NovelToon NovelToon
Anak Untuk CEO Mandul

Anak Untuk CEO Mandul

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nyonya_Doremi

"Tubuhmu milikku. Waktumu milikku. Tapi ingat satu aturan mutlak, jangan pernah berharap aku menanam benih di rahimmu."

Bagi dunia, Ryu Dirgantara adalah definisi kesempurnaan. CEO muda yang dingin, tangan besi di dunia bisnis, dan memiliki kekayaan yang tak habis tujuh turunan. Namun, di balik setelan Armani dan tatapan arogannya, ia menyimpan rahasia yang menghancurkan egonya sebagai laki-laki, Ia divonis tidak bisa memberikan keturunan.

Lelah dengan tuntutan keluarga soal ahli waris, ia menutup hati dan memilih jalan pintas. Ia tidak butuh istri. Ia butuh pelarian.

Sedangkan Naomi Darmawan tidak pernah bermimpi menjual kebebasannya. Namun, jeratan hutang peninggalan sang ayah memaksanya menandatangani kontrak itu. Menjadi Sugar Baby bagi bos besar yang tak tersentuh. Tugasnya sederhana, yaitu menjadi boneka cantik yang siap sedia kapan pun sang Tuan membutuhkan kehangatan. Tanpa ikatan, tanpa perasaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyonya_Doremi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Kepanikan meledak di Grand Ballroom. Detik ketika Ryu Dirgantara ambruk, hiruk pikuk acara amal yang elegan langsung berubah menjadi kekacauan. Para tamu elit, yang beberapa saat lalu sibuk berbisik tentang siapa Naomi, kini mengerumuni tubuh penguasa Dirgantara Tower yang tergeletak di lantai marmer.

Naomi, yang berlutut di sampingnya, merasa seperti waktu berhenti. Gaun emerald green miliknya terasa berat, dan berlian pinjaman di lehernya seolah mencekiknya. Ia memegang Ryu, tubuh pria itu terasa dingin dan kaku di bawah sentuhannya.

“Minggir! Beri dia ruang!” Suara Sekretaris Han memecah kerumunan. Han, yang selalu tenang dan terkendali, kini terlihat pucat pasi. Ia mendorong para tamu dengan sigap, mengambil alih situasi.

“Naomi, menjauh darinya. Panggil tim medis yang sudah menunggu di luar!” perintah Han.

Naomi tidak bergerak. Ia menatap wajah Ryu, yang kini terlihat jauh lebih rapuh tanpa aura dominasinya. Kata-kata terakhir Ryu berputar di benaknya, “Naomi anak itu harus lahir…”

Ia menyadari bahwa pingsannya Ryu, rasa sakit yang mendadak itu, adalah bagian dari diagnosa yang disinggung oleh Vanessa. Ryu tidak hanya mencari ahli waris, ia berpacu melawan waktu dan penyakit yang tersembunyi. Naomi bukan hanya wadah, namun ia adalah harapan terakhir dari dinasti Dirgantara.

Petugas medis bergegas masuk dengan tandu, bergerak cepat dan terorganisir. Mereka jelas sudah siaga.

Ketika mereka mencoba mengangkat Ryu, Naomi melihat sekilas ke arah Vanessa. Wanita itu berdiri di ambang kerumunan, matanya memancarkan campuran antara kepuasan kejam dan ketakutan yang dingin.

“Kalian lihat, dia tidak akan bertahan lama,” bisik Vanessa kepada seorang wanita di sebelahnya, suaranya berhasil mencapai telinga Naomi. “Dia sakit. Dan aku akan mendapatkan apa yang menjadi milikku.”

Han mencengkeram lengan Naomi. “Nona, jangan dengarkan dia. Ikut saya. Kita harus ke rumah sakit. Sekarang!”

Naomi ditarik menjauh dari kerumunan, dilarikan ke mobil pribadi Ryu. Sepanjang perjalanan, Naomi duduk dalam keheningan yang mematikan, berusaha memahami beban baru yang ia pikul. Ryu tidak hanya membeli tubuhnya, akan tetapi ia juga membelinya untuk menyelamatkan garis keturunan yang terancam punah.

