NovelToon NovelToon
ISTRI MANDUL JADI IBU ANAK CEO

ISTRI MANDUL JADI IBU ANAK CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikah Karena Anak / Pelakor jahat / CEO / Romantis / Ibu Pengganti / Duda
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Selama tiga tahun menikah, Elena mencintai suaminya sepenuh hati, bahkan ketika dunia menuduhnya mandul.

Namun cinta tak cukup bagi seorang pria yang haus akan "keturunan".
Tanpa sepengetahuannya, suaminya diam-diam tidur dengan wanita lain dan berkata akan menikahinya tanpa mau menceraikan Elena.

Tapi takdir membawanya bertemu dengan Hans Morelli, seorang duda, CEO dengan satu anak laki-laki. Pertemuan yang seharusnya singkat, berubah menjadi titik balik hidup Elena. ketika bocah kecil itu memanggil Elena dengan sebutan;

"Mama."

Mampukah Elena lari dari suaminya dan menemukan takdir baru sebagai seorang ibu yang tidak bisa ia dapatkan saat bersama suaminya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23. KEBENARAN DI MALAM PERTAMA

Pesta pernikahan itu akhirnya berakhir. Musik berganti menjadi senandung lembut dari speaker lobi hotel, tamu-tamu mulai meninggalkan ballroom satu per satu, sebagian masih tertawa, sebagian menepuk pundak Hans sambil memberi selamat, sebagian lagi menatap Elena dengan senyum penuh harapan atas kebahagiaannya. Lampu-lampu kristal ballroom meredup, meninggalkan kesan bahwa malam ini ditandai sebagai malam yang sakral. Malam yang dianggap orang-orang sebagai awal dari kehidupan seorang pengantin baru.

Theo sempat tantrum karena harus pulang bersama Roland, Poppy, dan orang tua mereka. Bocah itu tidak ingin meninggalkan Elena.

Padahal, baik Hans maupun Elena tahu, pernikahan mereka bukan seperti itu.

Tidak ada janji manis.

Tidak ada impian membangun keluarga sempurna.

Tidak ada kisah cinta yang mulus dan klise.

Ini simbiosis mutualisme. Kontrak tak tertulis untuk menyelamatkan Alvarez dari kekacauan yang Raven buat dan sebuah keinginan tersembunyi agar Elena menjadi ibu untuk Theo. Semua orang melihat Hans Morelli dan Elena Alvarez sebagai pasangan yang ideal, penuh dinamika, penuh magnetisme. Tidak ada yang tahu bahwa ini hanyalah permainan untuk menyelamatkan nama dua keluarga besar.

Namun semuanya berubah ketika pintu kaca tebal ballroom menutup, memisahkan mereka dari keramaian, dari kedipan kamera, dari tatapan tamu.

Kini hanya ada Hans dan Elena.

Dua orang yang baru saja menjadi suami-istri. Dua hati yang saling diam, saling menahan ribut di kepala masing-masing.

Hans menggiring Elena dengan lembut melewati lorong mewah yang menjulang menuju lantai VVIP hotel Morelli. Jari-jarinya menyentuh punggung kecil Elena, mengarahkan langkahnya dengan kehangatan yang ... rasanya tidak seperti pernikahan kontrak sama sekali.

Lorong itu sunyi, hanya diiringi suara AC sentral dan helaan napas Elena yang perlahan bertambah cepat. Setelah semua kericuhan hari ini, tubuhnya memang letih. Tapi bukan itu yang membuatnya gugup.

Melainkan sesuatu yang Hans ucapkan di pesta tadi.

"Ada sesuatu yang harus aku katakan padamu, Elena. Kebohongan besar. Atau lebih tepatnya ... rahasia besar."

Itu sebuah kalimat yang masih menghentak dada Elena.

Saat pintu suite VVIP dibuka oleh Hans, aroma mawar lembut serta wangi lilin aromaterapi menyeruak keluar. Elena tertegun, karena kamar itu ... jauh lebih romantis dari pada kamar pengantin mana pun yang pernah ia lihat. Langit-langit tinggi dengan lampu gantung spiral, balkon luas menghadap laut malam, dan ranjang king-size yang di atasnya ....

