NovelToon NovelToon
PORTAL AJAIB DI MESIN CUCIKU

PORTAL AJAIB DI MESIN CUCIKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Ruang Ajaib / Cinta Beda Dunia / Cinta pada Pandangan Pertama / Time Travel
Popularitas:448
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

#ruang ajaib

Cinta antara dunia tidak terpisahkan.

Ketika Xiao Kim tersedot melalui mesin cucinya ke era Dinasti kuno, ia bertemu dengan Jenderal Xian yang terluka, 'Dewa Perang' yang kejam.

Dengan berbekal sebotol antibiotik dan cermin yang menunjukkan masa depan, yang tidak sengaja dia bawa ditangannya saat itu, gadis laundry ini menjadi mata rahasia sang jenderal.

Namun, intrik di istana jauh lebih mematikan daripada medan perang. Mampukah seorang gadis dari masa depan melawan ambisi permaisuri dan bangsawan untuk mengamankan kekasihnya dan seluruh kekaisaran, sebelum Mesin Cuci Ajaib itu menariknya kembali untuk selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 PENGENALAN SELIR YEN

Saat pedang Bibi Wu mengkilau mendekati lehernya, Kim merasa darahnya membeku. Tetapi sebelum mata pisau menyentuh kulitnya, suara keras yang menggelegar mengguncang diberdiri di pintu yang baru saja dibuka, tangan di gagang pedangnya, disertai dua prajurit berpakaian zirah hitam. Matanya membara melihat Bibi Wu yang masih memegang pedang. “Perintah Tuan Xian: Anda dilarang menyentuh Nyonya Kim dalam keadaan apapun. Sekarang turunkan senjata Anda, atau saya tidak ragu membunuh!”

Bibi Wu menggeram, wajah kejamnya memerah. Dia melihat situasi sudah tidak menguntungkan—Letnan He adalah orang terpercaya Xian, dan prajuritnya tidak akan ragu mengikuti perintah. Dengan gerakan kasar, dia melemparkan pedang ke lantai, membuat bunyi denting yang keras. “Kalian semua akan menyesal,” katanya dengan bisikan penuh dendam, sebelum melarikan diri melalui pintu samping yang terbuka.

Kim menghela nafas panjang, tubuhnya masih gemetar akibat ketakutan. Letnan He mendekat, membawa tas kecil yang dititipkan Xian. “Ini salep antibakteri dan alat yang Tuan minta, Nyonya Kim. Dia juga menyuruh saya untuk menjaga Anda di paviliun harem saat Anda mencuci pakaian Selir Yen. Semua yang terlibat dalam skema Bibi Wu sudah dihentikan, tetapi kita harus berhati-hati—ada yang lain di balik semua ini.”

Tanpa banyak bicara, Kim mengambil tas dan mengikuti Letnan He menuju paviliun harem, bagian istana yang terlarang bagi pria biasa kecuali mereka yang memiliki izin khusus. Jalanan yang dikelilingi pohon bunga melati terasa sepi dan penuh rahasia, dengan bayangan pelayan yang berjalan cepat sambil menyelinap pandang ke arah mereka. Kim merasakan detak jantungnya berdebar kencang—ini adalah pertama kalinya ia memasuki paviliun harem, dan tanggung jawabnya besar: menyelamatkan Selir Yen dari racun yang diam-diam mengancam nyawanya.

Mereka tiba di bangunan paviliun yang megah, dengan atap teras bertajuk emas dan dinding yang dipahat dengan motif bunga. Pelayan kepala paviliun, seorang wanita tua dengan rambut putih yang terikat rapi, menyambut mereka dengan wajah cemas. “Letnan He, Anda tidak boleh berada di sini—Pangeran Mahkota Hao akan marah jika tahu!”

“Kita ada dengan izin Dewa Perang Xian,” jawab Letnan He dengan tegas. “Nyonya Kim ditugaskan untuk mencuci pakaian mewah Selir Yen. Segera berikan padanya semua yang dibutuhkan.”

Pelayan kepala mengangguk dengan ragu, kemudian membimbing Kim ke ruang cuci khusus di bagian belakang paviliun. Ruangan itu luas, dengan bak-bak besi besar yang diisi air hangat dan rak penuh deterjen tradisional serta sabun alami. Di atas meja kayu, tumpukan pakaian sutra berwarna-warni tertata rapi—termasuk pakaian dalam Selir Yen yang terbuat dari sutra putih murni yang sangat halus.

“Semua ini harus dicuci hari ini, Nona,” ujar pelayan kepala. “Selir Yen akan menggunakan pakaian dalam itu besok pagi untuk upacara penghormatan kepada Kaisar. Jangan membuat kesalahan—dia adalah istri Pangeran Mahkota yang paling dicintai.”

Setelah pelayan pergi, Kim mendekati tumpukan pakaian. Dia mengambil pakaian dalam Selir Yen dengan hati-hati, merasakan teksturnya yang lembut di jari-jarinya. Kemudian, ia mengeluarkan gadget ponsel lipat yang diberikan Xian—alat deteksi panas abad ke-21 yang telah diubah menjadi detektor zat berbahaya. Ia menyalakan alat itu dan mengarahkan ke kerah pakaian dalam, tempat ia menduga racun berada.

Layar gadget menyala dengan warna merah muda yang terang—bukti pasti bahwa ada residu kimia berbahaya di sana. Kim mengambil pipet kimia dari tasnya dan mengambil sampel sedikit zat dari kerah. Dia meneteskannya ke dalam cawan kecil yang diisi larutan uji yang dibawa Xian, dan larutan itu langsung berubah warna menjadi hitam pekat. “Racun Kesuburan,” gumamnya pelan. “Sama seperti yang saya temukan sebelumnya—hormon jahat yang disuntikkan secara perlahan untuk merusak sistem reproduksi dan menyebabkan sakit parah.”

Saat ia memikirkan cara untuk menetralisir racun, cermin saku ajaibnya yang selalu berada di saku bajunya berkedip. Kim membukanya, dan layar cermin menampilkan visual waktu nyata: Selir Yen duduk di kamar tidurnya, wajah pucat pasi dan keringat membasahi alisnya. Ia memegang perutnya dengan erat, wajahnya melengkung karena sakit yang luar biasa, dan seorang pelayan sedang memanggil dokter istana dengan teriak. Kim melihat jam di sudut cermin—hanya ada beberapa jam lagi sebelum racun itu mencapai tingkat yang mematikan.

Ia harus bekerja cepat.

Kim mengingat pengetahuannya tentang kimia dari dunia modern: racun jenis ini adalah senyawa basa yang kuat, sehingga dapat di netralisir dengan zat asam lembut. Dia melihat rak deterjen dan menemukan sabun buatan dari mesin cuci yang dibawa Xian—sabun ini mengandung asam sitrat alami yang cocok untuk menetralisir basa berbahaya. Ia juga menemukan serbuk gula aren yang dapat membantu melarutkan residu racun yang menempel pada sutra.

Dengan hati-hati, Kim mempersiapkan larutan penyeberangan. Ia mencampur sabun dengan air hangat di bak cuci, kemudian menambahkan sedikit serbuk gula aren dan mengaduknya dengan hati-hati. Ia harus memastikan konsentrasi larutan tepat—terlalu kuat akan merusak sutra yang halus, terlalu lemah tidak akan mampu menghilangkan racun sepenuhnya.

Setelah larutan siap, Kim memasukkan pakaian dalam Selir Yen ke dalam bak. Ia menggosoknya dengan jari-jarinya yang lembut, terutama di bagian kerah yang terkontaminasi. Setiap gerakan itu penuh perhatian, takut membuat goresan atau merusak tekstur sutra yang mahal. Selama proses pencucian, ia terus memeriksa dengan gadget detektor—warna merah muda perlahan-lahan memudar, digantikan oleh warna hijau yang menunjukkan bahwa racun mulai hilang.

Selama satu jam, Kim bekerja tanpa beristirahat. Ia mencuci pakaian itu sebanyak tiga kali, setiap kali dengan larutan yang baru, sebelum akhirnya gadget menunjukkan warna hijau penuh—racun telah dinetralisir sepenuhnya. Ia kemudian mengeringkannya di tempat teduh, jauh dari sinar matahari langsung yang dapat merusak sutra, dan kemudian melipatnya dengan rapi seperti yang biasanya dilakukan pelayan istana.

Saat ia selesai, suara lembut terdengar di pintu: “Apakah Anda selesai, Nona?”

Kim menoleh dan melihat seorang gadis muda yang berdiri di sana, mengenakan baju sutra biru muda yang sederhana. Wajahnya cantik dan rapuh, dengan mata besar yang penuh kebingungan dan kekhawatiran. Kulitnya pucat, dan ia berjalan dengan langkah yang lemah—ini adalah Selir Yen.

“Ya, Nyonya,” jawab Kim dengan sopan, mendekati dia. “Pakaian Anda sudah dicuci dan siap digunakan.”