Di Rumah Sakit Dirgantara....

Mereka tiba di ruang gawat darurat yang segera dikosongkan. Ryu langsung dibawa masuk, dan Naomi ditinggalkan di ruang tunggu mewah bersama Han.

Ruang tunggu itu dingin, dihiasi dengan karya seni mahal, tetapi ketegangan di antara mereka membuat suasana terasa mencekam.

“Apa yang terjadi pada Tuan Ryu?” tanya Naomi, suaranya bergetar.

Han menarik napas dalam-dalam.

“Nona, Anda adalah orang terdekat Tuan Ryu saat ini. Anda perlu tahu sebagian kecil dari situasi ini. Tuan Ryu mengalami Acute Stress Reaction yang parah, dipicu oleh kelelahan ekstrem dan tekanan darah tinggi.”

“Dan diagnosa yang disebut wanita itu?” desak Naomi.

Han ragu sejenak, menatap pintu tertutup di mana bosnya berada. “Tuan Ryu memiliki kondisi jantung yang tidak sempurna, Nona. Stres bisa memicu serangan yang sangat berbahaya.”

“Dan Vanessa? Mengapa dia bilang mereka akan bertunangan?”

“Nona Vanessa adalah putri dari mitra bisnis lama Tuan Ryu. Mereka ingin menggabungkan dua kerajaan bisnis. Tuan Ryu telah menolak selama setahun terakhir. Tetapi, Tuan Ryu didiagnosis dengan kondisi itu beberapa bulan lalu.”

Han akhirnya menoleh, menatap Naomi dengan mata yang memohon pengertian.

“Tuan Ryu membutuhkan ahli waris, Nona Naomi. Tidak hanya untuk legasi Dirgantara, tetapi juga untuk mencegah Grup Sanjaya mengambil alih perusahaan jika sesuatu terjadi padanya. Tuan Ryu memiliki batas waktu yang sangat sempit.”

Naomi merasakan sakit di dadanya. “Dan mengapa dia memilih saya? Mengapa dia tidak menikahi Vanessa dan memiliki anak dengannya?”

Han mencondongkan tubuhnya ke depan, berbisik seolah dinding memiliki telinga. “Karena Tuan Ryu tidak bisa, Nona. Tuan Ryu, dia mandul.”

Pengakuan itu menghantam Naomi seperti sambaran petir. Semua kepingan puzzle kini menyatu. Keputusan Ryu untuk membeli seorang wanita, kebutuhannya yang mendesak untuk mendapatkan keturunan, dan ancaman dari Vanessa. Ryu tidak bisa memberikan pewaris secara alami.

Naomi menutup mulutnya, menahan tangisan. “Lalu, rencana apa yang dia miliki?”

“Dia membutuhkan Anda untuk mengandung anaknya, Nona,” kata Han tegas. “Anak itu akan menjadi ahli waris sah. Status Anda akan dinaikkan menjadi Istri Kontrak, dengan perjanjian yang ketat. Setelah anak itu lahir, Anda akan diberi kompensasi penuh, dan Anda bebas pergi. Tetapi anak itu akan tetap menjadi penerus Dirgantara.”

“Dan siapa ayah kandungnya?” tanya Naomi, bingung dan marah.

“Donor,” jawab Han singkat. “Tuan Ryu sudah mengatur semuanya. Dia memiliki donor anonim yang cocok, dengan genetika yang sempurna. Anda akan menjalani prosedur inseminasi buatan. Tubuh Anda hanyalah inkubator bagi penerus Dirgantara. Itu adalah harga dari dua miliar itu.”

Naomi terdiam. Ia telah menjual kehormatannya untuk dua miliar. Sekarang, ia harus menjual tubuhnya sebagai pabrik bayi untuk dinasti yang hancur. Ini adalah kekejaman yang berlipat ganda. Kemarahan yang sempat ia rasakan kepada Ryu kini sedikit berubah menjadi campuran rasa kasihan dan jijik. Pria itu begitu takut kehilangan kekuasaannya hingga rela membangun seluruh legasi di atas kebohongan.

