"Mo Ya Ling sedang merasakan kebahagiaan karena sebentar lagi akan menikah dengan pria yang dikenalnya sejak kecil. Tak disangka, suatu kali secara tidak sengaja di sebuah hotel, ia melihat mereka berdua masuk ke dalam satu kamar dan kemudian... Ia dikhianati oleh tunangannya yang hari pernikahannya sudah dekat, bersama dengan wanita simpanan yang ternyata juga sahabatnya sendiri. Pria itu telah menjalin hubungan dengan sahabatnya selama bertahun-tahun. Rupanya cinta yang ia berikan sepenuhnya kepada pria itu hanyalah kekonyolan.
Berbagai masalah pun datang silih berganti. Karena tidak bisa menerima kenyataan, ia berlari keluar ke jalan...
Ye Bai yang sedang menyetir di jalan, tiba-tiba melihat seorang gadis berlari langsung ke arah mobilnya. Meski ia sudah menginjak rem mendadak, benturan tetap tidak terhindarkan.
Ye Bai membawa gadis itu ke rumah sakit, dan yang terjadi, gadis itu terus memanggilnya 'suami'.
Mo Ya Ling memandangi 'suami' ini dengan perasaan sedikit bersalah. Ternyata pria ini sudah mengetahui kebenarannya tetapi tetap memanjakannya dengan mengikuti permainannya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NG Nguyen 1119, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
Mo Yaling tidur sampai sore. Dia membuka matanya dan tiba-tiba duduk. Bergegas ke kamar mandi untuk mencuci dan membersihkan diri. Sepertinya bos Ye mengatakan akan membawanya ke suatu tempat sore ini. Atau, apakah dia sudah pergi?
Begitu dia membuka pintu, dia menabrak dadanya.
Ye Bai memeluk pinggangnya yang ramping.
"Kamu terburu-buru sekali, mau kemana?"
Mo Yaling melihatnya, merasa lega.
"Bukankah kamu bilang akan membawaku ke suatu tempat sore ini? Aku ketiduran."
Sudut mulut Ye Bai sedikit melengkung.
"Masih pagi! Kamu tidak perlu khawatir."
Mo Yaling mengerucutkan bibirnya. Orang jahat ini yang tidak memakai kacamata tampaknya tidak sama dengan bos Ye yang lembut.
Ye Bai membungkuk dan mencium bibirnya dengan ringan, seperti capung yang menyentuh air, lalu melepaskan tangannya dari pinggangnya.
"Nyonya Ye! Jangan menatapku seperti itu."
Mo Yaling menatapnya dengan bingung.
"Kenapa tidak boleh?"
Ye Bai berjalan ke kursi kulit dan duduk, mengangkat matanganya dan menatapnya.
"Mau dengar?"
Mo Yaling mengangguk dengan tegas untuk mengkonfirmasi.
Ye Bai menjilat bibirnya dan menatapnya.
"Ingin memakanmu."
Pipi Mo Yaling memanas, dan dia memalingkan pandangannya. Berbisik pelan.
"Hanya bajingan Ye."
Mo Yaling berlari lagi ke kamar mandi. Pintu dibanting.
Air dingin membasahi wajahnya dan meredakan rasa panasnya, mengangkat kepalanya dan melihat dirinya di cermin.
"Kenapa aku begitu mudah malu saat bersama Ye Bai? Sejak kapan, aku sebenarnya..."
Mo Yaling mengakui bahwa dia bukanlah gadis yang lemah lembut. Kalau tidak, dia tidak akan memilih untuk memeluk paha bos Ye. Tapi setelah memeluknya, dia menjadi aneh, bahkan dirinya sendiri tidak bisa mengenalinya. Perasaan ini belum pernah ada sebelumnya, bahkan untuk Xie Huaide.
Mengesampingkan pikiran-pikiran luasnya sendiri. Pokoknya, dia sudah mengambil inisiatif untuk mengirim dirinya sendiri, maka ketika dia muncul bersamanya, dia tidak bisa membuatnya kehilangan muka.
Mo Yaling menjulurkan kepalanya.
"Kita mau kemana?"
"Kamu bisa memakai apa saja yang kamu suka."
"Baik!"
Pintu kamar kembali tertutup rapat.
Ye Bai menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Gadis ini semakin membuatnya menyukainya.
Mo Yaling berpikir sejenak dan tetap memilih rok pensil hitam selutut itu. Cantik dan anggun.
Akhirnya kelinci kecil itu juga meninggalkan sarangnya.
Ye Bai menutup laptopnya dan dengan lembut mendorong kacamatanya.
"Nyonya Ye benar-benar tahu bagaimana memilih."
Mo Yaling menatapnya dengan linglung. Ternyata... Keduanya tampak seperti memakai pakaian pasangan.
"Ayo pergi!"
Ye Bai berdiri.
Keduanya berjalan berdampingan ke bawah.
Mo Yaling memperhatikan bahwa selama ini. Bos Ye yang kaya adalah orang yang sangat rendah hati. Entah mengemudi sendiri, atau hanya bepergian sendiri jika ada urusan.
