Di Klan Xiao, nama Xiao Chen adalah sinonim dari kegagalan. Pernah menjadi jenius, kultivasinya tertahan di Lapisan ke-3 Ranah Kondensasi Qi selama empat tahun. Dia menjadi aib, dihina oleh sepupunya, Xiao Long (seorang jenius di Lapisan ke-14), dan pertunangannya dengan Su Qingyue (seorang ahli muda di Ranah Pembangunan Fondasi) dibatalkan secara publik.
Di ambang keputusasaan, dia membangkitkan roh Kaisar Alkemis kuno, Yao Huang, dan mempelajari kebenaran tentang fisiknya yang legendaris. Dibimbing oleh Yao Huang, Xiao Chen bangkit dari keterpurukan. Perjalanannya membawanya ke dalam konflik dengan faksi-faksi kuat, membentuk aliansi tak terduga dengan Lin Zihan dari Paviliun Harta Karun, dan akhirnya menaklukkan panggung yang lebih besar.
Setelah melalui berbagai pertarungan hidup dan mati, dari arena turnamen hingga belantara liar Pegunungan Binatang Jatuh, Xiao Chen terus menempa dirinya. Dia tidak hanya mengandalkan kekuatan, tetapi juga kecerdasan dan keterampilan alkimia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13: Perburuan dan Penemuan
Tiga hari telah berlalu sejak Xiao Chen membunuh Babi Hutan Bercula Besi. Selama tiga hari itu, dia tidak meninggalkan Hutan Binatang Kabut. Dia benar-benar membenamkan dirinya dalam hukum rimba yang kejam.
Sosoknya kini jauh berbeda dari murid Klan Xiao yang bersih. Jubahnya sobek di beberapa tempat dan berlumuran noda darah kering serta lumpur. Wajahnya lebih tirus, tetapi matanya memancarkan cahaya yang tajam dan waspada, seperti seekor serigala muda yang sedang beradaptasi dengan wilayah barunya. Setiap otot di tubuhnya terasa hidup, siap untuk meledak dalam aksi kapan saja.
Pengalamannya dalam pertempuran tumbuh dengan pesat. Dia tidak lagi hanya mengandalkan kekuatan mentah dari Qi Kekacauan. Dia belajar bagaimana cara melacak jejak, bagaimana cara menyembunyikan auranya, dan yang terpenting, bagaimana cara membunuh dengan efisien.
Pada hari kedua, dia disergap oleh seekor Ular Piton Hijau yang meludahkan racun korosif. Dengan gerakan gesit yang ia pelajari dari pertarungan pertamanya, dia berhasil menghindari semburan racun itu dan menghancurkan kepala ular itu dengan satu pukulan telak sebelum ular itu sempat menyerang lagi.
Pada hari ketiga, dia menemukan sarang Serigala Hutan Bayangan, sekelompok binatang iblis tingkat satu yang licik dan berburu dalam kawanan. Alih-alih menghadapi mereka secara langsung, dia menggunakan taktik. Dia menyergap mereka satu per satu dari bayang-bayang, memanfaatkan keheningan hutan untuk menyamarkan gerakannya. Dalam satu jam, lima ekor Serigala Hutan Bayangan telah tumbang, masing-masing menyumbangkan inti binatang iblis untuk koleksinya.
Di dalam tasnya kini tersimpan tujuh Inti Binatang Iblis Tingkat Satu. Panen yang melampaui ekspektasinya.
Pada hari keempat, saat sedang melacak seekor Rusa Bertanduk Giok—binatang yang terkenal karena kecepatannya—dia tanpa sadar telah masuk lebih dalam ke hutan. Kabut di sekelilingnya menjadi lebih tebal, dan pohon-pohon kuno tampak lebih rapat dan mencekam.
Tiba-tiba, Rusa Bertanduk Giok yang sedang ia ikuti berhenti total. Binatang itu mengendus-endus udara dengan gelisah, matanya menunjukkan kepanikan, sebelum akhirnya berbalik dan lari terbirit-birit ke arah yang berlawanan, seolah-olah baru saja melihat hantu.
"Aneh," gumam Xiao Chen. