NovelToon NovelToon
MAS KADES, I LOVE YOU

MAS KADES, I LOVE YOU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa pedesaan / Cintamanis / Menyembunyikan Identitas / Budidaya dan Peningkatan / Chicklit
Popularitas:19.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

#Mertua Julid

Amelia, putri seorang konglomerat, memilih mengikuti kata hatinya dengan menekuni pertanian, hal yang sangat ditentang sang ayah.

Penolakan Amelia terhadap perjodohan yang diatur ayahnya memicu kemarahan sang ayah hingga menantangnya untuk hidup mandiri tanpa embel-embel kekayaan keluarga.

Amelia menerima tantangan itu dan memilih meninggalkan gemerlap dunia mewahnya. Terlunta-lunta tanpa arah, Amelia akhirnya mencari perlindungan pada mantan pengasuhnya di sebuah desa.

Di tengah kesederhanaan desa, Amelia menemukan cinta pada seorang pemuda yang menjadi kepala desa. Namun, kebahagiaannya terancam karena keluarga sang kepala desa yang menganggapnya rendah karena mengira dirinya hanya anak seorang pembantu.

Bagaimanakah Amelia menyikapi semua itu?
Ataukah dia akhirnya melepas impian untuk bersama sang kekasih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10.

.

Pagi hari setelah selesai sarapan, Amelia membantu Bu Sukma membereskan meja makan dan mencuci piring. Tak lupa, ia juga membantu Pak Marzuki pindah dari kursi yang ada di ruang makan ke kursi yang ada di teras, agar pria tua itu bisa menikmati udara pagi. Amelia begitu telaten dan sabar merawat pria tua itu, seolah ia adalah ayahnya sendiri.

Setelah semua pekerjaan rumah selesai, Bu Sukma bersiap-siap untuk berangkat ke sawah.

"Neng Amel mau ikut Ibu ke sawah lagi?" tanya Bu Sukma, sambil mengenakan caping.

Amelia mengangguk dengan semangat. "Tentu saja, Bu. Amel kan mau lihat hasil jebakan keong semalam," jawab Amelia yang segera mengikuti langkah Bu Sukma. Namun, Baru beberapa langkah saja Amelia menghentikan langkahnya.

"Bu, ada ember yang nggak kepakai gak?" tanyanya.

Bu Sukma mengerutkan kening. "Ember? Kayaknya ada deh di belakang rumah. Tapi udah lama nggak kepakai. Kenapa emangnya, Neng?"

Amelia segera bergegas ke belakang rumah. Ternyata ada dua ember besar yang tergeletak di sudut halaman, meskipun kotor dan ditutupi debu, tapi masih layak dipakai. Ia membersihkannya sebentar dan membawanya ke depan rumah.

“Untuk apa ember-ember itu, Neng?” tanya Bu Sukma yang penasaran.

Amelia tersenyum ceria, “Untuk membawa pulang keong dari sawah, Bu. Dan keong-keong itu nantinya akan digunakan sebagai pakan bebek. Lumayan kan Bu, nanti siang kita nggak perlu bikin adonan katul untuk bebek-bebek itu!”

“Kenapa nggak pakai karung kecil aja, Neng? Biasanya para tetangga pakai karung buat ngumpulin keong.”

“Kalau pakai karung kan bawanya susah Bu. Kita harus menggendongnya di pinggang kan? Sedangkan karung berisi keong itu nanti kan pastinya kotor dan pakaian kita jadi ikut kotor. Beda cerita dengan kalau kita memakai ember."

"Iya juga sih,” ucap Bu Sukma. “Soalnya mereka keong-keong itu nggak dibawa pulang.”

Amelia mengangguk, dia juga mengingat ketika dia ke sawah kemarin, ada banyak karung kecil berisi keong yang dibiarkan menumpuk di pematang sawah yang akibatnya mendatangkan aroma busuk.

Mereka berdua segera pergi ke sawah setelah berpamitan dengan Pak Marzuki. Pak Marzuki tersenyum dan melambaikan tangan kepada mereka berdua.

"Hati-hati di jalan," pesan Pak Marzuki.

*

Sesampai di sawah, Bu Sukma benar-benar takjub. Ternyata keong-keong itu benar-benar berkumpul di empat sudut sawah mereka. Jumlahnya banyak sekali, membuat Bu Sukma heran.

"Ya ampun, ternyata beneran ngumpul keongnya,” seru Bu Sukma setengah tak percaya. "Sini biar Ibu bantuin kamu masukkin keong-keong ini ke dalam ember?"

