NovelToon NovelToon
Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pengantin Pengganti
Popularitas:35.7k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Arum Mustika Ratu menikah bukan karena cinta, melainkan demi melunasi hutang budi.
Reghan Argantara, pewaris kaya yang dulu sempurna, kini duduk di kursi roda dan dicap impoten setelah kecelakaan. Baginya, Arum hanyalah wanita yang menjual diri demi uang. Bagi Arum, pernikahan ini adalah jalan untuk menebus masa lalu.

Reghan punya masa lalu yang buruk tentang cinta, akankah, dia bisa bertahan bersama Arum untuk menemukan cinta yang baru? Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

04. Aku diundang karena uang, tetapi aku akan melakukan semua dengan hati

Dokter pribadi keluarga Argantara, pria paruh baya bernama Dokter Samuel, masuk dengan langkah hati-hati. Ia membawa tas medis, wajahnya tenang tapi penuh kehati-hatian seperti seseorang yang sudah lama tahu betapa sensitifnya pasien yang satu ini.

“Selamat pagi, Tuan Reghan,” sapanya lembut. “Saya dengar semalam Tuan sempat terpeleset di kamar mandi.”

Reghan menatapnya sekilas, tanpa ekspresi. “Aku baik-baik saja.”

Namun, nada suaranya datar dan jelas terdengar lelah. Dokter Samuel menarik kursi, duduk di hadapannya.

“Saya tetap harus memeriksa. Luka Tuan tidak boleh sampai kambuh lagi.”

Pemeriksaan berlangsung dalam diam. Hanya terdengar bunyi stetoskop dan desahan kecil Reghan menahan nyeri ketika dokter menekan bagian punggung bawahnya yang pernah cedera.

“Masih terasa sakit di bagian tulang belakang?” tanya Dokter Samuel hati-hati.

Reghan menatap kosong ke arah jendela. “Kadang … terutama ketika terlalu lama duduk.”

Lalu ia menambahkan pelan, “Dan saat mencoba mengingat hal-hal yang seharusnya kulupakan.”

Dokter menatapnya sebentar.

“Tuan masih sering mengalami mimpi buruk?”

“Setiap malam.” Jawabannya tenang, tapi ada bayangan gelap di matanya.

“Kecelakaan itu … tidak hanya membuat kakiku berhenti berjalan, Dok. Tapi juga membuat pikiranku berhenti percaya bahwa aku masih bisa menjadi … laki-laki yang utuh.”

Hening sejenak, suara jam berdetak pelan di antara mereka. Dokter Samuel menunduk, mencatat sesuatu di buku kecil.

“Tuan, saya pernah bilang … yang rusak bukan diri Tuan. Hanya rasa percaya diri Tuan yang terperangkap di balik trauma itu. Reaksi tubuh yang datang karena kehangatan atau kedekatan ... itu tanda bahwa sistem saraf Tuan sebenarnya masih bekerja.”

Reghan mendengus lirih, menatap tangannya sendiri. “Tadi pagi…” katanya pelan, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri, “Ketika dia membantuku berpakaian … ada sesuatu yang … aku rasakan. Aku kira aku sudah mati dari bagian itu, tapi ternyata...”

Ia menghentikan ucapannya, menunduk tajam. “Aku membencinya, aku membenci kenyataan itu.”

Dokter Samuel menghela napas panjang. “Bukan tubuh Tuan yang perlu disembuhkan, Tuan Reghan. Tapi hati Tuan, rasa marah dan malu itu yang membuat semuanya lumpuh.”

Di balik pintu yang sedikit terbuka, Arum berdiri terpaku. Ia tak bermaksud mendengar, tapi langkahnya terhenti begitu mendengar suara Reghan yang bergetar di antara kalimat-kalimatnya. Matanya perlahan memanas, menatap lantai marmer yang dingin.

Jadi, di balik sikap dinginnya, di balik amarah yang tak pernah habis, Reghan sebenarnya berperang dengan dirinya sendiri dengan rasa takut, rasa malu, dan keyakinan bahwa ia tidak pantas dicintai siapa pun lagi.

“Trauma seperti itu tidak hilang dalam sehari, Tuan,” lanjut Dokter Samuel lembut.

“Tapi dengan waktu, dan dengan seseorang yang sabar mendampingi, luka itu bisa pulih.”

Reghan tertawa pendek, getir. “Sabar? Aku bahkan tak bisa menatapnya tanpa merasa direndahkan.” Suara kursi berderit ketika dokter berdiri.

“Mungkin dia bukan orang yang ingin Tuan miliki,” katanya perlahan, “tapi bisa jadi dia orang yang ditakdirkan untuk menyembuhkan Tuan.”

