NovelToon NovelToon
Assalamualaikum, Pak KUA

Assalamualaikum, Pak KUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa pedesaan / Dijodohkan Orang Tua / Pengantin Pengganti / Cintapertama
Popularitas:45.9k
Nilai: 5
Nama Author: Yulianti Azis

Di hari pernikahannya, Andi Alesha Azahra berusia 25 tahun, dighosting oleh calon suaminya, Reza, yang tidak muncul dan memilih menikahi sahabat Zahra, Andini, karena hamil dan alasan mereka beda suku.

Dipermalukan di depan para tamu, Zahra hampir runtuh, hingga ayahnya mengambil keputusan berani yaitu meminta Althaf berusia 29 tahun, petugas KUA yang menjadi penghulu hari itu, untuk menggantikan mempelai pria demi menjaga kehormatan keluarga.

Althaf yang awalnya ragu akhirnya menerima, karena pemuda itu juga memiliki hutang budi pada keluarga Zahra.

Bagaimanakah, kisah Zahra dan Althaf? Yuk kita simak. Yang gak suka silahkan skip!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Diremehkan

Setelah perawatan kecantikan penuh itu selesai, perubahan terlihat jelas. Kulit Mak Mia dan Lisa tampak jauh lebih cerah, segar, dan bercahaya. Rambut mereka terasa ringan, halus, meski mereka mengenakan hijab tapi tetap terasa nyaman.

Senyum di wajah keduanya tak bisa disembunyikan. Seumur-umur mereka belum pernah ke salon dan ini pertama kalinya.

Zahra memperhatikan mereka dengan perasaan hangat. Ada kepuasan kecil di hatinya, ia bahagia karena bisa membahagiakan mertua dan adik iparnya, meski hanya dengan hal sederhana seperti ini.

Ketiganya berjalan menyusuri trotoar, menunggu taksi yang lewat. Langkah mereka terhenti tepat di depan sebuah toko emas. Kilauan etalase kaca memantulkan cahaya matahari sore.

Zahra berhenti mendadak, lalu menarik tangan Mak Mia dan Lisa masuk ke dalam toko itu.

Mak Mia terkejut. “Eh, mau Ki apa nak?”

Zahra tersenyum santai. “Siapa tahu ada yang bagus Mak. Ayo.”

Mak Mia dan Lisa saling pandang, lalu pasrah ditarik masuk. Mereka hanya berdiri agak di belakang Zahra, sadar diri karena mereka tentu tidak punya uang untuk membeli perhiasan semahal itu.

Zahra memperhatikan satu per satu perhiasan yang dipajang. Tatapannya kemudian terpaku pada satu set emas berbentuk bunga-bunga, kalung, gelang, dan cincin yang tampak anggun dan hidup.

Zahra langsung menunjuk. “Coba aku lihat emas yang itu.”

Namun penjaga toko hanya melirik sekilas, lalu kembali sibuk sendiri sambil scrol tiktok, seolah tidak mendengar apa pun.

Tak lama kemudian, dua orang ibu-ibu berpakaian gamis, masuk dengan suara ramai. Jilbab mereka berlapis-lapis, langkahnya penuh percaya diri.

Salah satunya langsung menegur, begitu melihat tetangga mereka. “Eh Bu Mia, Lisa. Apa ko bikin di sini?”

Itu Bu Jaenab, istri Pak Samsul, pemilik sawah di kampung Angin.

Belum sempat Mak Mia menjawab, seorang ibu berbaju toska menyambung dengan nada mengejek, “Tidak mungkin toh mau ko beli emas. Uang dari mana?”

Itu Bu Nani, ibu dari Anida.

Keduanya terkekeh kecil.

Mak Mia tetap tersenyum sopan. “Ini Zahra yang mau lihat-lihat emas Bu Jaenab, Bu Nani.”

Dua pasang mata itu langsung mengarah ke Zahra. “Oh ini mi istrinya Althaf.”

Zahra hanya mengangguk singkat. Di dalam hati, Bu Nani dan Bu Jaenab terlihat menelisik muali dari kaki hingga ke atas, mereka langsung sama-sama merasa tidak nyaman dengan kecantikan Zahra terasa menusuk rasa percaya diri mereka.