Amelia menggelengkan kepalanya. "Nggak usah, Bu. Biar Amelia aja yang urus keongnya," jawab Amelia. "Ibu mendingan lanjutin matun (mencabut rumput di selatan taman padi) aja.” Amelia berpikir karena dirinya lebih muda, tentu dirinya lebih kuat daripada Bu Sukma.

Bu Sukma setuju dengan usulan Amelia. "Ya sudah, kalau gitu Ibu cabutin lanjutin matun aja ya," ucap Bu Sukhatima.

Amelia mengangguk. Ia berjalan dengan hati-hati di atas pematang sawah yang kecil dan licin. Ia membungkuk, mengambil keong satu per satu dengan tangannya yang terbalut sarung tangan dari bahan kain, memasukkannya ke dalam ember. Ia sudah mulai terbiasa dengan kondisi seperti itu. Ia sudah tidak lagi canggung atau takut terjatuh. Perlahan dirinya benar-benar telah menyatu menjadi bagian dari alam pedesaan.

Sambil mengumpulkan keong, Amelia sesekali bercanda dengan Bu Sukma. Mereka tertawa bersama, menikmati kebersamaan di tengah hamparan sawah yang hijau.

“Bu, embernya sudah penuh," ucap Amelia, sambil menunjukkan ember-ember itu kepada Bu Sukma.

Bu Sukma menghentikan pekerjaannya dan menghampiri Amelia. Ia melihat ember-ember yang penuh dengan keong dengan tatapan senang.

"Wah, cepet banget. Ternyata memang lebih mudah kalo pake jebakan daun pepaya, ya. Jadi kita gak usah ngumpulin susah payah. Mereka sudah ngumpul sendiri.”

"Tentu saja Bu. Ini lebih mudah dan tanpa resiko. Beda cerita kalau kita semprot dengan obat kimia. Keong akan mati di tempat, tapi keong akan tertinggal di dalam tanah, itu akan sangat bahaya jika terkena kaki. Jika orang tidak memiliki imunitas tinggi bisa jadi tetanus karena cangkang keong itu.”

Bu Sukma mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar penuturan Amelia. Dan semua yang dikatakan oleh Amelia itu memang benar. Dua tahun lalu, pernah ada tetangganya yang meninggal karena tetanus akibat kakinya yang terkena cangkang keong.

"Ya sudah, Bu. Amelia bawa pulang dulu keong-keong ini ya," ucap Amelia. "Nanti, Amelia balik lagi ke sini buat bantuin Ibu nyabutin rumput."

Bu Sukma mengangguk. "Iya, hati-hati ya, Amel," pesan Bu Sukma.

Amelia mengangkat kedua ember itu dan berjalan dengan hati-hati menuju rumah. Ember-ember itu cukup berat, tapi ia tidak mengeluh.

.

Di tengah perjalanan pulang, Amelia bertemu dengan Raka yang berjalan bersama seorang pria paruh baya yang mengenakan pakaian batik.

Raka tersenyum dan melambaikan tangan kepada Amelia. "Mbak Amel!" panggil Raka yang kemudian berlari mendekat.

Amelia menghentikan langkahnya. "Ada apa, Mas Raka?" tanya Amelia, dengan nada sopan.

Raka tersenyum. "Kenalin, Mbak. Ini Pak RT, Pak Darmo," ucap Raka, memperkenalkan Pak RT kepada Amelia. "Pak, ini Mbak Amelia, keponakannya Bu Sukma yang dari kota yang saya ceritakan beberapa hari lalu."

Pak RT tersenyum dan mengangguk kepada Amelia. "Selamat siang, Neng Amelia," sapa Pak RT, dengan ramah. "Saya dengar dari Raka, Neng sudah beberapa hari tinggal di desa ini. Betul begitu?"

Amelia mengangguk. "Betul, Pak," jawab Amelia. "Saya memang lagi numpang di rumah Bu Sukma."

Pak RT mengangguk-angguk. "Oh, begitu," ucap Pak RT. "Saya cuma mau tanya, Neng ada niat untuk tinggal lama di desa ini atau cuma liburan sementara?"

Amelia menarik napas dalam-dalam. "Sebenarnya, saya memang ada niat untuk tinggal di desa ini, Pak," jawab Amelia. “Maaf saya lupa untuk melapor," ucap Amelia lagi merasa bersalah.

