"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panti
"Jika anak saya masih ada, mungkin dia sudah sesuai kamu" ujar Wanita paru baya itu
Sekar mengulas senyumnya, entah dorongan dari mana? Ia memejamkan matanya, menikmati kehangatan dari usapan lembut pada pipinya
"Kamu?" Perhatian semua orang tertuju pada seorang pria yang berdiri di samping wanita setengah baya itu
"Loh mas"
"Kamu kenal sama pak Satria?"
Sekar menggeleng, ia memang hanya bertemu sekali, jadi tidak mengenal pria jangkung itu
"Aku pernah ketemu dirumah sakit dan mas ini ngasih sapu tangannya buat aku" jelas Sekar yang justru membuat Adrian kian penasaran
"Ketemu dirumah sakit?"
"Iya" Sekar kembali mengangguk "oh iya mas, saya mau balikin sapu tangannya!"
Sekar menyerahkan sebuah sapu tangan berwarna putih itu kepada pria dihadapannya "Terima kasih untuk sapu tangannya!"
"Kamu tidak sedih lagi? Jika kamu masih sedih, mungkin kamu masih membutuhkannya"
Sekar tersenyum, dan entah kenapa Adrian merasa tidak suka melihatnya. Ia cemburu saat melihat sang istri tersenyum manis kearah pria lain, terlebih pria itu menatap Sekar dengan tatapan penuh puja
"Emm, selamat siang pak Satria" sapa Adrian
"Selamat siang.."
"Saya Adrian, direktur keuangan baru di Danantara grup"
"Ohh hay, selamat kalau begitu" keduanya saling bersalaman
Setelah bersalaman pandangan pria itu kembali tertuju pada Sekar membuat Adrian jelas tidak nyaman, beruntung pria ini adalah atasan di perusahaan tempatnya bekerja
"Udah! Sekarang kita masuk! Kita mau ketemu bunda kan?" Adrian menggenggam tangan sang istri dengan sangat posesif
"Sekali lagi terima kasih ya mas atas sapu tangannya" Sekar menyempatkan diri mengucapkan terima kasih setelah dirinya berhasil ditarik oleh sang suami
"Pak Satria kayaknya suka sama kamu!" Suara Adrian terdengar kesal
"Ya gak mungkinlah"
"Kenapa gak mungkin? Kamu cantik, siapa aja pasti jatuh cinta sama kamu"
"Gak usah ngaco"
"Emangnya kapan kamu nangis dirumah sakit?"
"Emm.. waktu ibu drop dan masuk rumah sakit"
"Kamu baik banget, kamu bahkan sesedih itu saat tau itu sakit!" Adrian terharu akan kelembutan hati istrinya
"Aku udah anggep ibu sebagai ibu kandungku sendiri"
Tak lama seorang wanita paruh baya dengan balutan hijab panjang berwarna coklat menghampiri keduanya
"Sekar"
"Bunda" Sekar sedikit berlari, ia peluk tubuh wanita yang sudah merawat dan membesarkannya itu dengan sangat erat
"Sekar kangen banget sama bunda" ujar Sekar seraya mengurai pelukannya
"Bunda juga sayang, udah lama banget kamu gak kesini" wanita paruh baya bernama Dewi itu bahkan telah menitihkan air matanya
"Gimana? Semuanya udah siap kan?"
"Udah sayang, bunda udah nyiapin semuanya" Jawab Dewi
"Sekarang dimana Didit?"
"Ada dibelakang, biar bunda panggil"
Mendengar teriakan sang ibu panti, seorang pria mendekat dengan sedikit berlari
"Dit, didalam mobil ada hadiah untuk anak-anak, tolong kamu turunin ya" Titah Sekar dan segera dilaksanakan oleh pria bernama Didit itu
"Sudah, sekarang kita masuk!"
"Bunda" Adrian mendekat lalu mencium punggung tangan Dewi "Maaf karena kita baru sempet ke sini lagi"
"Bunda ngerti kok, kamu pasti sibuk, banyak kerjaan" ujar Dewi sambil tersenyum kearah menantunya "Sudah, sudah, sekarang kita masuk!"
Kehadiran Sekar jelas menjadi kebahagiaan bagi adik-adik pantinya. Sejak kecil Sekar sudah berada disini dan anak-anak ini adalah temannya setiap harinya
"Kakak Sekar apa kabar?"
