(Warisan Mutiara Hitam Season 2)
Setelah mengguncang Sekte Pedang Awan dan memenggal Jian Chen, Chen Kai mendapati bahwa kemenangannya hanyalah awal dari mimpi buruk baru. Sebuah surat berdarah mengungkap kebenaran yang meruntuhkan identitasnya: ia bukan anak Klan Chen, melainkan putra dari buronan legendaris berjuluk "Sang Pengkhianat Naga".
Kini, Klan Jian dari Ibu Kota memburunya bukan demi dendam semata, melainkan demi "Darah Naga" di nadinya—kunci hidup untuk membuka segel terlarang di Utara.
Demi melindungi adiknya dan mencari jati diri, Chen Kai menanggalkan gelar Juara dan mengasingkan diri ke Perbatasan Utara yang buas. Di tanah tanpa hukum yang dikuasai Reruntuhan Kuno, Sekte Iblis, dan Binatang Purba ini, Chen Kai harus bertahan hidup sebagai pemburu bayangan. Di tengah badai salju abadi, ia harus mengungkap misteri ayahnya sebelum darahnya ditumpahkan untuk membangkitkan malapetaka kuno.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Darah Teratai
Malam telah jatuh di Hutan Kabut Hantu, lima puluh mil jauhnya dari Kota Sungai Awan.
Di dalam sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik air terjun, api unggun kecil menyala. Chen Kai duduk bersila, wajahnya sedikit pucat. Pertarungan melawan proyeksi Inti Emas tadi, meskipun singkat, telah menguras hampir 80% Cadangan Qi di tubuhnya dan memberikan tekanan besar pada organ dalamnya.
Manajer Sun dan Xiao Mei duduk di sudut gua, masih memandang Chen Kai dengan tatapan seolah melihat dewa perang yang turun ke bumi. Mereka tidak berani bersuara, takut mengganggu meditasi tuan muda mereka.
"Huuu..."
Chen Kai menghembuskan napas panjang. Uap putih bercampur sedikit kabut hitam keluar dari mulutnya—sisa racun dari serangan Tetua Gagak yang sempat masuk sedikit sebelum dia membakarnya, serta darah kotor akibat dampak benturan.
Dia membuka matanya. Cahaya ungu-emas di matanya telah meredup, kembali menjadi hitam pekat yang tenang.
"Kalian berdua, istirahatlah. Aku sudah memasang formasi penyembunyi aura di mulut gua. Binatang buas atau pelacak Klan Jian tidak akan menemukan kita malam ini," kata Chen Kai datar.
"T-terima kasih, Tuan Muda," kata Xiao Mei terbata-bata.
Chen Kai mengangguk, lalu mengeluarkan Kantong Penyimpanan milik Jian Yun yang dia ambil tadi.
Kantong itu bersulam benang emas dengan lambang pedang Klan Jian. Ada segel kesadaran yang kuat di atasnya. Biasanya, jika pemiliknya masih hidup, sulit untuk membuka paksa segel ini tanpa merusak isinya.
Tapi jiwa Chen Kai jauh lebih kuat dari kultivator Pembangunan Fondasi biasa berkat Mutiara Hitam.
"Hancur," gumam Chen Kai, mengirimkan jarum energi mental ke dalam kunci kantong itu.
Krak.
Segel itu pecah dengan mudah. Jian Yun yang sedang dirawat tabib di kejauhan pasti baru saja memuntahkan darah lagi karena koneksi mentalnya diputus paksa.
Chen Kai menumpahkan isi kantong itu ke lantai gua.
Kling! Kling! Kling!
Mata Manajer Sun hampir keluar dari rongganya.
Tumpukan Batu Roh yang berkilauan membentuk gundukan kecil. Selain itu, ada botol-botol pil giok, senjata cadangan, dan beberapa gulungan kitab.
"Anak orang kaya memang beda," Chen Kai tersenyum sinis.
Dia menghitung cepat.
320.000 Batu Roh.
Pil Pembersih Sumsum
Sebuah Pedang Terbang Giok Putih (Peringkat Roh Menengah).
Dan sebuah Token Emas dengan ukiran "Sekte Pedang Awan".