Bertaburan mawar merah.

Simbol cinta. Simbol gairah. Simbol malam pertama ... setidaknya bagi orang-orang.

Jantung Elena berdegup tak beraturan.

Padahal ini kontrak, bukan? Harusnya tidak seperti ini.

Hans menutup pintu perlahan, lalu berbicara dengan suara rendah yang hanya dimiliki pria yang sedang menahan sesuatu.

"Mau duduk sebentar?" tanya Hans.

Elena mengangguk pelan. Ia duduk di pinggir ranjang seperti yang diminta, tepat di atas hamparan kelopak mawar yang terasa lembut di balik gaun putihnya. Hans berdiri di hadapan Elena selama beberapa detik, tangan dimasukkan ke saku, seolah mencari keberanian yang hilang.

Lalu ia menghela napas panjang.

"Elena, tadi di pesta aku bilang ada sesuatu yang perlu aku jujurkan. Dan aku tidak bisa memulai hidup sebagai suamimu tanpa mengatakan ini," ujar Hans.Suara Hans terdengar terlalu berat untuk ukuran pengakuan biasa.

Elena menegakkan tubuhnya, kedua tangannya terkepal di atas pangkuan.

"Apa itu?" tanya Elena pelan. "Kau menakutiku, Hans."

Hans mendekat. Ia duduk di samping Elena, namun tidak terlalu dekat. Jarak itu terasa seperti jurang yang memisahkan dua dunia mereka.

Lalu Hans mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Elena. Tidak sekadar menggenggam, ia menautkan jari-jarinya di sela-sela jari Elena, mengunci mereka seperti sesuatu yang seharusnya tidak mudah dilepas.

Elena membeku.

Hans tidak pernah melakukan ini. Tidak pernah sedekat ini, tidak pernah seintim ini. Bahkan dulu ketika mereka bertengkar setiap hari sebagai rival perusahaan, Hans selalu menjaga batas. Selalu formal, selalu terukur. Tidak pernah begini ... lembut.

"Elena ...," Hans menatap mata Elena, tatapan yang begitu jujur hingga Elena nyaris lupa bernapas. "Selama ini ... aku mencintai seorang perempuan hingga detik ini."

Darah Elena serasa berhenti mengalir. Ia langsung menunduk. Untuk sesaat, ia lupa kalau pernikahan mereka ini tidak dibangun di atas cinta. Untuk sesaat, kata-kata itu menusuk seperti belati.

Hans mencintai seseorang?

"M-maaf," sahut Elena lirih, mencoba terdengar tegar. "Kau tidak perlu menjelaskan hubunganmu dengan perempuan itu. Ini hanya pernikahan kontr-"

"Tunggu." Hans menahan tangan Elena lebih kuat. "Biarkan aku selesaikan."

Suara Hans berubah sangat lembut. Nyaris memohon.

"Aku mencintai perempuan ini sejak lama," lanjut Hans. "Perempuan yang membuat hari-hariku terasa lebih hidup, yang membuatku bersemangat setiap kali tahu aku akan berurusan dengannya. Tapi aku tidak pernah berani mendekatinya dengan benar."

Elena memejamkan mata. Ia mengangguk, walau dadanya seperti diremas.

"Tentu saja ... dia mencintai orang lain," kata Hans lagi, senyumnya hambar. "Ketika aku sadar aku ingin melamarnya ... dia sudah menikahi pria itu. Pria yang aku benci sedari awal. Bahwa pria itu tidak cukup baik untuknya," kata Hans.

Elena menahan napas. Jantungnya berdetak seperti mau pecah.

"Dan saat itu," lanjut Hans, menatap lurus ke mata Elena, "aku merasa aku terlambat. Semuanya hilang. Impianku tentang perempuan itu hancur."