Tak ada balasan, hanya keheningan panjang. Arum, yang masih di luar, menggigit bibirnya kuat-kuat. Hatinya sesak, bukan karena iba tapi karena untuk pertama kalinya, ia memahami mengapa Reghan menolak kelembutan. Sebab setiap sentuhan baginya bukan kasih, melainkan pengingat akan kehilangan dan kehancuran.

Dia mundur perlahan, tak ingin Reghan tahu ia mendengar. Tapi di dadanya, sebuah niat kecil tumbuh. Jika ia sudah harus menjalani pernikahan tanpa cinta ini, maka biarlah ia menjalaninya dengan cara lain menjadi seseorang yang, meski tanpa kata, bisa menyembuhkan luka-luka itu perlahan.

Langit pagi tampak berwarna kelabu, awan menumpuk rendah seperti menahan matahari agar tak menembus halaman besar rumah keluarga Argantara.

Di taman belakang, Arum duduk di bangku batu yang sedikit lembap, di antara deretan bunga mawar putih yang mulai layu. Tangannya meremas gaunnya di pangkuannya dingin, lembap, dan bergetar. Ia baru saja mendengar hal yang tak seharusnya ia tahu.

Tentang Reghan, tentang luka yang lebih dalam dari sekadar tubuh yang tak bisa berdiri.

“Jadi itu alasannya,” gumamnya lirih. Suaranya hampir tenggelam di antara desir angin.

“Bukan karena dia membenciku … tapi karena dia membenci dirinya sendiri.”

Mata Arum terpejam sejenak, seingatnya, sejak hari pertama ia melangkah ke rumah itu, semua tatapan terasa seperti ujian.

Maya yang selalu berbicara dengan nada merendahkan, Alena yang selalu tersenyum dingin setiap kali namanya disebut, pelayan-pelayan yang berbisik ketika ia lewat, dan Reghan suaminya sendiri yang memperlakukannya seolah ia hanyalah bayangan tak diinginkan. Namun pagi ini, untuk pertama kalinya, kebencian itu terasa berbeda.

Langkah lembut seseorang terdengar di belakang. Arum menoleh, mendapati Oma Helena, wanita sepuh yang masih berdiri tegak dengan tongkat peraknya, menatapnya dari jarak beberapa langkah.

“Sudah lama duduk di sini?” tanya Oma lembut.

Arum berdiri cepat, menunduk sopan. “Maaf, Oma, saya hanya ingin menghirup udara pagi ... namun aku melihat tanaman pada layu,"

Oma Helena mengangguk, mendekat pelan. “Sudah lama sejak hari itu tanaman ini tak ada yang merawat lagi, sejak Reghan tak peduli lagi dengan hidupnya. Udara di rumah ini memang terasa berat kalau kau belum terbiasa.”

Dia berhenti tepat di depan Arum, menatap lurus ke matanya. “Aku tahu, banyak hal di sini yang belum kau pahami, Nak. Tapi jangan pernah biarkan bisikan orang membuatmu goyah. Kau sudah menjadi bagian dari keluarga ini, apa pun yang terjadi.”

Kata-kata itu terasa hangat, tapi juga seperti peringatan.Arum mengangguk pelan.

“Saya mengerti, Oma.”

Oma menepuk pelan punggung tangannya. “Aku percaya kau akan membawa perubahan di rumah ini.” Lalu, dengan tatapan yang dalam, ia menambahkan, “Termasuk untuk cucuku yang keras kepala itu.”

Arum menunduk, dia ingin bertanya banyak hal tentang Reghan, tentang masa lalu keluarga ini, tentang kebencian yang tampak berlapis di setiap sudut rumah tapi ia menahan diri. Semua yang ia butuhkan sekarang hanyalah waktu. Setelah Oma pergi, Arum kembali duduk.

Dari kejauhan, ia melihat sosok Alena berjalan pelan di tepi taman, berhenti di dekat gazebo. Seorang pria menyusulnya beberapa detik kemudian yaitu Elion, adik tiri Reghan, dengan senyum samar dan sikap terlalu akrab.

Arum sempat mengerutkan kening. Ia tahu Elion adalah tunangan Alena, tapi tatapan yang ia lihat bukan tatapan seorang tunangan yang setia melainkan dua orang yang sedang menyimpan sesuatu yang lain. Ia berpaling, memilih tidak memperhatikan. Ia sudah terlalu lelah pagi ini.