Bu Jaenab lalu menunjuk set emas bunga-bunga tadi. “Eh dek coba lihat itu emas e!”

Penjaga toko yang tadi acuh tak acuh langsung berubah sigap, dengan wajah penuh senyum, mengeluarkan perhiasan itu.

Zahra menoleh, heran. “Loh saya duluan yang mau ambil ini. Kenapa mereka yang dikasih lebih dulu?” protesnya.

Penjaga toko menjawab ketus, “Itu mahal harganya puluhan juta. Memangnya sanggup ko beli?” hinanya.

Wajah Zahra langsung memerah. Mak Mia buru-buru menahan tangan menantunya, khawatir terjadi keributan lagi.

Bu Jaenab menyahut, “Iyo, betulmi tawwa apa nabilang ini. Mahal harganya ini. Memangnya uang dari mana? Paling juga berapa ji gajinya Althaf yang seorang PNS.”

Bu Nani ikut menimpali, “Iyo. Ndag usah sok-sokan beli. Kasihan juga penjualnya kasih keluar barang. Asal mu tau, harganya sekarang emas itu, 22 karat saja sudah 1,9 juta. Nah ini emas satu stel itu, emas 23 karat, harganya 2,3 juta lebih. Kali mi coba berapa gram ini semua. Mampuko itu?”

Penjaga toko langsung menimbang dan menjelaskan panjang lebar, lalu berkata, “Lihat, beratnya semua 30 gram. Berarti itu harganya 69 juta.”

Nada suaranya jelas sombong, diarahkan pada Zahra.

Bu Jaenab tertawa kecil. “Kita saja berdua belum mampu beli semua ini. Apalagi kau yang tidak ada kerjaanmu. Cuman di rumah saja ongkang-ongkang kaki.”

Wajah Zahra semakin memerah, bukan karena malu, melainkan karena marah.

Tanpa berkata apa-apa, ia menarik tangan Mak Mia dan Lisa. “Kita pindah Mak ke toko sebelah. Toko di sini mulutnya kurang ajar.”

Mereka masuk ke toko di sebelahnya, dengan papan besar bertuliskan “Toko Emas Subur.” Penjaganya seorang wanita bercadar, wajahnya ramah dan matanya hangat.

“Cari apa Ki kak. Ayo lihat-lihat meki dulu.”

Tiba-tiba suara nyinyir terdengar dari samping. “Kak Yuli, ndag usah meki ladeni itu. Capek-capek Jeki nanti ladeni. Orang miskin itu. Mana ada uangnya beli emas.”

Itu Ina, penjaga toko yang tadi.

Yuli langsung menegur, “Jangan Ki bicara begitu. Pembeli harus tetap dilayani.”

Zahra melangkah maju tanpa basa-basi. “Kak aku mau emas satu stel. Yany bunga-bunga itu.” Ia menunjuk set emas bunga-bunga.

Yuli terkejut, lalu segera mengeluarkannya.

“Bentar kak saya timbang dulu.”

Setelah menimbang, Yuli berkata, “Harganya 70 juta 500 ribu, Kak.”

Zahra mengangguk santai. “Ssya ambil itu. Boleh transfer?”

“Boleh.”

Nomor rekening diberikan. Zahra langsung mentransfer tanpa ragu.

Lalu ia menoleh ke Lisa. “Lisa kamu suka yang mana. Ayo pilih.”

Lisa panik. “Ndag usah mi kak. Mahal sekali harganya.”

Zahra tersenyum. “Gaak apa-apa kok.”

Zahra lalu berinisiatif menunjuk satu set emas lain yang lebih sederhana namun elegan.

Penjualnya langsung berkata, “Ini 20 gram semua, kak.”

“Aku ambil kak,” jawab Zahra lagi.

Mak Mia dan Lisa melongo. Yuli tersenyum di balik cadarnya.

Setelah nota selesai, Zahra langsung memakaikan kalung, cincin, dan gelang itu pada Mak Mia, di hadapan Bu Jaenab, Bu Nani, dan penjaga toko sebelumnya yang masih terpaku.

Ia lalu memakaikan set emas itu pada Lisa.