Elena perlahan mengangkat kepalanya. Ini pertama kalinya Hans berbicara tentang perasaan masa lalunya. Tentang seseorang yang ia cintai. Tentang hati seorang Hans Morelli, pria yang selalu rasional, dingin, dan profesional.

"Aku mengerti," bisik Elena, meski jelas ia tidak mengerti apa pun.

Hans menghela napas sekali lagi. Napas berat yang terdengar seperti ia memikul sesuatu selama bertahun-tahun.

"Tapi Tuhan ...," Hans tersenyum kecil. "Sepertinya berbaik hati padaku. Karena perempuan itu akhirnya bercerai dengan suaminya. Dan sekarang ...," ia menunduk, mendekatkan wajahnya pada Elena. "Sekarang dia menikah denganku."

Tubuh Elena seketika membeku.

Rasanya waktu berhenti.

Ia menatap Hans lekat-lekat, berusaha membaca arti setiap kata yang keluar dari bibir pria itu.

"A-aku?" konfirmasi Elena.

Hans tersenyum. Senyum kecil yang tidak pernah Elena lihat sebelumnya; senyum tulus, hangat, penuh rasa sayang.

"Ya. Kau. Perempuan itu adalah kau, Elena Alvarez," jawab Hans.

Elena merasa tanah di bawahnya hilang.

Hans melanjutkan dengan suara rendah, seperti mengakui dosa terbesar hidupnya.

"Dan selama ini ... aku memiliki hati yang jahat. Aku selalu berdoa agar pernikahanmu hancur. Agar hari itu datang. Hari ketika aku bisa masuk dan mengambilmu. Dengan cara apa pun. Aku bisa memperlakukanmu lebih baik dari dia. Dan itu sungguh terjadi ... kau bercerai dengannya," kata Hans.

Elena menutup mulutnya dengan kedua tangan, terkejut, wajahnya memerah hebat.

"Hans ...," suaranya tercekat. "Kau ... apa maksudmu sebenarnya selama ini-"

"Aku mencintaimu, Elena. Dulu, sekarang, dan selamanya," ucap Hans.

Akhirnya kalimat itu keluar.

Tenang. Tegas. Tidak goyah sedikit pun.

"Aku mencintaimu sejak bertahun-tahun lalu. Sejak kita jadi rival. Kau pikir aku menyukainya? Tidak. Itu hanya satu-satunya cara agar kau memperhatikanku. Agar kau mengingatku. Agar aku punya alasan untuk selalu berada di dekatmu," Hans mengaku.

Elena tertawa kecil, tawa tidak percaya. "Tapi kau selalu membuatku kesal."

Hans ikut tertawa, pendek, lembut. "Itu strategiku agar kau selalu ingat denganku."

Elena menunduk lagi, wajahnya panas sampai telinganya. Ia tidak berani menatap Hans, takut kalau wajahnya semerah tomat.

Hans membawa tangan Elena ke bibirnya dan mencium punggung tangan Elena. Perlahan. Hormat. Hangat.

"Aku menikahimu bukan karena kontrak," ucap Hans tegas. "Kontrak itu hanya alasan agar kau tidak menolak. Kebenarannya adalah aku ingin kau menjadi pendamping hidupku. Sejak lama sekali."

Elena merasakan sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sejak bercerai dengan Raven:

dirindukan.

dihargai.

diinginkan, bukan tubuhnya, tapi diri Elena, seluruh dirinya.

Hans kembali berbicara, kali ini lebih tenang, lebih dalam. "Aku tahu kau pernah melihat seseorang dengan cinta yang begitu besar. Tapi aku melihatmu dengan cinta yang jauh lebih besar lagi, Elena."

Itu pukulan telak bagi Elena. Ia menutup mata, merasakan air mata hangat menggenang.

"Aku ... Hans, aku benar-benar tidak tahu apa harus-"

"Aku tidak akan menuntut apa pun darimu," potong Hans, jemarinya kembali menaut pada jari Elena. "Tidak tentang kontrak. Tidak tentang keturunan. Tidak tentang menjadi istri sempurna. Kau hanya perlu menjadi ... kau. Wanita yang selalu bertengkar denganku."

