NovelToon NovelToon
Heaven'S Flawed Judgment

Heaven'S Flawed Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Ahli Bela Diri Kuno / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Reinkarnasi / Fantasi Timur / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Seorang kultivator muda bernama Jingyu, yang hidupnya dihantui dendam atas kematian seluruh keluarganya, justru menemukan pengkhianatan paling pahit dari orang-orang terdekatnya. Kekasihnya, Luan, dan sahabatnya, Mu Lang, bersekongkol untuk mencabut jantung spiritualnya. Di ambang kematiannya, Jingyu mengetahui kebenaran mengerikan, Luan tidak hanya mengkhianatinya untuk Mu Lang, tetapi juga mengungkapkan bahwa keluarganya lah dalang di balik pembunuhan keluarga Jingyu yang selama ini ia cari. Sebuah kalung misterius menjadi harapan terakhir saat nyawanya melayang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ular Kuno

Semakin dalam Lumo melangkah ke dalam perut goa itu, hawa panas terasa semakin pekat, seperti napas naga yang terperangkap di kedalaman bumi. Udara bergetar, setiap tarikan napas membawa rasa terbakar di dada. Dinding goa memancarkan cahaya merah samar dari lahar yang mengalir pelan di celah-celah batu, menciptakan kilauan menyerupai urat darah bumi yang menyala. Namun Lumo berjalan santai, kedua tangan terlipat di belakang tubuhnya, seolah hanya menikmati pemandangan taman surgawi, bukan menembus neraka bawah tanah.

Ia menuruni lorong sempit yang berliku, setiap langkahnya menimbulkan gema panjang. Di depan, cahaya oranye semakin terang, dan panas menyergap dari segala arah. Ketika Lumo akhirnya keluar dari lorong itu, matanya menangkap pemandangan lahar panas mengalir deras, seperti sungai magma yang hidup. Gelombangnya memercik, menyebarkan percikan merah menyala ke udara. Aroma belerang bercampur dengan energi spiritual bumi yang sangat padat.

Lumo menurunkan pandangan, menyalurkan Qi biru dari tubuhnya untuk melapisi langkahnya, lalu berjalan di pinggiran aliran lahar tanpa sedikit pun tergesa. Suara mendidih dari magma seperti gumaman makhluk purba yang tertidur. Setiap langkah membawa getaran halus yang bergema di batu di bawah kakinya. Dari kedalaman goa, aura kuno terus menekan, begitu pekat hingga ruang terasa berat. Ia tahu, tekanan itu bukan dari makhluk, melainkan sesuatu yang telah ada jauh sebelum sekte, sebelum manusia menulis sejarah mereka sendiri.

Ketika Lumo melompat dari satu batu ke batu lain di tengah lahar, matanya menangkap tangga batu di sisi kanan. Tangga itu menurun spiral ke arah bawah, sebagian terkelupas oleh panas yang abadi. Ia berhenti sejenak, senyum tipis terlukis di bibirnya. “Sudah saatnya,” gumamnya pelan. Ia membentuk serangkaian segel tangan, gerakannya cepat dan presisi. Simbol-simbol kuno melintas di udara, memancarkan kilau kehijauan yang segera menghilang ke dinding goa. Setelah itu ia berjalan kembali, meninggalkan hawa misterius yang baru saja ia bangkitkan.

---

Di luar goa, lima kultivator masih menunggu dengan wajah mulai cemas. Salah satu pria mengeluh, “Kenapa bocah itu begitu lama? Jangan-jangan sudah dimakan ular.”

Yang lain menatap gelisah, mencoba merasakan fluktuasi energi, namun udara tetap tenang. Mereka tidak menyadari, di telapak tangan dan dada mereka, segel halus berwarna hijau yang ditanamkan Lumo mulai bersinar samar, nyaris tak terlihat di bawah cahaya lembut hutan jamur.

Ketegangan itu pecah saat tanah tiba-tiba bergetar. Suara gemuruh berat menggema dari bawah bumi, disusul dentuman keras yang membuat jamur-jamur raksasa di sekitar mereka bergoyang dan meluruhkan serbuk berkilau. Seratus meter dari mereka, tanah terbelah. Seekor ular raksasa melesat keluar, tubuhnya gelap seperti batu yang terbakar, matanya menyala merah seperti bara yang baru disulut. Panjangnya lebih dari seratus meter, kulitnya keras dan memantulkan kilau kuno. Aura dari tubuhnya begitu menekan hingga udara bergetar.