“Saya mengerti,” bisik Naomi. “Kapan prosedur itu akan dimulai?”

“Dalam waktu dekat, Nona. Karena kejadian malam ini, Tuan Ryu akan mempercepatnya. Dia harus membuktikan kepada Dewan Direksi bahwa dia sudah memiliki istri, dan dia sedang berusaha menghasilkan penerus.”

Pintu ruang operasi terbuka, dan seorang dokter keluar. Wajahnya serius.

Han dan Naomi segera berdiri.

“Bagaimana keadaannya, Dokter?” tanya Han.

“Tuan Dirgantara sudah stabil. Serangan kali ini lebih parah dari yang sebelumnya. Kita harus mengurangi tingkat stresnya secara drastis.” Dokter itu menoleh ke Naomi. “Apakah Anda Nyonya Dirgantara?”

Naomi menelan ludah. “Saya pendampingnya.”

“Dia terus menyebut nama Anda sebelum pingsan. Nona, dia sedang berjuang. Dia bisa dipindahkan ke kamar VIP sekarang. Dia akan sadar sebentar lagi. Jaga dia. Stabilitas emosional adalah kunci pemulihannya.”

Tak lama kemudian, Ryu ditempatkan di kamar yang lebih besar dan mewah daripada penthouse Naomi. Pria itu terbaring tak berdaya di bawah selimut. Infus terpasang di lengannya yang kuat, dan itu membuatnya terlihat manusiawi, rapuh.

Naomi duduk di sampingnya. Ia melepas sepatu hak tingginya, dan gaun mewahnya terasa tidak pantas di ruangan yang penuh alat-alat medis.

Ia menatap Ryu. Kemarahan atas dominasi pria itu masih ada, tetapi sekarang ada pemahaman yang lebih dalam tentang rasa putus asa yang mendorongnya. Dia adalah penguasa segala sesuatu, tetapi tidak bisa memiliki hal yang paling mendasar, yaitu kesuburan.

Naomi meraih tangan Ryu yang tidak dipasangi infus. Tangannya besar, kuat, tetapi kini terasa dingin.

“Kau telah menghancurkan hidupku, Ryu,” bisik Naomi, air mata menetes. “Kau memaksaku menjadi wadah, padahal kau tahu kau tidak bisa memberikan apa-apa. Kau membangun kebohongan di atas keperawanan yang kau rampas.”

Ia memejamkan mata, membiarkan kemarahannya keluar tanpa didengar.

Tiba-tiba, Ryu menggerakkan tangannya. Matanya terbuka perlahan. Mereka terlihat keruh dan bingung.

“Naomi?” suaranya serak dan pelan.

“Saya di sini, Tuan,” jawab Naomi, menarik tangannya.

Ryu melihat infusnya, wajahnya langsung menunjukkan rasa frustrasi. “Di mana Han? Apa yang terjadi?”

“Anda pingsan, Tuan. Anda ada di rumah sakit,” jelas Naomi.

Ryu mencoba bangkit, tetapi rasa sakit menghentikannya.

“Acara amal.. Vanessa? Aku harus kembali.”

“Tidak, Tuan. Anda harus istirahat.”

Ryu menoleh, menatap Naomi. Kali ini, tatapannya tidak dipenuhi dominasi, melainkan ketakutan. Ketakutan akan kegagalan.

“Mereka tahu, Naomi. Vanessa tahu. Jika mereka tahu aku tidak punya waktu, mereka akan mencabik-cabik perusahaanku.”

“Saya tahu, Tuan,” jawab Naomi tenang. “Sekretaris Han sudah menjelaskan. Tentang kondisi Anda dan tentang keturunan.”

Ryu menatapnya dengan horor. Ia mencoba menyembunyikan rahasia terbesarnya, dan kini, wanita yang ia beli telah mengetahuinya.

“Han memberitahumu?” Ryu bertanya, suaranya dipenuhi amarah.

