Ia adalah Echo bernama Jae, idol pria berwajah mirip dengan jake Enhypen. Leni terlempar kedua itu dan mencari jalan untuk pulang. Namun jika ia pulang ia tak akan bertemu si Echo dingin yang telah berhasil membuat ia jatuh cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sabana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jejak Echoes dan Rumah Kaca
Mobil mewah itu melaju pelan melewati kawasan elit Cheongdam-dong, seolah dunia di luar hanya lampu-lampu putih yang berkilau. Leni menatap keluar jendela, merasa seperti boneka yang terjebak dalam display toko. Begitu mobil berhenti, ia mendongak dan tercengang.
Rumah itu bukan rumah—itu mansion. Dinding kaca, pagar tinggi, gerbang otomatis, dan penjaga bersetelan hitam yang tampak seperti sudah dilatih untuk tidak berkedip. Semuanya modern, mahal, dan terasa… tidak ramah.
Sekretaris Choi membawa Leni masuk, dan beberapa pelayan langsung menunduk hormat. Leni, yang terbiasa dengan sapaan kasir dan aroma kue-kue murah di dapur kontrakan, hampir tidak berani bernapas.
Rumah itu sunyi. Benar-benar sunyi. Tidak ada suara TV, tidak ada suara orang tertawa, tidak ada jejak kehidupan. Hanya wangi bunga lili yang menyeruak, membuat rumah itu terasa seperti hotel mahal sekaligus rumah sakit.
“Agassi, silakan mandi. Saya akan menyiapkan makanan ringan dan obat penenang. Paman Kang akan tiba pukul delapan besok pagi,” ucap Sekretaris Choi, tegas, efisien, tidak memberi ruang untuk diskusi.
Leni mengangguk polos dan membiarkan dirinya diantar ke kamar utama. Ruangan itu begitu luas hingga ia bisa berlari kecil memutari tempat tidur dan tidak akan mencapai ujung ruangan dalam sekali napas. Seperangkat perabotan minimalis memenuhi ruangan dengan elegan yang membosankan.
Begitu pintu tertutup, Leni buru-buru mengunci diri.
Ia mengeluarkan ponsel—ponsel yang kini berisi seluruh hidup Kim Leni—lalu mulai mencari jawaban. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanyalah menyelidiki.
Ia membuka browser dan mengetik: ENHYPEN.
Jake masih Jake. Idola. Lahir pada tanggal yang sama. Profil yang sama. Foto-foto yang sama.
Tidak ada yang aneh.
Namun ketika ia mencari nama yang disebut pria misterius itu—Lee Jae-Yoon—yang muncul justru dunia baru yang anehnya terasa akrab.
Aktor rookie. Baru naik daun. Gayanya gelap, misterius, sangat berbeda dari Jake yang ceria dan terang. Tapi wajah mereka… sama. Setidaknya, 97% sama.
Leni hampir menjatuhkan ponselnya ketika melihat salah satu foto Jae tersenyum tipis. Senyum yang mirip dengan senyum Jake, tapi dengan aura yang berbeda—lebih tajam, lebih… terluka.
Ia mencari lebih jauh, berharap menemukan hubungan antara Jake dan Jae.
Tidak ada. Internet di dunia ini benar-benar tidak melihat kemiripan mereka. Atau internet dunia ini sudah dibersihkan dengan sangat rapi.
Saat Leni mencari artikel kecelakaan enam bulan lalu—kata kuncinya “Lee Jae-Yoon ENHYPEN kecelakaan”—barulah sesuatu yang mencurigakan muncul.
Artikel kecil. Hampir tidak penting.
Tentang Jae yang menghindari sesuatu di jalan. Tentang sebuah “korban” yang kemudian dihapus dari laporan resmi. Tentang kecelakaan kecil tanpa saksi.
Leni membaca kalimat itu berkali-kali. Menghindari objek yang tiba-tiba muncul.
Itu dia. Itu pasti momen perpindahan dimensi itu. Ketika dirinya terpental dari dunia minimarket, dan Kim Leni yang hilang entah ke mana.
Leni menutup ponsel sambil menahan napas.
Jake mungkin adalah Echo—cerminan cahaya. Jae adalah versi gelapnya. Dan Kim Leni… entah bagaimana, berada di titik persimpangan keduanya.
Setelah pencarian digitalnya buntu, Leni beralih ke sumber yang lebih manusiawi: kamar itu sendiri.
Tidak ada foto keluarga. Tidak ada benda-benda kecil yang menunjukkan kenangan bahagia. Yang ada hanyalah rak buku penuh buku bisnis, dokumen, dan aroma kertas baru yang tidak pernah tersentuh.
Di meja samping tempat tidur, ia menemukan sebuah buku harian bersampul kulit hitam.
Tangan Leni bergetar ketika ia membuka halaman pertama.
Tulisan tangan itu indah, tapi nadanya… berat. Penuh penat dan kekosongan.
15 April.
Hari yang membosankan. Mereka memanggilku pewaris. Tapi aku merasa hanya seperti boneka yang duduk di kursi rapat. Aku benci uang ini. Aku benci nama ini.
20 Juni.
Aku melihatnya lagi. ‘Jake’. Mereka memanggilnya idola. Aku memandang wajahnya lama-lama… dan aku merasa dia adalah seseorang yang sangat dekat denganku. Seperti pantulan harapan yang tidak pernah aku punya.
28 Juli.
Aktor bernama Lee Jae-Yoon itu datang ke pesta amal. Dia menatapku seolah tahu rahasia yang bahkan aku tidak tahu. Aku takut padanya, tapi aku juga merasa dia satu-satunya yang mengerti rasa sepi ini.
Leni menutup buku itu perlahan.
Kim Leni bukan gadis kaya sempurna. Ia kesepian. Ia terobsesi. Ia melihat Jake, sama seperti Leni melihat Jake di dunianya. Dan ia mengenal Jae.
Lalu… mereka semua saling terhubung?
Leni menarik napas panjang. Ada satu hal yang jelas: jika ia ingin pulang, ia harus menemukan Jae. Tidak ada orang lain yang bisa menjelaskan semua ini.
Ia membuka kontak ponsel. Nama Lee Jae-Yoon ada di sana, dengan emoji bintang kecil di sampingnya.
Ia mengetik pesan, mematangkan keberaniannya.
'Aku tahu kau bukan sekadar aktor. Dan aku bukan Kim Leni.
Jika kau tidak membalas, aku akan datang ke agensimu. Masih dengan seragam minimarket ini. Kau pilih.'
Ia menekan tombol kirim.
Dan untuk pertama kalinya sejak ia terbangun di Seoul, Leni merasa keputusan itu bukan sekadar nekat—tapi langkah pertama menuju kebenaran.
...****************...