“Kalo kamu bersedia menikah dengan saya, maka jangan coba-coba untuk bermain-main, Kintan.”
“Nama saya Tania, Mas.”
“Kintan panggilan sayang saya buat kamu.”
Kintania merencanakan pernikahan dari 3 bulan lalu bersama sang kekasih, namun apesnya malah di selingkuhin sebulan sebelum pernikahannya.
Nangis? sudah pasti. Tapi galau? oh tidak, dia menerima usulan keluarganya untuk menikahi pria matang yang merupakan kakak dari sahabat baiknya.
“Tunggu! ini beneran gue mau digeledah nanti malam. Mama nggak mau!!!!!”
Pernikahan yang direncanakan hanya dalam 2 minggu, dan tanpa cinta apakah bisa berjalan dengan lancar? dan apakah cinta akan tumbuh atau sudah tumbuh diam-diam diantara mereka, tapi gengsi mau bilang?
Update setiap hari jam 10 malam
follow ig : Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jadi istri saya
Tania menutup kedua telinganya begitu Raina terus nyerocos memintanya agar mau menikah dengan Kahfi, entah mengapa sahabatnya itu sangat memaksa.
Tania melangkahkan kakinya kesal masuk ke dalam kamar, tentunya Raina juga menyusul ke kamar sambil mulutnya terus nyerocos.
“Na, udah cukup! Lo kenapa sih kayak ngebet banget jodohin gue sama abang lo? lo lupa gue masih trauma abis diselingkuhin Bobby?” Tania mulai bertanya dengan lelah.
Raina menarik tangan sahabatnya, mengajaknya untuk duduk diranjang. Gadis itu menatap serius Tania.
“Karena gue nggak mau dia salah pilih pasangan, menurut gue lo yang paling cocok buat dia.” Jawab Raina.
Tania memicingkan matanya. “Kalo lo lembut gini, gue malah curiga tahu nggak.” Cibir Tania.
“Lagian, emang abang lo nggak punya pacar?” tanya Tania lagi dengan nada sewotnya.
Raina menggeleng. “Nggak punya, dia itu lajang. Umurnya udah cocok buat nikah, dan gue jamin dari paras sampe hartanya itu tipe lo banget.” Jawab Raina, berbisik di akhir kalimatnya.
Tania hendak bicara, namun Raina kembali berbisik.
“Dan satu lagi, gue rasa abang gue itu bisa bikin lo puas.” Tambah Raina.
“Puas kepala lo tiga, puas apaan maksud lo hah?!” Tania makin sewot, mengerti apa yang sahabatnya itu maksud.
Raina tertawa lepas, bahkan sampai memegangi perutnya saking merasa lucu dengan kekesalan dari sahabatnya itu.
“Gue sebenernya punya alasan lain, tapi gue nggak bisa kasih tau sekarang.” Tawa Raina hilang, berganti dengan wajah seriusnya.
Tania menghela nafas sambil memutar bola matanya, ia malas meladeni sikap pura-pura sahabatnya, ujung gadis itu hanya akan meledeknya.
“Yaudah, gue pulang ya. Salam sama ibu, sama ayah.” Raina bangkit, pamit untuk pulang ke rumahnya.
“Gue mau nyusul ayah sama ibu ke kandang, sekalian aja lo sama gue yuk!” Ajak Tania.
Tania melangkah menuju lemari pakaian, mengambil cardigan berwarna maroon dan tidak lupa masker wajah.
“Nggak ah, gue kan bawa motor.” Tolak Raina.
Tania hanya mengangkat bahunya, kemudian mengajak sahabatnya itu untuk turun.
Tania tidak lupa mengambil kunci motor matic miliknya, dan juga mengunci rumah. Hari sudah sore, tapi ayah dan ibunya masih sibuk di kandang ayam milik mereka.
“Biasanya kalo sore masih sibuk gini ibu sama ayah gue dapet pesenan.” Kata Tania memberitahu.
“Hebat ya ayah sama ibu, masih semangat cari duit, padahal kan ini waktunya menikmati hari tua.” Raina menyahut.
Dia memang kagum pada orang tua Tania yang masih semangat bekerja, meski bekerjanya sesuka hati. Tidak banyak ayam yang dipelihara, karena sebenarnya pekerjaan itu hanya untuk mengisi waktu.
“Tan, gue cabut ya. Assalamualaikum!” Pamit Raina, kemudian langsung tancap gas meninggalkan rumah Tania.
Tania mendengus. “Waalaikumsalam, belum juga gue jawab udah cabut aja tuh anak.” Gumam Tania.
Tania naik keatas motor, kemudian menyetirnya untuk pergi ke kandang. Tanpa pakai helm karena posisinya tidak terlalu jauh, hanya keluar dari cluster dan pergi ke arah perkampungan.