“Ya. Dia bilang, saya adalah inkubator, Tuan. Bahwa prosedur inseminasi buatan akan dilakukan segera.” Naomi menatapnya tanpa gentar. “Saya menerima kesepakatan itu, Tuan. Karena ibu saya. Tapi Anda harus tahu satu hal. Saya tidak akan berpura-pura mencintai Anda. Saya tidak akan berpura-pura ini adalah pernikahan.”

Ryu menoleh ke sisi ranjang, memunggungi Naomi. Ia malu. Malu karena ketidakmampuannya, malu karena harus bergantung pada kebohongan dan seorang wanita yang ia bayar.

“Aku tidak pernah meminta cintamu, Naomi. Aku hanya meminta kepatuhan mutlak. Kau akan menjadi istriku, istri di atas kertas, kau akan melahirkan anakku, anak Dirgantara, dan kau akan pergi. Itu saja yang kubutuhkan darimu.”

“Saya akan patuh,” kata Naomi, berdiri. “Tapi saya punya satu permintaan. Sejak malam ini, biarkan saya mengunjungi ibu saya secara teratur. Saya tidak akan melarikan diri. Saya akan kembali untuk menjalankan tugas saya. Tetapi saya ingin melihat ibu saya dengan mata kepala saya sendiri.”

Ryu berpikir sejenak. Jika dia mengizinkan Naomi pergi, Naomi mungkin akan melarikan diri, atau lebih buruk, membocorkan rahasianya. Tetapi dia juga tahu, bahwa Naomi memiliki hati yang lembut.

“Baik,” kata Ryu, suaranya lemah. “Kau boleh menemuinya dua kali seminggu, ditemani Han. Dan selama kau melakukan tugasmu, ibumu akan tetap berada di sana. Tapi jangan pernah, sekali pun, kau berpikir untuk menghancurkan kontrak ini, Naomi. Aku bisa menghancurkan hidupmu dalam sekejap.”

Naomi mengangguk. “Saya mengerti, Tuan.”

Keesokan siangnya,tepatnya di amar VIP Ibu Naomi.

Naomi, mengenakan pakaian sederhana yang dibawa oleh Han, memasuki kamar ibunya. Suasana kamar VIP itu jauh berbeda dengan kamar kelas tiga yang biasa mereka dapatkan. Ibunya terlihat lebih segar, senyumnya damai.

“Naomi!” Ibunya memeluknya dengan erat. “Kenapa kau baru datang? Dan kau terlihat berbeda. Pakaianmu, dan kau terlihat sangat cantik.”

“Aku baik-baik saja, Bu. Aku sekarang bekerja untuk Tuan Ryu. Dia memberikan pekerjaan yang sangat baik.”

Naomi tidak bisa mengatakan yang sebenarnya. Ia harus berbohong di hadapan orang yang paling ia cintai demi menyelamatkan hidupnya.

Saat mereka berbicara, Han berdiri di sudut ruangan, mengawasi.

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka. Bukan Han yang membukanya, melainkan seorang perawat. Tetapi bukan perawat biasa. Dia membawa sebuah kotak kecil yang terbungkus rapi.

“Permisi, Nyonya,” kata perawat itu kepada Ibu Naomi. “Tuan Dirgantara meminta saya memberikan ini. Katanya, ini adalah hadiah ucapan terima kasih karena sudah merawatnya.”

Ibu Naomi bingung, tetapi ia menerima kotak itu. “Untuk saya? Saya tidak melakukan apa-apa.”

“Tuan Ryu bersikeras,” kata perawat itu.

Naomi mendekat. Ia melihat ibunya membuka kotak itu. Di dalamnya, terdapat sebuah liontin berlian sederhana yang indah. Ibunya terkejut.

“Ini terlalu mahal, Nak. Ambil kembali,” kata ibunya.

“Ambil saja, Bu. Itu mungkin hanya hadiah kecil untuk menunjukkan rasa terima kasih,” kata Naomi, merasakan sentuhan kejutan di hatinya. Ryu memang kejam, tetapi dia juga tahu cara menggunakan uangnya untuk membeli loyalitas dan keheningan.

Perawat itu tersenyum aneh, dan pandangannya bertemu dengan Naomi.

1
Ara putri
Hay kak, jika berkenan saling dukung yuk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!