Kelima kultivator itu serempak mundur. Salah satu wanita berteriak, lalu mengeluarkan pedang terbangnya dan melesat ke udara. Namun sebelum sempat berteriak lagi, ular itu mengayunkan kepala besarnya dan dalam satu gerakan, menelan tubuhnya utuh. Suara retakan tulang dan seretan pedang teredam di dalam rahang monster itu.

Kengerian melanda keempat kultivator yang tersisa.

“Tidak mungkin... ular itu seharusnya di dalam goa!”

“Apa kantong hijau tidak bekerja?”

Suara mereka tumpang tindih dalam panik. Salah satu pria berteriak, “Cepat kabur!”

Mereka melesat ke langit, berpencar ke empat arah, namun kecepatan ular itu jauh melampaui. Dalam sekejap, tubuh hitam besar itu melesat dan menelan mereka satu per satu, meninggalkan hanya jejak udara panas dan bau darah samar yang menguap.

Hanya satu kultivator wanita yang tersisa, wajahnya pucat pasi. Ia menjerit dan berlari ke dalam goa, mencoba berlindung. Di luar, ular raksasa itu menggeliat dengan puas, menelan mangsanya seperti meminum air. Namun aroma darah segar di udara memancingnya lagi. Ia mengangkat kepalanya, mendesis, lalu mulai memaksa tubuhnya masuk ke dalam goa yang sempit.

Di dalam, wanita itu berlari sampai terhenti di hadapan formasi pelindung yang dibuat Lumo. Dinding cahaya hijau berkilau memantulkan wajahnya yang penuh ketakutan. Ia memukul formasi itu berulang kali, tapi hanya percikan Qi yang memantul. “Bajingan! Bocah itu menipu kami!” teriaknya dengan mata merah. Serangan demi serangan tak membuahkan hasil. Dan ketika ia menoleh ke belakang, ular itu sudah di sana, matanya memantulkan bayangan dirinya yang gemetar.

Di tengah ketakutan, mentalnya runtuh. Ia menatap telapak tangannya dan baru menyadari segel samar di sana, kini bersinar jelas karena Qi-nya kacau. Air mata menetes saat ia bergumam pelan, “Kami menjebak orang yang salah… Segel ini, segel pemanggil.” Napasnya tercekat. Ia ingin menjerit, namun suara itu tak sempat keluar ketika rahang besar monster itu menutup, menelan tubuhnya utuh.

Ular itu mendesiskan napas berat, lalu menghantam formasi pelindung. Formasi buatan Lumo bergetar, retak, dan dalam sekejap hancur berantakan. Batu di sekitar meledak, menciptakan semburan panas yang menyapu lorong.

---

Jauh di bawah tanah, Lumo berdiri di depan sebuah altar batu besar yang dikelilingi api alami dari lahar. Saat segel yang ia tanam padam satu demi satu, senyum tipis muncul di wajahnya. Ia menatap lurus ke depan, di mana cahaya putih lembut bersinar di tengah sungai magma. Di sana, sebuah teratai putih tumbuh di atas lahar yang mendidih, kelopak-kelopaknya terbuka anggun, dan di atasnya, air melayang tenang, membentuk bulir jernih yang berputar pelan.

Itu bukan air biasa, melainkan hasil pemurnian uap lahar selama ratusan tahun, mengandung Qi bumi murni yang tiada tara. Sebuah keberuntungan yang bahkan di Negara Xuan hanya bisa ditemukan di beberapa tempat berbahaya. Air itu adalah anugerah langit bagi mereka yang mampu menanggung panas bumi, dan teratai putih itu, inti spiritual bumi, adalah bahan langka untuk pil tingkat tinggi yang mampu menembus batas manusia.

Lumo melayang ringan, mendekati bunga itu dengan tenang. Uap panas menyelimuti tubuhnya, namun Qi birunya mengalir lembut, menolak panas seperti kabut yang menyingkir di bawah angin pagi. Ia menunduk, mengambil teratai putih itu, kemudian mengeluarkan botol giok kosong. Dengan gerakan hati-hati, ia menampung air melayang itu hingga penuh, menutup botolnya dengan segel halus. Setelah itu, ia menyimpan semuanya ke dalam cincin penyimpanan.