Saat masih di jalan, Tania tiba-tiba teringat oleh abang sahabatnya, Kahfi.
“Tuh cowok emang ganteng sih, keliatan tajir sama tanggung jawab. Tapi masalahnya, itu jantan mau nggak sama gue ya.” Celoteh Tania, sambil tetap fokus membawa motor.
“Eh tapi ngapain juga gue mikirin dia, udah ikutan gila juga gue kayak si Raina.” Tania menggelengkan kepalanya, mengusir pikirannya tentang Kahfi.
Baru akan mengalihkan pikirannya, tatapan Tania tiba-tiba jatuh ke arah pria tinggi dan tegap yang sedang berjalan kaki di pinggir jalan. Tania tentu sadar, itu Kahfi.
“Lah si Raina kagak lewat sini, masa abangnya disuruh jalan kaki. Emang otaknya ketinggalan di rahim tuh anak.” Gumam Tania.
Tania kemudian memutar gas motornya agar lebih cepat dan saat sudah dekat, gadis itu langsung berhenti.
“Lho, Tania? kenapa kamu disini?” tanya Kahfi, suaranya masih sama. Lembut dan menenangkan.
“A-abang nggak ketemu Raina? atau abis dari mana dulu? kok dari tadi jalan kaki nggak sampe-sampe?” tanya Tania agak ragu.
“Oh, iya saya dari minimarket di ujung jalan. Kenapa? kamu mau anterin saya?” tanya Kahfi, menatap dengan senyuman ke arah Tania.
Tania salah tingkah, andai Raina ada disana maka lengan gadis itu sudah pasti kena pukulan nya karena salting.
“B-boleh kok, ayo saya antar.” Ajak Tania berusaha tersenyum.
Tanpa basa basi lebih jauh, Kahfi langsung duduk di jok belakang motor scoopy milik Tania.
“Anter ke rumah kan?” Tania basa basi, sambil mulai memegang gas motornya.
Kahfi berdehem. “Iya, memang mau kemana lagi. Kalo ke pelaminan, biar saya aja yang jemput kamu.” Jawab Kahfi.
Tania makin salah tingkah, grogi sekali mendengar ucapan pria dewasa di belakangnya.
“Murah banget hati gue, baru di gombalin dikit berasa langsung minta di halalin. Lagian bahaya juga ini laki, untuk kagak reflek nyium gue.” Batin Tania.
“Tania.”
Kahfi memanggil, membuat Tania yang agak melamun itu tersadar.
“Eh iya, gimana Bang?” Sahut Tania.
“Kamu kan sama Raina udah lama temenan, masa baru tahu sekarang kalo dia punya abang.” Kata Kahfi.
Tania menggaruk kepalanya sesaat. “Iya.” Balas Tania singkat, bingung ingin menjawab apa.
“Saya aja udah lama kenal kamu, malah kalo kamu sama Raina kerja, saya yang gantiin kamu jadi anaknya ayah sama ibu.” Bisik Kahfi, tepat di telinganya.
“Hah? kok ibu sama ayah nggak pernah cerita? si Raina bilang abang juga baru datang kemarin, soalnya bertahun-tahun kerja di Kalimantan.” Tania kaget, ingin menoleh tapi tidak bisa karena sedang bawa motor.
“Raina kok dipercaya, harusnya kamu lebih percaya buaya jinak daripada adik saya.” Balas Kahfi, terdengar suara tawa kecil dari adiknya.
“Tapi kok saya nggak pernah ketemu abang kalo main ke rumah Raina?” tanya Tania makin penasaran.
“Siapa yang bilang saya tinggal sama Raina, saya kan punya rumah sendiri makanya kamu nggak pernah ketemu.” Jawab Kahfi.
“Rumah saya itu masih kosong, cuma saya aja yang tinggal disana. Jadi kamu mau nggak ngisi rumah saya?”
“Jadi istri saya.”
Otak Tania langsung bekerja reflek, menekan rem depan dan belakang yang membuat Kahfi sampai menempel pada tubuh Tania, bahkan tangan pria itu memeluk pinggang sampai ke perutnya.
“Raina, abang lo bikin gue menggila!!!!” Batin Tania berteriak histeris.
MARI MENGGILA BERSAMA TANIA
Bersambung ............................................
kayak nya seru cerita nya
Yaumil milad kak Alfiana,,, Barakallah fii umrik, doa yg terbaik buat kk author 🤲🥳
woaahhh happy birthday to youuu Authoorr, pnjg umur, sehat selalu, murah rezeki, smg selalu semangat dan sukses dlm berkarya💗Aamiinn
kadonya ☕ biar ga ngantuk dan semangat up😉