Namun langkah kaki seseorang di belakangnya membuatnya menegang lagi. Suara itu dalam, berat, dan familiar. Pelayan meninggalkannya di depan pintu samping rumah menuju taman.

“Kenapa kau di sini?”

Reghan berhenti di dekat pintu kaca, mengenakan kemeja longgar dan duduk di kursi rodanya, tatapannya tajam tapi tidak setajam biasanya.

Arum berdiri pelan. “Saya hanya ingin menghirup udara, Tuan.”

“Dan mendengar lebih banyak rahasia yang bukan urusanmu?”

Nada sinis itu membuat dada Arum mengeras. Ia menunduk, menelan ludah.

“Saya tidak bermaksud mendengar, Tuan. Saya hanya ingin memastikan Tuan baik-baik saja.”

Reghan menatapnya lama, sebelum akhirnya menghela napas berat.

“Mungkin aku tidak akan pernah ‘baik-baik saja’, Arum. Jadi berhentilah mencoba memperbaikinya.”

Ia memutar kursi rodanya, hendak pergi, tapi sebelum masuk ke dalam rumah, ia menambahkan tanpa menoleh,

“Dan satu lagi … jangan pernah menatapku dengan tatapan iba itu. Aku tidak butuh belas kasihan dari siapa pun.”

Arum menggenggam kuat sisi gaunnya menahan perih di dada. Ia menatap punggung Reghan yang menjauh, lalu berbisik nyaris tak terdengar,

“Bukan belas kasihan, Tuan … hanya rasa ingin tahu, kenapa seseorang yang begitu hancur masih berusaha menolak untuk disembuhkan.”

1
siti maesaroh
pokoknya jgn mau klo.diajak belikan ya rum, km udah trlalu hancur untuk kmbli ke reghan, setan itu reghan ksih keputusan untuk hukum kn waktu itu😢
siti maesaroh
smoga dpt donor tp bukn dr klurga nya
siti maesaroh
ingin ku 6unuh itu reghan mnjgkelkn
siti maesaroh
baguslah prgi dr km ,bebas dr siksaan yg kau putuskan untuk mncambuknya ,dasar tolol km han tolol tolol tolol
siti maesaroh
persetan dg km han, g membiarkan arum pergi tp mlh menyiksa arum apa itu namanya, dasar tolol blo on ya km han
siti maesaroh
dasar pembodohan aturan.ini sbgai suami juga bodoh dn tolol.reghan, arum jg ngapain mau kmbli lg sm deg gan udah bner dia pergi, dadar munafik km reghan ktanya mau mencintai arum tp mudanya hnya msa lalu km sj yg kau pikirkn, banci km reghan
siti maesaroh
knp km mlh bohong rum bilang ja emng km ktemu sm elion waktu ambil.air minum gitu , suka bngt deh bohong bohong heran
siti maesaroh
jgan kasih cinta ke reghsn arum biarkan dia berjuang dulu enak ja lngsg dimaafkan
Asyatun 1
lanjut
siti maesaroh
pinter km tu udah g usah mbghdpi reghan lg rum, biar kn reghsn ,sibuk dg mslhnya
siti maesaroh
udahlh arum km pergi jauh aja, aku nyesek lihat nasibmu disitu 😢😢
siti maesaroh
dasar brngs3k itu reghan , udah tau beristri ngapain nolongin alena yg g tau diri itu
Aisyah Alfatih: sabar kak ayo sarapan dulu, marah2 juga butuh tenaga 🙈🤭
total 1 replies
ken darsihk
Ya ampyun apa yng harus di lakukan untuk menyelamatkan Revano
siti maesaroh
semoga deg kan benar" mncintai arum ya selepas dari semua ini
ken darsihk
Semua untuk kesembuhan nya Revan dan para orang tua harus menahan ego masing-masing
siti maesaroh
kek nya reghsn mulsi suka tp kyak gengsi apa blm menyadarinya gitu ya
ken darsihk
Lo nanyeaaa Reghan apa yng sdh di lalui Arum selama ini 😂😂😂
Jawab nya penderitaan dan semua itu karena lo plinplan jadi suami , lo nggak becusss jadi suami 😠😠😠
siti maesaroh
ibu tiri deg gan bner" jhat bngt, yaallah semoga arum kuat mnjlaninya dan oma selalu di dekat arum
siti maesaroh
udah tahu dikhianati ngapain masih mikirin alana deg kan bner" aneh km jgn bod0h km han, alena itu g tulus sm km
juwita
ujung "nya reghan kembali sm arum ngapain lari jauh thor klo ujung" nya.mrk di satukan lg. lgian knpa malah yg sakit anak arum bkn anak si alena.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!