Ia menatap sekali lagi ke altar itu, lalu berbalik. “Sudah cukup untuk sekarang.” Namun sebelum ia melangkah keluar, hawa kuno yang tadi hanya terasa samar kini mendekat. Tekanan berat menyelimuti udara, membuat batu di sekitarnya bergetar. Lumo menyipitkan mata, lalu melesat cepat menuju dinding goa, menemukan celah sempit yang menanjak ke atas.

Ia memasuki lubang itu tanpa ragu. Di dalam, lorong kecil menjulang tinggi seperti sumur alami, dan di kejauhan cahaya oranye sore menembus samar dari atas. Ia memanjat dengan tenang, tangannya mencengkeram batu licin tanpa tergesa. Setiap gerakan ringan, tanpa suara, seolah tubuhnya tak lebih dari bayangan.

Beberapa saat kemudian, Lumo keluar dari mulut goa di puncak tebing. Angin sore menyambutnya, membawa aroma lembah dan suara hutan jamur yang jauh di bawah. Ia menatap langit yang mulai memerah, lalu melesat pergi, meninggalkan tempat itu hanya dengan jejak Qi biru samar yang perlahan menghilang di antara awan.

Tujuannya jelas, kembali ke Sekte Qingyun, untuk bermeditasi dalam ketenangan malam, dan memperkuat fondasi, serta ia berniat melakukan kultivasi ekstrem. sebuah cara ber kultivasi yang sangat menyakiti tubuh dan penuh resiko. Meskipun begitu, ia tetap harus melakukannya.

Saat Lumo melesat di udara, dari bawah ular itu muncul dan langsung melesat ke arah Lumo dengan mulut terbuka lebar. Lumo yang menyadarinya pun menghindar dengan cepat, membuat ular itu hanya menelan udara kosong.

Lumo yang telah melihat keseluruhan tubuh ular itu sangat terkejut. "Makhluk ini sangat kuat, dengan kultivasi ku sekarang, aku tidak lebih seperti semut yang mencoba menumbangkan pohon." pikirnya.

Tanpa pikir panjang Lumo mengeluarkan pedang terbang nya, lalu melesat dengan cepat dengan seluruh kekuatan nya saat ini. Namun ular itu tetap mengejarnya dan terbang di udara.

Lumo pun mengeluarkan pedang hitam dari cincin penyimpanan nya. kemudian ia menebas ke arah ular itu. namun serangannya tidak membuat goresan apapun di tubuh ular. kemudian ia menyadari sesuatu, terlihat sekali ular itu belum memiliki kecerdasan, karena pola serangan sangat acak, dan sepenuhnya liar.

Lumo langsung menyimpan pedang terbang nya, lalu membentuk segel tangan. di tangan nya muncul cahaya hijau yang busuk, kemudian Lumo melemparkan nya jauh ke arah selatan. Cahaya itu melesat cepat dan menciptakan bau busuk di sekitarnya, membuat ular itu berhenti mengejar Lumo dan mengejar cahaya hijau itu.

Lumo menghela nafas lega, dan tanpa membuang waktu, ia melesat dengan cepat. meninggalkan ular kuno itu yang mengejar cahaya hijau buatan nya.

1
Didit Nur
YUKARO 🤗😘😘😘
Didit Nur
YUKARO sangat cerdas 😘
YAKARO: Terimakasih 🙏
total 1 replies
Doddy kun
Lumo sangat cerdik. menggunakan kesempatan untuk memperkuat diri 💪
YAKARO: Yoi. terimakasih🙏
total 1 replies
Doddy kun
proses pengobatan yang sangat sulit
Doddy kun
mantap lumo
Doddy kun
Ceritanya bagus, cukup memuaskan sejauh ini. perkembangan MC juga cepat, jadi GK ngebosenin. bintang lima thor 🤟
WaViPu
Up banyak thor
WaViPu
Mantap Lumo, kau paling best
Doddy kun
semakin menarik
WaViPu
Hahaa tetua nya aneh banget, Tiba-tiba pingin menjadi murid Lumo
Doddy kun
mantap lanjutkan
Don Pablo
Oke, Lumo mencoba bermain dengan api 🔥
Doddy kun
mantap thor. perkembangan nya cepat 💪
Doddy kun
wkwkwk. ngopo kui wedok an aneh 🤣
Doddy kun
mantap thor, gass terus
Adrian Koto
cerita kolosal ada nuansa misterinya 🙂👍
HUOKIO
Disturbing banget Thor 😁
Don Pablo
untuk awal bagus, tapi kalau menurun kualitas nya, ku turun kan bintang nya😛
Don Pablo
melepaskan anak panah🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!