"Token Murid Inti Sekte Pedang Awan..." gumam Manajer Sun, mengenali benda itu. "Tuan Muda, dengan token itu, Jian Yun bisa masuk ke sekte besar tanpa tes. Itu benda yang sangat berharga."
Chen Kai melempar token itu kembali ke tumpukan. "Sampah. Aku tidak butuh koneksi orang lain untuk masuk sekte."
Dia menyimpan semua batu roh dan pil ke dalam cincinnya sendiri. Sekarang, kekayaannya telah kembali pulih, bahkan bertambah.
Namun, bukan itu yang paling dia nantikan.
Chen Kai mengeluarkan Kotak Giok Teratai Beku yang dia menangkan di pelelangan.
Suhu di dalam gua turun drastis. Kotak itu memancarkan hawa dingin yang menusuk, tapi anehnya, saat Chen Kai menyentuhnya, dia tidak merasa kedinginan. Sebaliknya, dia merasakan kehangatan aneh di ujung jarinya.
Dug... Dug...
Darah di dalam tubuhnya berdesir pelan. Itu adalah sensasi yang sama saat dia berada di makam bawah tanah ayahnya, Long Tian.
"Ada resonansi darah," gumam Chen Kai. "Ini benar-benar barang peninggalan ibuku."
Chen Kai mencoba membukanya, tapi kotak itu terkunci rapat tanpa celah. Tidak ada lubang kunci.
"Bocah, itu Kunci Darah," suara Kaisar Yao terdengar di benaknya. "Hanya keturunan langsung dari pemiliknya yang bisa membukanya. Teteskan darahmu."
Chen Kai mengiris ujung jarinya. Setetes darah merah keemasan—darah yang telah bercampur dengan Esensi Naga—jatuh ke atas permukaan giok putih itu.
ZING!
Darah itu tidak menggenang, melainkan terserap masuk ke dalam giok.
Permukaan kotak itu bersinar dengan cahaya merah muda lembut. Ukiran bunga teratai di tutupnya mulai bergerak dan mekar, membuka segelnya secara otomatis.
Klik.
Kotak itu terbuka.
Di dalamnya, terbaring sebuah Bunga Teratai Kristal yang tampak layu, namun intinya masih memancarkan cahaya biru muda yang lembut.
"Teratai Hati Es Sembilan Kelopak," gumam Chen Kai. "Tanaman obat Peringkat 3. Ini bisa menenangkan iblis hati dan memurnikan energi api yang terlalu ganas."
Ini sempurna untuknya. Dengan teknik Tulang Api dan Api Naga Inti Bumi, tubuh Chen Kai memiliki terlalu banyak energi Yang (panas). Jika tidak diimbangi dengan energi Yin (dingin), cepat atau lambat dia bisa meledak atau menjadi gila. Ibunya seolah tahu apa yang akan dia butuhkan di masa depan.
Tapi, mata Chen Kai yang tajam melihat sesuatu yang lain.
Di dasar kotak, di bawah lapisan sutra tempat teratai itu berbaring, ada sedikit ketidakrataan.
"Ada kompartemen rahasia."
Chen Kai menekan sudut kotak dengan pola tertentu.
Klik.
Di sana, terdapat sebuah Cincin Giok Putih polos dan selembar kain sutra yang dilipat rapi. Kain itu tampak sangat tua, tintanya sudah memudar termakan usia.
Chen Kai mengambil kain itu dengan tangan gemetar. Dia tidak mengenali tulisan tangan di sana.
Namun, saat matanya membaca kata-kata itu, gelombang emosi yang bukan miliknya—sebuah kesedihan dan kerinduan yang tertinggal dalam tinta spiritual—menghantam dadanya.
Untuk anakku yang belum pernah kutemui.
Jika kau bisa membuka kotak ini, berarti kau masih hidup. Berarti darahku mengalir di dalam dirimu, dan kau telah menempuh jalan kultivasi yang berbahaya ini.
Namaku Mu Lan. Aku tidak tahu apakah ayahmu, Long Tian, berhasil melindungimu atau tidak. Aku menulis ini saat aku tahu waktuku sudah habis, saat para pengejar dari 'Sekte Teratai Suci' semakin dekat.