Menjadi asisten bos Ye tidak berarti harus sibuk sepanjang hari.
Di sisi lain, Fan Wen segera bersin dan menggosok hidungnya. Dia melihat dokumen yang menumpuk di mejanya dan tidak bisa menangis. Siapa yang akan menyelamatkanku?
Ye Bai membawanya untuk makan, dan kemudian membawanya berkeliling, mengunjungi kota. Melihat waktu di ponselnya sudah hampir pukul sembilan malam.
Mobil itu akhirnya berhenti di depan toko T&T yang tidak jauh dari perusahaan.
Mo Yaling menatapnya.
Ye Bai membuat gerakan undangan ketika turun dari mobil.
Mo Yaling tersenyum tipis, meletakkan tangannya di tangannya dan turun.
Manajer berlari ke pintu dan melihat bos Ye, segera menundukkan kepalanya.
"Bos! Silakan."
Dua baris karyawan juga membungkuk serempak untuk memberi hormat.
"Kalian lakukan saja urusan masing-masing," kata Ye Bai dengan ringan.
"Ya!"
Semua orang sangat ingin tahu siapa gadis cantik di samping bos Ye, tetapi mereka tidak berani bertanya. Apakah bunga tinggi di puncak gunung ini akhirnya dipetik oleh orang biasa?
Mo Yaling mengangkat kepalanya dan menatapnya, tetapi tidak berbicara. Memang, bos Ye adalah fokus perhatian di mana pun dia berada. Beruntung ini adalah Kota S. Kalau tidak, bagaimana dia bisa menyembunyikannya agar dapat memberikan pelajaran yang tak terlupakan kepada pria brengsek itu? Tapi kertas tidak bisa membungkus api...
Ye Bai menatapnya dan juga tidak berbicara.
Seorang staf segera datang dan mengundang mereka masuk.
Mo Yaling mengerucutkan bibirnya, mungkinkah dia membawanya bersama karena dia sibuk bekerja? Jika demikian, apakah itu mengganggunya?
"Tunggulah aku di sini."
Mo Yaling dengan patuh duduk di kursi dan mengangguk.
"Lakukan saja urusanmu."
Ye Bai mengikuti staf yang baru saja masuk.
"Bos Ye! Silakan periksa."
Ye Bai membuka kotak kayu berukir yang indah. Di dalamnya ada sepasang cincin kawin. Cincin ini dibuat khusus dan unik.
"Terima kasih atas kerja kerasmu!"
"Tidak! Saya senang bisa bekerja untuk Anda, bos."
Ye Bai menepuk bahunya, berbalik dan berjalan keluar.
Mo Yaling menatap kosong ke luar jendela, dengan tangan terjalin.
"Kamu memikirkannya lagi." Suaranya agak rendah.
"Ah?" Mo Yaling terkejut, mengangkat kepalanya dan menatapnya. Jantungnya berdebar kencang, sepertinya bos Ye marah lagi.
Dia berdiri, meraih tangannya, dan matanya berkedip polos.
"Aku takut mengganggumu, jadi..."
Dalam sekejap mata, Mo Yaling merasakan kelembutan bos Ye.
"..." Mo Yaling bingung. Atau, dia salah lihat.
Ye Bai dengan sayang mencubit pipinya, menggenggam tangan kecilnya dan menciumnya di bibir.
Cincin yang indah dikenakan di tangannya.
"Maaf!"
Mo Yaling menatapnya... Cincinnya sangat indah. Sangat indah sehingga setiap gadis memimpikannya.
"Terlalu terburu-buru untuk mendapatkan sertifikat. Aku akan menebusmu di lain waktu."
Mo Yaling menggelengkan kepalanya, memeluknya dan berbisik.
"Aku yang harus menebusmu. Jika kamu tidak meninggalkanku dalam hidup ini. Aku akan selalu berada di sisimu."
Ye Bai memeluk pinggangnya yang ramping, bersandar di lekukan bahunya dan berkata sambil tersenyum.
"Kalimat ini sudah cukup."
Ye Bai mundur selangkah dan berkata dengan lembut.
"Cincin kawin selalu berpasangan."
Mo Yaling tersenyum tipis dan menerima cincin yang tersisa dan mengenakannya di tangannya.
Tangan keduanya terjalin.
Mo Yaling melihat cincin kawin di tangan mereka. Bersumpah diam-diam... Akan menghargai pernikahan ini. Karena dia layak mendapatkannya.
***
Hotel Sanhua.
Su Qiaoying dan Xie Huaide sedang berbaring di tempat tidur, baru saja mengalami pertempuran sengit.
"Menurutmu, bukankah Yaling sangat aneh hari ini?"
"Apa maksudmu menyebutkannya?"
"Bukan. Sepertinya dia tahu sesuatu."
Su Qiaoying mengerucutkan bibirnya.
"Biarkan aku berbicara dengannya, mari kita lihat bagaimana."
[...]