"Baik dong" Sekar telah dikelilingi oleh anak-anak yang memeluknya
"Kakak bawa hadiah banyak untuk kalian" semua anak-anak bersorak gembira bahkan hingga jingkrak-jingkrak
***
Acara selesai saat hari sudah menjelang sore
Adrian entah tengah berada dimana, kini Sekar hanya bersama Dewi saja. Dewi duduk disebuah sofa sementara Sekar berbaring dengan menjadikan pangkuan ibu angkatnya itu sebagai bantal
"Kamu baik-baik aja kan?" Tanya Dewi sembari mengusap rambut panjang putrinya
"Sekar baik, kok bunda nanyanya gitu?"
"Bunda rasa, gak ada perempuan yang benar-benar ikhlas dimadu, Sekar. Karena bunda juga merasakannya"
Sekar memejamkan matanya, membiarkan cairan bening turun perlahan dari pelupuk matanya
"Sekar masih berusaha bunda, Sekar tahu ini tidak mudah. Tapi Sekar akan membiasakan diri"
"Kenapa tidak minta cerai saja dari Adrian?"
Sebagai ibu, Dewi merasa sangat geram ketika mengetahui putrinya dimadu, Dewi memang begitu menyayangi Sekar. Bayi kecil yang Allah datangkan dua puluh lima tahun yang lalu
"Sudah Bun, tapi mas Adrian menolak. Dan rasanya Sekar juga tidak akan sanggup jika berpisah dari mas Adrian" ujar Sekar
Dewi pun tak bisa terlibat terlalu jauh dalam rumah tangga putri angkatnya itu. Sekar sudah cukup dewasa untuk menentukan jalan hidupnya sendiri
"Bunda hanya berharap kamu selalu bahagia, sayang. Jika kamu sedih maka bunda yang paling terluka"
"Terima kasih bunda, Sekar beruntung bisa mengenal bunda"
"Sama-sama sayang" Dewi mengelus lembut rambut panjang berwarna hitam itu, Sekar merasa semua bebannya berkurang dengan perlakuan lembut ibu asuhnya itu
"Lupakan soal Sekar, sekarang dimana Ayu?"
"Ayu lagi ngelanjutin S2 nya di Jogja, dia dapet beasiswa"
Sekar terlihat bahagia, ia bangun dari tidurnya dan duduk disamping Dewi "kok dia gak ngabarin Sekar ya? Dasar adik durhaka"
Dewi terkekeh, walau bukan saudara kandung tapi dua putrinya itu begitu saling menyayangi
Ayu adalah putri kandung Dewi, usianya dan Sekar hanya selisih beberapa bulan saja. Karena saat Dewi menemukan Sekar dia tengah mengandung Ayu
Dewi memilih untuk membangun panti asuhan karena rasa kesepiannya yang telah dimadu oleh sang suami. Karena tak tahan ia memilih untuk menjauh dan hidup dipanti ini dengan membesarkan anak-anak yang menurutnya istimewa
Adrian datang dan menghampiri istrinya, "Maaf ya, tadi Widia telepon"
"Gak pa-pa mas" Sekar tersenyum, Dewi dapat melihat luka dibalik senyum yang ditunjukkan putrinya
"Kita pulang sekarang! Sebentar lagi gelap"
"Iya mas" Sekar bangkit lalu berpamitan pada Dewi sang ibu "Sekar pamit dulu ya Bun, nanti kalau ada waktu, Sekar akan jalan-jalan lagi kesini"
"Iya nak, kamu jaga diri baik-baik disana. Kalau ada apa-apa, Bunda selalu disini untuk kamu"
Ucapan Dewi seolah menyiratkan hal yang berbeda, Adrian tahu jika ucapan itu menyinggung tentang pernikahan keduanya bersama Widia
"Adrian juga pamit bunda" Adrian lalu menyalami Dewi
"Bunda titip Sekar! Tolong jangan disakitin! Jika mungkin kamu sudah merasa bosan dan tidak mencintai dia lagi, tolong kembalikan dia kesini!"
Adrian terdiam untuk beberapa saat, ucapan ibu asuh istrinya itu seolah mendoakan pernikahan antara dirinya dan Sekar berakhir dengan perpisahan
"Itu gak akan pernah terjadi bunda, Adrian sangat mencintai Sekar dan gak akan pernah ingin berpisah dari dia"
Dewi tersenyum, entahlah tapi Adrian kesulitan menyimpulkannya "Semoga saja"
"Emm udah ya, Sekar sama mas Adrian pamit ya Bun, salam sama Ayu! Nanti Sekar omelin dia"
"Hati-hati ya nak!"