Selir Yen melihat pakaian yang dilipat rapi di atas meja, kemudian memandang Kim dengan mata yang memahami. “Saya tahu Anda bukan hanya pelayan biasa,” katanya dengan suara yang lemah. “Saya merasa ada yang salah dengan pakaian saya akhir-akhir ini—setiap kali saya memakainya, saya merasakan sakit di perut dan merasa lelah. Apakah Anda menemukan apa-apa?”

Kim melihat ke sekitarnya, memastikan tidak ada orang lain yang mendengar. “Ya, Nyonya,” katanya pelan. “Ada residu zat berbahaya di pakaian Anda. Saya sudah menghilangkannya, tetapi Anda harus berhati-hati—ada orang di istana yang ingin membahayakan Anda.”

Selir Yen mengangkat tangan ke bibirnya, matainya memerah dengan tangisan. “Saya sudah mencurigai itu,” katanya. “Saya tahu ada selir lain yang tidak menyukai saya karena saya adalah istri Pangeran Mahkota yang pertama dan akan menjadi ibu mahkota. Tapi saya tidak menyangka mereka akan berani melakukan hal semacam itu.”

“Jangan khawatir, Nyonya,” katanya Kim dengan penuh keyakinan. “Saya dan orang-orang saya akan melindungi Anda. Tapi Anda harus bersembunyi dulu—jangan gunakan pakaian apa pun yang tidak dicuci oleh saya atau orang yang Anda percayai. Saya akan mencari tahu siapa yang melakukan ini.”

Selir Yen mengangguk, menangis dengan lega. “Terima kasih, Nona,” katanya. “Anda adalah malaikat yang datang untuk menyelamatkan saya.”

Setelah Selir Yen pergi, Kim duduk di bangku di sudut ruang cuci, tubuhnya lelah tetapi hati penuh kepuasan. Ia berhasil menyelamatkan Selir Yen dari bahaya yang tersembunyi, tetapi tugasnya belum selesai. Ia harus mencari tahu siapa yang bertanggung jawab atas pemakaian racun—apakah itu Permaisuri Hwang seperti yang diduga, atau ada orang lain di balik skema ini yang lebih kuat dan berbahaya.

Ia mengeluarkan cermin saku ajaibnya lagi dan membukanya. Kali ini, cermin menampilkan bayangan beberapa wanita yang berkumpul di ruang rahasia di bagian dalam paviliun harem. Di tengah mereka adalah seorang wanita berusia dewasa dengan wajah yang kejam dan mata yang penuh dendam—ia mengenali wanita itu: Selir Mei, istri Pangeran Hao yang kedua, yang selalu iri pada kedudukan Selir Yen. Di sampingnya, ada bayangan yang lebih samar, tetapi Kim dapat melihat baju permaisuri yang megah—mungkin Permaisuri Hwang memang terlibat.

Kim menyimpulkan cermin dan berdiri. Ia tahu ia tidak bisa melakukannya sendirian. Ia perlu bantuan Xian dan Letnan He untuk mengumpulkan bukti dan menangkap pelaku. Tapi pertama-tama, ia harus membuat rencana yang cermat—orang yang berani meracun Selir Yen tidak akan ragu membunuh siapa pun yang menghalangi jalannya.

Ia keluar dari ruang cuci dan bertemu Letnan He yang menunggu di luar. “Semua selesai?” tanya Letnan He.

“Ya,” jawab Kim. “Pakaiannya sudah bersih. Tapi kita punya masalah yang lebih besar—saya sudah melihat siapa yang terlibat, dan mereka tidak akan berhenti di sini. Kita perlu menyusun rencana secepatnya.”

Letnan He mengangguk, wajahnya serius. “Tuan Xian sudah menunggu kabar Anda di kediamannya,” katanya. “Mari kita pergi sekarang—dia akan tahu apa yang harus dilakukan.”

Sebagai mereka berjalan keluar dari paviliun harem, matahari mulai terbenam, menyinari langit dengan warna oranye dan merah. Kim memandang ke arah istana yang megah di kejauhan, merasakan beban tanggung jawab yang semakin berat di pundaknya. Ia telah terlibat dalam permainan kekuasaan yang berbahaya di istana, dan tidak ada jalan pulang lagi. Hanya satu hal yang pasti: ia harus melindungi Selir Yen, Xian, dan Dinasti Naga Langit dari bahaya yang mengancam, bahkan jika itu berarti mengorbankan dirinya sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!