NovelToon NovelToon
The Killer

The Killer

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Pembaca Pikiran / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Novianti

Wei Lin Hua, seorang assassin mematikan di dunia modern, mendapati dirinya terlempar ke masa lalu, tepatnya ke Dinasti Zhou yang penuh intrik dan peperangan. Ironisnya, ia bereinkarnasi sebagai seorang bayi perempuan yang baru lahir, terbaring lemah di tengah keluarga miskin yang tinggal di desa terpencil. Kehidupan barunya jauh dari kemewahan dan teknologi canggih yang dulu ia nikmati. Keluarga barunya berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah kemiskinan yang mencekik, diperparah dengan keserakahan pemimpin wilayah yang tak peduli pada penderitaan rakyatnya. Keterbelakangan ekonomi dan kurangnya sumber daya membuat setiap hari menjadi perjuangan untuk sekadar mengisi perut. Lahir di keluarga yang kekurangan gizi dan tumbuh dalam lingkungan yang keras, Wei Lin Hua yang baru (meski ingatannya masih utuh) justru menemukan kehangatan dan kasih sayang yang tulus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Novianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 04

"Ayah berangkat kerja dulu, kalian berdua baik-baik di rumah, ya." Wei Nan, ayah mereka, berpamitan dengan nada suara yang penuh kasih sayang, meskipun wajahnya tampak lelah setelah bekerja keras setiap hari.

Wei Lin Hua melambaikan tangan kecilnya dengan riang, dan bergumam tidak jelas, "Dadada..." Bibirnya yang mungil bergerak-gerak, berusaha mengucapkan kata-kata yang belum bisa ia kuasai dengan sempurna.

'Hah... Ayah pasti sangat lelah karena terus bekerja keras untuk menghidupi kami, anak-anaknya. Andai aku bisa cepat besar, aku ingin sekali menggantikan Ayah mencari uang dan meringankan beban nya,' gumam Wei Lin Hua dalam hati, matanya menatap sendu punggung ayahnya yang semakin menjauh.

Wei Nan bekerja sebagai pencari bijih besi di tambang terdekat. Selain itu, pria itu juga seorang pengrajin pedang yang cukup terampil. Biasanya, Wei Liu Han dan Wei Liu Yuan yang akan membantu Wei Nan mencari bijih besi untuk bahan membuat pedang, namun karena kini ada Wei Lin Hua yang masih kecil, kedua kakaknya itu diperintahkan untuk menjaga dan merawatnya.

Kedua kakaknya terharu mendengar suara hati adik kecil mereka. Mereka tahu jika Wei Lin Hua bukanlah adik kandung mereka, namun mereka tetap menyayangi adik kecilnya itu dengan sepenuh hati. Kasih sayang mereka tidak berkurang sedikit pun, meskipun mereka tahu bahwa jiwa yang bersemayam di dalam tubuh bayi itu berasal dari dunia lain.

"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Ayo kita pergi ke hutan untuk berburu. Jika kita mendapatkan banyak hewan buruan, kita bisa pergi ke kota untuk menjualnya dan membeli makanan yang enak untuk kita semua." Wei Liu Han menggendong Wei Lin Hua dengan hati-hati, memastikan adiknya merasa nyaman dalam gendongannya. Mereka bertiga lalu berjalan menuju hutan yang biasa mereka datangi untuk berburu, langkah kaki mereka mantap menapaki jalan setapak yang sudah familiar bagi mereka.

Cuaca di hutan terasa sedikit rindang dan sejuk karena banyaknya pepohonan yang menjulang tinggi. Sinar matahari hanya mampu menembus celah-celah dedaunan, menciptakan efek cahaya yang menari-nari di tanah. Mereka pun mulai berburu dengan semangat. Wei Liu Han dan Wei Liu Yuan cukup pandai menggunakan panah. Dengan sekali bidikan, mereka beberapa kali berhasil mendapatkan kelinci dan juga ayam hutan.

'Mereka cukup pandai menggunakan senjata, memiliki bakat alami yang luar biasa. Tapi hanya karena terlahir sebagai rakyat jelata, untuk bisa masuk akademi saja sangat sulit. Benar-benar dunia yang sangat kejam dan tidak adil,' gumam Wei Lin Hua dalam hati, matanya mengamati dengan seksama setiap gerakan kedua kakaknya. Ia merasa prihatin dengan nasib kedua kakaknya yang tidak bisa mengembangkan potensi mereka karena keterbatasan yang ada.

"Aku tidak ingin menjadi bidak catur yang hanya menjadi tameng bagi orang-orang penting dan berkuasa. Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri dan melindungi keluarga ku dengan cara ku sendiri." Ucap Wei Liu Yuan tiba-tiba, kata-katanya terdengar tulus dan penuh tekad.

'Kata-kata andalan yang penuh omong kosong dan klise,' sahut Wei Lin Hua dalam hati dengan nada sinis, dan mengira jika hanya dia sendiri yang bisa mendengar isi pikirannya. Ia tidak terlalu percaya dengan kata-kata manis yang sering diucapkan orang, karena ia tahu bahwa dunia ini penuh dengan kepalsuan dan tipu daya.

Mereka berjalan semakin dalam ke dalam hutan, meski buruan mereka sudah banyak, tapi Wei Liu Yuan belum merasa cukup, dia bisa menebak, jika hasil buruan nya hanya akan di tukar dengan beberapa koin emas saja.

'Hm... Seperti nya aku tidak asing dengan tumbuhan itu.' Gumam Wei Lin Hua dalam hati, saat melihat tumbuhan obat yang terbilang langka dan berharga cukup mahal.