Zahra tersenyum puas. “Nah kalian cantik.”

Tak lama, taksi datang. Ketiganya pergi meninggalkan toko meninggalkan wajah-wajah yang masih syok dan lidah-lidah yang tak lagi mampu berkomentar.

Setelah kepergian Zahra bersama mertuanya dan Lisa, suasana di dalam toko emas itu mendadak berubah kaku.

Seorang pria paruh baya keluar dari balik pintu kecil di bagian dalam toko. Wajahnya keras, sorot matanya tajam. Dialah toke, pemilik toko emas tersebut.

Ia langsung menatap tajam ke arah Ina. “Lihat itu pembeli sudah lari ke sebelah,” katanya dengan nada tinggi. “Makanya ko punya mulut harus dijaga.”

Ina terkejut, wajahnya langsung pucat.

Toke itu melanjutkan tanpa memberi kesempatan membela diri. “Terkadang seseorang tidak bisa diukur dari cara pakaiannya. Paham ko?” sindirnya sambil melirik kedua Ibu-ibu di depannya.

Ina menunduk dalam-dalam. Tangannya gemetar. “Maaf, Toke … saya—”

Namun toke itu mengangkat tangan, menghentikannya. “Besok kau ndag usah datang lagi.”

Kalimat itu jatuh seperti palu. Ina membeku, lalu hanya bisa menundukkan kepala lebih dalam, menahan air mata yang menggenang di pelupuk mata.

Di sudut toko, Bu Jaenab dan Bu Nani saling pandang. Wajah mereka memanas, rasa malu menyusup tanpa bisa ditahan.

Sejak tadi mereka hanya melihat-lihat, mencibir, dan merasa paling mampu. Namun pada akhirnya, justru Zahra yang mereka remehkan yang melangkah keluar dengan pembelian puluhan juta, sementara mereka tetap berdiri di tempat, tanpa satu pun perhiasan di tangan.

1
Alona Luna
ohhh juwet ternyata 😌
Alona Luna
kapok tuh si mirna🤣🤣
Mineaa
is the best lah Zahra.....
jadi garda terdepan untuk keluarga nya...
Zahra gitu lho no kaleng kaleng....
istri solehot mo di lawan.....😁💪🔥🔥🔥🔥🔥
zylla
Parah 🤣🤣🤣
Tiara Bella
dikampung aku namanya juwet tp dibekasi blm Nemu tuh juwet.....
zylla
Paksu cemburu 🤭
zylla
heh, pelakor munafik ini gak usah sok"an nasehatin Ara. 🤬
zylla
ide bagus, Ara 🤭
zylla
setuju sekaliii 🤭🤭🤭
zylla
gundulmu 🤣🤣🤣🤣
zylla
sebel 🤬🤬🤬
Dew666
👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩
zylla
bodohnya udah gak ketolong lagi yaampun 😮‍💨
Dew666
Itu di desaku namanya duwet,,, uenak maknyuusss,, tapi skrg susah carinya 💐
zylla
Minta Pak Handoko dateng lagi, Ara. 🤭
Fia Ayu
Good job zabra, kasih faham mereka biar keluarga mak mia tak selalu di tindas😡
Andira Rahmawati
cppeng sama bunne makananku waktuku kecil....iiihhh jadi pengen sayang di jakarta nga ada yg jual..😍😍
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Yulianti Azis: Di Sulsel saja kak udah langka sekalimi 😁
total 1 replies
mama_im
di aku namanya jamblang, kalo yg kecil itu huni. uuuuhhh mantap itu di rujak, walau ribet buangin bijinya sambil ngunyah 🤣🤣🤣
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Yulianti Azis: Aku gak pernah rujak kak. Paling dikasih gula aja 🤣🤣. Sayang sekali udah langka
total 1 replies
Shee
yang rasanya asem, manis, sepet bukan c ya? dah lama g pernah makan itu jadi lupa-lupa inget🤭
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Yulianti Azis: Iya kak. Bener banget. Author aja rindu makannya, sayang udah jarang banget
total 1 replies
Shee
duh dua manusia ini bukan nya sadar malah nambah kayanya🙄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!