Proses itu mengharukan. Cultivator independen yang menyaksikan mulai ragu. Mereka melihat bayangan-bayangan itu, yang selama ini ditakuti sebagai hantu jahat, sebenarnya adalah korban yang terluka.

Elder Ko marah. Dia memberi isyarat. Beberapa cultivator bayangannya mulai mempersiapkan serangan untuk mengganggu upaya Yan Mei.

Tapi saat mereka akan melancarkan serangan, sesuatu yang aneh terjadi. Tanah di bawah kaki mereka bergetar. Bukan gempa bumi. Seperti... sesuatu yang besar bergerak di bawah.

Dari dalam Blight Scar sendiri, sebuah tangan raksasa yang terbuat dari tanah, racun, dan bayangan menyembul. Tapi tangan itu tidak menyerang siapa pun. Ia hanya menunjuk ke arah Elder Ko dan kelompoknya, lalu membuat gerakan sederhana: jempol ke bawah.

Lalu tangan itu runtuh kembali menjadi tanah.

Semua orang terdiam. Itu bukan teknik Tai Wei atau siapa pun di timnya.

Tai Wei menatap ke arah tempat tangan itu muncul. Dia merasakannya aura pengamat asing yang dirasakan Xiao Qi. Entah siapa atau apa itu, ia telah campur tangan. Dan ia memihak mereka.

Elder Ko, pucat dan ketakutan, mundur. "Ini... ini sihir kotor! Kau bersekutu dengan iblis bumi!" Tapi keberaniannya hilang. Dia dan kelompoknya pergi dengan tergesa-gesa.

Krisis teratasi. Tapi dengan cara yang menimbulkan lebih banyak pertanyaan.

Tim menyelesaikan pekerjaan mereka dengan tergesa-gesa. Blight Scar tidak sepenuhnya sembuh, tapi warnanya sudah memudar, dan bayangan-bayangan itu telah menghilang. Itu adalah kemenangan.

Tapi dalam perjalanan pulang, satu pertanyaan menggantung di pikiran semua orang: Siapa yang mengangkat tangan itu? Dan mengapa membantu kita?

---

KEMBALI KE SEKOLAH: PELAJARAN BARU

Kembali di sekolah, mereka menganalisis kejadian itu. Murid-murid (dan bahkan para asisten) memandang Tai Wei dengan campuran hormat dan takut.

"Apakah kita... meminta bantuan makhluk tua itu?" tanya Mei Lin, gugup.

"Tidak," jawab Tai Wei jujur. "Tapi sepertinya mereka tertarik dengan apa yang kita lakukan. Mungkin mereka melihat kita sebagai... eksperimen sosial yang menarik. Atau mungkin mereka punya alasan sendiri untuk tidak menyukai faksi tradisionalis Shadow Moon."

Apapun itu, ini adalah pengingat: mereka tidak hanya bermain dengan sekte-sekte. Mereka sekarang menarik perhatian pemain yang lebih tua dan lebih aneh.

Malam itu, Tai Wei berdiri di Pusat Proyeksi, melihat The Weave. Node entitas purba masih tidur. Tapi sekarang ada titik-titik cahaya baru yang muncul di peta titik-titik yang tidak sesuai dengan pola sekte mana pun. Seperti mata yang baru terbuka.

Xiao Qi datang, membawakan teh. "Aku tidak suka mereka mengawasi."

"Aku juga tidak," kata Tai Wei. "Tapi kita tidak bisa mengusirnya. Yang bisa kita lakukan adalah menjadi lebih menarik sebagai sekutu daripada sebagai ancaman."

Dia menoleh ke Xiao Qi. "Kita harus mempercepat rencana kita. Sekolah harus menghasilkan lebih banyak hasil. Kita butuh lebih banyak murid, lebih banyak proyek nyata. Kita harus menjadi begitu berharga sehingga siapa pun yang menghancurkan kita akan menuai murka dari semua pihak yang bergantung pada kita."

Itu adalah strategi yang berisiko: tumbuh cepat, menarik lebih banyak perhatian, baik dan buruk.

Tapi seperti yang dikatakan Xiao Qi dengan sederhana: "Kalau kita diam saja, kita juga akan dimakan. Lebih baik bergerak."

Sekolah Realitas selamat dari ujian pertama. Tapi ujian yang sebenarnya baru saja dimulai. Dan guru mereka berikutnya mungkin bukan dari sekte mana pun, tapi dari sesuatu yang telah menyaksikan bangkit dan jatuhnya peradaban, dan kini memutuskan untuk turun tangan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!