"Tututu..." Wei Lin Hua bergumam dan menunjuk ke arah tumbuhan itu berada.

Wei Liu Han dan Wei Liu Yuan lalu menghampiri tempat yang ditunjuk oleh Wei Lin Hua, mereka hanya mendapatkan rerumputan saja, tidak ada yang istimewa.

'Astragalus!' seru Wei Lin Hua dalam hati dengan mata berbinar, kegembiraan meluap saat melihat tanaman obat langka dan berharga itu tumbuh subur di hadapannya.

'Cepat turunkan aku!' Wei Lin Hua meronta dalam hati, tubuhnya bergerak gelisah di dalam gendongan Wei Liu Han, tak sabar untuk segera menyentuh tanaman itu.

Dengan sigap, Wei Liu Han menurunkan Wei Lin Hua. Bayi kecil itu, dengan langkah kecil yang belum sempurna, langsung menghampiri tumbuhan obat itu dan menarik-nariknya dengan tangan mungilnya. "Tata..." ucapnya dengan suara yang belum jelas, namun penuh semangat.

'Ah, sial! Mengapa mereka tidak peka? Mengapa tidak ada yang membantuku? Ini benar-benar sulit untuk ditarik!' Wei Lin Hua menggerutu dalam hati, merasa kesal dengan kedua kakaknya yang tampak tidak menyadari kesulitan yang dihadapinya.

"Ah, kau menginginkan ini? Mari Kakak bantu." Wei Liu Yuan akhirnya menyadari keinginan adiknya. Dengan lembut, ia membantu Wei Lin Hua mencabut tumbuhan obat itu dari akarnya.

Setelah lebih dari satu jam berjuang, mereka akhirnya berhasil memenuhi keranjang yang mereka bawa dengan berbagai tumbuhan obat. 'Hm... Jika kita membawanya ke kota, kemungkinan ada beberapa toko obat yang tertarik untuk membelinya. Tapi, bagaimana cara aku memberi tahu kedua kakakku tentang ide ini?' Wei Lin Hua bergumam dalam hati, mencari cara untuk menyampaikan pikirannya.

"Ah, Kakak. Bagaimana jika kita pergi ke kota untuk menjual sebagian hasil buruan kita? Mungkin kita bisa mendapatkan sedikit uang," usul Wei Liu Yuan tiba-tiba.

"Ah, benar juga. Ayo kita pergi!" sahut Wei Liu Han dengan semangat.

'Tumben sekali kakakku ini pintar. Biasanya mereka hanya memikirkan makanan,' ujar Wei Lin Hua dalam hati, merasa sedikit terkejut dengan ide cerdas kakaknya.

Mereka berjalan kaki menuju kota untuk menjual hasil buruan mereka. Dan benar saja, seperti yang telah diprediksi oleh Wei Lin Hua, mereka berhasil mendapatkan delapan puluh koin emas dari penjualan tersebut.

'Ah, benar-benar sangat merugi,' ucap Wei Lin Hua dalam hati, merasa tidak puas dengan hasil yang mereka dapatkan.

Wei Liu Yuan dan Wei Liu Han mengangguk setuju. Mereka merasa telah berburu dengan susah payah, namun hanya mendapatkan uang yang sangat sedikit.

"Kakak, ayo kita pergi ke klinik. Kita harus membeli obat untuk Ayah," ajak Wei Liu Yuan, raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. "Semalam aku melihat tangan Ayah terluka cukup parah saat mengambil bijih besi di tambang."

"Ah, iya, benar juga," jawab Wei Liu Han, mengangguk setuju, menyadari pentingnya saran adiknya.

Mereka pun melangkah masuk ke dalam sebuah klinik yang tampak cukup besar dan bersih, dengan aroma antiseptik yang samar-samar tercium. Wei Liu Yuan menurunkan keranjang penuh tanaman obat yang kini terasa jauh lebih ringan di dekat pintu, lalu berjalan menghampiri penjaga klinik di meja depan. Entah apa yang mereka bicarakan, suara percakapan itu terdengar sayup-sayup di telinga Wei Lin Hua. Rasa kantuk yang luar biasa menyerang, kelopak matanya terasa begitu berat, dan ia pun terlelap tanpa menyadari apa yang terjadi selanjutnya.

Wei Lin Hua terbangun dengan perasaan linglung, mendapati dirinya sudah berada di rumah. 'Eh? Berapa lama aku tertidur?' gumamnya dalam hati, matanya mengerjap menyesuaikan diri dengan cahaya remang-remang kamar. Punggungnya terasa sedikit pegal karena ranjang kayu yang keras di bawahnya.

"Kau sudah bangun, Adik?" Suara lembut Wei Liu Han menyapa, dan sosoknya muncul membawa semangkuk bubur hangat yang mengepul, aromanya langsung menggoda indra penciuman.

"Ayo, makan dulu," ajak Wei Liu Han, dengan sabar mendekat dan bersiap menyuapi adik kecilnya.

1
Murni Dewita
double up thor
Murni Dewita
lanjut
💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTAN@RM¥°🇮🇩
hai kak aku mampir
Murni Dewita
tetap senangat
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
💪💪💪💪
Murni Dewita
menarik
Murni Dewita
next
Murni Dewita
lanjut
Murni Dewita
👣
Andira Rahmawati
kerennn
Andira Rahmawati
lanjutt..crasy up dong thorrr💪💪💪
SamdalRi: Gak bisa crazy up, 3 bab aja ya/Smile/
total 1 replies
Gedang Raja
bagus 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!