"Lupakan tentang kejadian di Paris. Anggap saja tidak terjadi apa-apa. Tubuhmu sama sekali tidak menarik. Aku tidak akan pernah sudi menyentuhmu lagi! Apalagi aku sudah punya kekasih."
Itulah yang diucapkan oleh Devano kepada Evelyn.
Devano sangat membenci Evelyn karena Evelyn adalah anak dari ibu tirinya.
"Kamu pikir aku mau melakukannya lagi? Aku juga tidak sudi disentuh lagi olehmu!"
Evelyn tak mau kalah, dia tidak ingin ditindas oleh kakak tirinya yang sangat arogan itu.
Tapi bagaimana kalau ternyata setelah kejadian malam itu, Devano malah terus terbayang-bayang bagaimana indahnya tubuh Evelyn? Membuatnya tidak bisa melupakan kejadian malam yang indah itu di kota Paris
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Devano yang baru melahap satu sendok nasi goreng, dia terjingkat saat merasakan nasi goreng buatan Evelyn sangat terasa asin.
Dia segera menyambar jus alpukat yang tersedia di meja makan.
Namun, seketika Devano langsung menyemburkan jus alpukat yang baru saja dia teguk. Rupanya jus alpukat tersebut mengandung cabe rawit.
Devano mendesis kepedasan. Langit-langit mulutnya terasa terbakar sampai ke kuping. Sangat terasa panas.
"Hah! Hah! Pedas..."
Evelyn pasti sengaja ingin mengerjainya. Membuat Devano mendengus kesal dan langsung berteriak memanggil nama adik tirinya itu.
"EVELYYYYN...!"
Evelyn pura-pura tidak mendengar. Dia harus segera pergi dari sana. Sambil berlari, dia tertawa pelan, membayangkan ekspresi kakak tirinya itu yang sedang kepedasan.
"Hahaha... Makanya jangan suka menyuruh-nyuruh aku seenaknya. Memangnya aku pembantu?"
Setelah berkata seperti itu, Evelyn segera menarik gagang pintu, ingin segera keluar dari rumah.
Namun, ternyata pintunya telah dikunci.
"Aishhh... Kenapa pintunya malah dikunci?" Evelyn nampak gelagapan. Dia takut keburu ditangkap oleh kakak tirinya yang sangat galak dan arogan itu.
Evelyn segera memasukkan enam digit password pada kunci digital.
Tapi gagal.
Ternyata saat dia sedang memasak, Devano telah mengganti password kunci pintu rumah.
Evelyn sangat terlihat panik. Rasanya dia seakan sedang syuting film horor, lalu dikejar-kejar oleh valak yang sangat mengerikan.
Tap...
Tap...
Tap...
Deg!
Evelyn merasakan jatungnya hampir mau copot saat mendengar suara langkah kaki di belakangnya.
Sudah pasti itu suara langkah kaki Devano.
Evelyn pun segera membalikkan badan, menyandarkan punggungnya pada daun pintu. Dan terpaksa harus mengeluarkan senyuman termanisnya sambil memperlihatkan dua jarinya yang membentuk huruf V, pertanda peace. "Hehe..."
Siapa tahu dengan Evelyn tersenyum manis, Devano akan luluh, tidak akan memarahinya. Walaupun semua itu terasa sangat mustahil.
Meskipun sebenarnya Evelyn sangat merasakan merinding saat melihat Devano yang sedang menatap tajam padanya. Seperti bintang buas yang ingin mencabik-cabik daging mangsanya.
"Kamu sengaja kan memasukkan cabe pada minumanku?" tanya Devano sambil berjalan mendekati Evelyn.
Evelyn tidak bisa berjalan mundur, karena punggungnya mentok pada daun pintu.
"Kak Devano sudah mengerjain aku. Jadi aku kerjain balik. Jadi impas kan?" tanya Evelyn, dia pura-pura bersikap tenang. Walaupun sebenarnya jantungnya sedang tidak aman, karena Devano terus saja berjalan mendekatinya. Sehingga jarak diantara mereka sangat dekat.
"Gara-gara kamu, aku kepedasan. Aku gak mau tahu, cepat kamu cari makanan yang manis untukku!" Devano sepertinya benar-benar sangat merasakan pedas. Wajahnya nampak memerah.
"Disini gak ada makanan yang manis, kak. Aku gak suka makanan yang manis-manis. Kalau mau pedasnya cepat hilang. Kak Devano minum susu aja!"
Meminum susu memang salah satu cara yang paling efektif untuk menghilangkan rasa pedas.
Susu?
Devano nampak mengerutkan keningnya. Seketika pandangannya tertuju pada dua gundukan yang menonjol di dada Evelyn.
Ah, membuat dia teringat kembali saat dia sedang menghisap buah dada Evelyn. Rahangnya Devano pun mengeras, jakunnya naik turun saat membayangkan bagaimana indahnya dua bulatan yang kenyal itu.
Padahal hari sudah mulai siang. Tapi mengapa dia belum berpikir waras juga? Apakah alkohol yang dia minum memiliki kadar yang cukup tinggi?
"Ishh... bukan susu yang ini." Evelyn langsung menutup dadanya dengan kedua tangan.
Devano langsung menjitak kepala Evelyn, "Siapa juga yang tergoda untuk menyentuhnya lagi?"
"Oke, baguslah. Aku juga tidak ingin disentuh oleh Kak Devano. Aku harus pergi ke dapur dulu, untuk membawa susu." pamit Evelyn sambil mengayunkan kakinya.
Tapi Devano menahan lengan Evelyn, menghentakkan punggung gadis itu pada dinding. "Kelamaan."
Rumah yang Evelyn tempati memang sangat luas. Sedangkan posisi dapur cukup jauh. Devano sudah tidak tahan lagi dengan rasa pedas yang dia rasakan.
"Lalu Kak Devano mau nya apa?" Evelyn benar-benar tidak paham dengan pemikiran pria arogan itu.
"Kamu sudah berani ngerjain aku. Jadi sekarang kamu harus merasakan akibatnya." jawab Devano sambil menempelkan telapak tangannya pada dinding, mengunci pergerakan Evelyn.
Evelyn nampak mengerutkan keningnya, "Maksudnya?"
Devano mendekatkan wajahnya, tatapan matanya yang tajam kini berubah menjadi buas. "Aku ingin berbagi rasa pedas denganmu. Agar kamu bisa merasakan apa yang aku rasakan saat ini."
Evelyn nampak terkejut, dan dia tidak bisa mencerna apa yang Devano ucapkan padanya. "Tapi..."
Namun, Evelyn tidak diberikan kesempatan untuk bicara. Karena tiba-tiba saja dia merasakan bibir Devano menempel pada bibirnya. Membuat gadis itu terbelalak.
Mungkin Devano ingin berbagi rasa pedas dengan cara mencium bibir gadis itu. Agar Evelyn tahu seberapa pedas yang dirasakan oleh Devano saat ini.
skrg kok aku mlh dukung Evelyn dgn Devano, aku merasa was was dan harus menghindari Gio tuh Evelyn. ada sesuatu yg sulit untuk dijelaskan 🫢