Nak, di dalam kompartemen ini ada Cincin Giok Putih. Ini bukan senjata, dan bukan harta karun biasa. Ini adalah tanda identitas. Ini adalah bukti bahwa kau adalah pewaris sah dari garis keturunanku.
Dunia ini luas dan kejam. Jangan pernah tunjukkan cincin ini di depan siapa pun sampai kau memiliki kekuatan untuk membelah langit.
Maafkan Ibu yang tidak bisa memelukmu. Maafkan kami yang mewariskan takdir pelarian ini padamu.
Hiduplah. Hiduplah dengan bebas.
Chen Kai terdiam lama, memegang surat itu erat-erat. Tidak ada instruksi rahasia. Tidak ada peta harta karun. Hanya permohonan maaf dari seorang ibu yang sekarat dalam pelarian.
"Mu Lan..." bisik Chen Kai.
Jadi ibunya memang dikejar oleh sektenya sendiri. Ayahnya dicap pengkhianat oleh kekaisaran, dan ibunya diburu oleh sekte suci.
"Latar belakangmu benar-benar merepotkan, Bocah," komentar Kaisar Yao, nadanya terdengar sedikit simpati. "Tapi setidaknya sekarang kau tahu. Cincin itu... simpan baik-baik. Jangan pakai sembarangan."
Chen Kai mengangguk. Dia mengambil Cincin Giok Putih itu. Dia tidak memakainya di jari, melainkan menyimpannya ke dalam bagian terdalam Cincin Penyimpanannya sendiri. Dia belum cukup kuat untuk menanggung beban warisan Sekte Teratai Suci.
"T-Tuan Muda! Lihat ke luar!"
Suara panik Manajer Sun memecahkan lamunan Chen Kai.
Chen Kai segera menyimpan kotak giok dan surat itu. Dia bergegas ke mulut gua di balik air terjun.
Di kejauhan, di arah Kota Sungai Awan, langit malam diterangi oleh kobaran api raksasa.
Bukan api biasa. Itu api pertempuran.
Dan di langit, terlihat tiga sosok terbang—Kultivator Inti Emas—sedang bertempur hebat di atas kediaman Klan Jian. Salah satu sosok itu memancarkan aura merah darah yang pekat dan menjijikkan.
"Itu..." mata Chen Kai menyipit. "Sekte Iblis Darah?"
"Mereka menyerang Klan Jian?" Manajer Sun gemetar. "Tepat setelah Tuan Muda mengalahkan Jian Yun dan Tetua Gagak?"
Chen Kai menyeringai dingin. "Waktunya terlalu tepat. Klan Jian baru saja kehilangan muka, kehilangan pasukan elit di gerbang selatan, dan pewaris mereka terluka mentalnya. Sekte Darah adalah hyena. Mereka mencium kelemahan dan menyerang saat mangsanya pincang."
"Atau mungkin..." Chen Kai teringat lelang tadi. "Mungkin mereka menginginkan uang yang dibawa Jian Yun. Atau benda lain."
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Xiao Mei takut. "Apakah kita harus lari lebih jauh?"
Chen Kai berbalik, menatap ke dalam kegelapan hutan yang dalam.
"Kita tidak lari. Tapi kita juga tidak akan ikut campur. Biarkan anjing menggigit anjing."
"Tujuan kita selanjutnya adalah Lembah Angin Puyuh."
"Lembah Angin Puyuh?" tanya Sun bingung. "Itu tempat yang sangat berbahaya, sarang binatang buas elemen angin tingkat tinggi!"
"Tepat sekali," kata Chen Kai, matanya berkilat ambisius.
Dia mengangkat tangannya, menatap telapak tangannya sendiri.
"Aku baru saja mendapatkan Teratai Hati Es dari kotak ibu. Dan aku punya 'Pil Pembersih Sumsum' yang kubuat. Dengan tekanan di Lembah Angin Puyuh, aku akan memurnikan kedua benda itu untuk menyempurnakan fondasiku."
"Saat aku keluar dari lembah itu... aku akan menerobos ke Pembangunan Fondasi Tingkat Menengah."
Chen Kai melangkah kembali ke dalam gua.
"Malam ini kita istirahat. Besok, kita akan menghilang dari peta."