Elena terdiam lama. Sangat lama.

Hingga akhirnya, Elena menghembuskan napas panjang dan berbisik di telinga Hans.

Sebuah hal yang ia simpan selama ini. Sebuah kebenaran yang tidak ada siapa pun tahu. Sesuatu yang akan mengubah segalanya.

Hans membeku. Terpaku. Matanya membesar tak percaya mendengar yang Elena katakan.

"Elena ...," suaranya pecah. "Kau ... kau serius?"

Elena tersenyum lebar, senyum bahagia paling tulus yang pernah ia keluarkan dalam beberapa tahun terakhir.

"Ya," jawabnya lembut. "Aku serius."

Dalam sekejap Hans menarik Elena ke dalam pelukannya, erat, hangat, hampir terasa putus asa. Ia memeluk Elena seperti memeluk sesuatu yang pernah hilang dan kini akhirnya kembali.

"Aku berjanji," bisik Hans, suaranya bergetar. "Aku tidak akan menjadi pria brengsek seperti Raven. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Tuhan memberiku kesempatan kedua dan aku tidak akan menyalahgunakannya."

Elena tertawa pelan di bahu Hans. "Jadi selama ini kau mencintaiku?"

"Setiap hari. Sejak dulu. Bahkan ketika kau memilih pria brengsek tidak tahu diri itu," kata Hans. Ia mencubit hidung Elena manja.

"Dan kau bahkan tidak sadar."

Elena mencubit balik lengan Hans. "Kalau kau tidak bersikap menyebalkan dulu, mungkin aku sadar."

"Itu taktik, Elena." Hans tertawa. "Taktik yang sukses, karena sekarang kau istriku."

Malam itu ... berubah.

Tidak lagi sekadar kontrak.

Tidak lagi sekadar kewajiban.

Tidak lagi sekadar simbiosis mutualisme.

Hans membuka kerah kemejanya, lalu menarik mantel tuxedo. Ia menatap Elena dengan senyum lirih.

"Boleh aku memanjakan istriku malam ini?" tanyanya dengan senyum lebar seolah ia baru saja memenangkan lotre.

Elena mengangguk, wajahnya merah seperti mawar yang bertebaran di ranjang.

Malam mereka berjalan manis ... sangat manis.

Hans menarik tangan Elena menuju kamar mandi. Membantu Elena melepaskan aksesoris dan hingga gaun pernikahan yang melekat di tubuh wanita itu. Mereka mandi bersama, air hangat mengalir di tubuh keduanya, namun Hans sama sekali tidak menyentuh Elena secara agresif. Ia hanya membersihkan punggung Elena dengan lembut, mencuci rambut Elena dengan busa wangi magnolia, dan sesekali mengecup pelipis Elena.

Seolah Hans memerlakukan sesuatu yang rapuh, sesuatu yang harus dijaga dengan penuh penghormatan.

Setelah itu Hans memijat pundak Elena di sofa panjang dekat jendela balkon ketika wanita itu mengeringkan rambutnya. Hans menyisir rambut Elena dengan jari-jari panjangnya, menata setiap helai seperti itu adalah harta karun.

Mereka berbicara lama ... lama sekali.

Hans menceritakan semuanya.

Bagaimana ia jatuh cinta pada Elena.

Bagaimana ia membenci Raven karena merebut Elena. Bagaimana hatinya hancur saat menerima undangan pernikahan Raven dan Elena dulu. Hingga bagaimana Hans langsung mengambil kesempatan ketika Raven membuat kekacauan.

Elena mendengarkan sambil sesekali menggoda Hans.

"Kau berarti jatuh cinta duluan sejak lama? Kau kalah dari awal," goda Elena.

"Sudah kubilang," sahut Hans sambil mencubit pipi Elena, "aku ini korban cinta sepihak dari wanita tidak peka."