Pak RT terdiam sejenak, lalu mengangguk-angguk lagi. "Oh, begitu," ucap Pak RT. "Kalau begitu, saya mohon maaf sebelumnya, Neng. Tapi, sebagai warga baru, saya perlu meminta data diri Neng berupa fotocopy KTP dan kartu keluarga. Itu sudah menjadi prosedur di desa kami."

Amelia terdiam. Ia teringat bahwa ia hanya memiliki KTP, tetapi tidak memiliki kartu keluarga. Karena ia keluar dari rumah Bramasta tanpa membawa kartu keluarga. Amelia menundukkan kepalanya, merasa bingung.

"Maaf, Pak," ucap Amelia, dengan nada lirih. "Saya cuma punya KTP. Apakah bisa?"

Pak RT dan Raka saling pandang. Mereka merasa kasihan kepada Amelia.

"Nggak apa-apa, Pak," sela Raka, dengan nada membela. "Mbak Amelia ini kan keponakannya Bu Sukma. Saya jamin, dia orang baik-baik. Nggak mungkin dia bikin rusuh di desa kita."

Pak RT tersenyum dan menepuk pundak Raka. "Saya percaya pada Mas Raka," ucap Pak RT. "Tapi, tetap saja, kita harus mengikuti prosedur yang ada. Kalau nggak ada kartu keluarga, nanti gimana?"

"Gini aja, Pak," sela Raka lagi. "Nanti saya bantu urus. Kebetulan saya kenal sama staf di Dispenduk. Insya Allah, ada jalan keluarnya."

Pak RT mengangguk. "Ya sudah, kalau begitu," ucap Pak RT. “Sekarang kita langsung ikut sekalian mampir ke rumah Bu Sukma aja ya. Saya mau minta fotocopy KTP-nya Neng Amelia.”

Amelia mengangguk. "Baik, Pak," jawab Amelia.

Mereka bertiga berjalan beriringan menuju rumah Bu Sukma.

"Itu bawa apa, Mbak Amel?" tanya Raka, sambil menunjuk ke arah ember yang dibawa Amelia.

"Oh, ini," jawab Amelia, sambil tersenyum. "Ini keong yang tadi dikumpulin dari sawah."

“Sini biar saya aja yang bawa!" Tanpa menunggu jawaban dari Amelia, Raka mengambil kedua ember tersebut dari tangan gadis itu.

1
Nar Sih
pasti di ibu tiri busun ,bisa marah bsr bila tau raka udh lamar amel ,
Supryatin 123
mendapatkan pelajaran d cerita ini sangat penting buat para petani nich.boleh.d share nich ke para petani lnjut thor 💪💪
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia: semoga bermanfaat
total 1 replies
Cindy
lanjut kak
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨
sawah
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨
ini mana tanda bacanya mak, tak pikir td narasi ternyata dialog amel
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨
jangan salah pak-pak, tikus lobang kecil aja bisa masuk kok😜
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ ✍️⃞⃟𝑹𝑨
kayak ada kata yg kurang, dialog bu sun
qin
Ooo.. begono ok2 Suwon Thor lanjot up😄
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia: mugo2 bermanfaat.
total 1 replies
juwita
km salah pilih kawan busun Amel g akn bisa di tindas
juwita
klo nikah harus dtg org tua amel kan harus jd wali nikahnya
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia: memang harus. kalo GK ada papa ya Amel. sebagai wali nanti tidak sah
total 1 replies
〈⎳ FT. Zira
mainkan playing victim mu, minyak sawit/Right Bah!//Right Bah!/
〈⎳ FT. Zira
yg ini meragukan.. bisa bisa langsung di depak keluar🤧🤧
〈⎳ FT. Zira
wadawww.. sat set ya Raka😏😏
Amy
emang lulusan IPB Kayaknya calon istrimu tuuuh Raka
Evy
makasih mom...dapat satu ilmu lagi....
bentar lagi nanam padi jg 🥰
✍️⃞⃟𝑹𝑨 Mama Mia: daerah mana bund, kok baru mau tanam? kalo daerah saya rata2 udah umur 15 hari
total 2 replies
bundis
bu sundari tdk sadar diri untung bukan ibu kandung mas kades
Supryatin 123
bagus pak lurah buang jauh2 emak tirimu itu sekalian aja masukkan kedalam jurang 🤣🤣 lnjut thor 💪💪
Cindy
lanjut
ora
Mantap/Casual/
ora
Kamu salah pilih istri baru sih Pak. Juga di pikir bisa mudah apa nerima ibu baru, apalagi yang mulutnya modelan Sundari😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!