Elena tertawa keras karena ucapan itu terlalu jujur untuk seorang Morelli.

Dan akhirnya ...

Ketika semua cerita usai, ketika semua kelopak mawar seolah menari oleh hembusan AC, ketika cahaya rembulan masuk dari balkon ...

Hans memeluk Elena dan mencium keningnya.

"Elena, bolehkah aku mendekat sebagai suamimu?" tanya Hans.

Elena memegang wajah Hans. Lalu mencium suaminya itu.

"Tentu saja," kata Elena.

Dan malam itu dengan kelembutan, dengan hormat, dengan rasa yang sudah tertahan bertahun-tahun, mereka menjalani malam pertama mereka sebagai pasangan suami istri.

Bukan karena kontrak.

Bukan karena kewajiban.

Tapi karena dua hati akhirnya saling menemukan.

1
Mundri Astuti
pasangan absurd 😄
gaby
Pengantin baru masih hot2nya. Kalo dah 10thn keatas lain lagi critanya/Facepalm//Facepalm/
tia
semoga elena cepat hamil
Miss Typo
pengantin baru adu mulut trs, tapi manis sih aku tersepona jadinya 😁
masih penasaran sm mlm pertama mereka berdua, othor nih bikin penasaran aja deh 😁
mom'snya devadhamian
uuh penganten Baru jadi pengen dah ah di goda pagi,."😄suami goda aku dong🤣🤣
Miss Typo
dasar pengantin baru bikin gemes aja, kok di skip sih thor, jadi penasaran kan mlm pertama mereka 🫢
Ir
memar memar kecil di tubuh, tinggal bilang kissmark aja susah amat 🤣🤣
Archiemorarty: Jangan diperjelas donk...banyak bocil nihh 🤣
total 1 replies
Ir
cinta dan benci itu emang beda tipis Hans kadang kita saja tidak bisa membedakan, malam pertama nya di skip banyak jomblo soal nya 🤣🤣
Archiemorarty: Hahaha...kasian yg jomblo 🤭
total 1 replies
Ir
kak kemana hari minggu ko ga update
Archiemorarty: Othor lagi kurang sehat jadi nggak update 🤭
total 1 replies
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
mom'snya devadhamian
aku penasaran dengan bisikan mu elena🤣kepooo tingkat dewa nih aku
Archiemorarty: Ohohoho....nanti diliat aja 🤭
total 1 replies
mom'snya devadhamian
uh akhirnya selamat ya elena hans💪💪 buat malam pertamanya☺️
Miss Typo
bisikan Elena ke Hans, kok aku merasa Elena sebenarnya gak mandul ya, semoga aja benar jadi Theo bisa punya adik.
kalau Elena gak mandul, semoga yg mandul Raven dan ternyata Jessy hamil dgn pria lain, pasti aku akan bersorak kegirangan 🤣
Wulan Sari: kayaknya ia deh Thor bener tuh elena ga mandul 😀lanjut penasaran
total 3 replies
Sunaryati
Selamat Hand dan istri namanya Theo, semoga kamu tidak mandul, yang mandul Raven. Menunggu kehancuran Raven dan Jessi
Archiemorarty: Hahahaha....ditunggu aja ya 🤣
total 1 replies
tia
lanjut thor
Archiemorarty: Siap kak /Determined/
total 1 replies
Miss Typo
Jessy Jessy selalu penuh drama penuh sandiwara penuh kebohongan.
selamat atas pernikahan Hans dgn Elena dan selamat untuk Theo akhirnya Elena jadi Mama nya beneran 😍
Miss Typo
semoga lancar sampai pernikahan
LB
betul, tolong jangan buat panggung teater di pesta pernikahan orang 😏.
jangan jadi hama😤.
Archiemorarty: Tapi kan suka tuh dinikahan...ada aja drama sama mantan 🤣
total 1 replies
Mundri Astuti
apa Theo bukan anak kandung hans ?
Archiemorarty: Anak kandung dia kok 😌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!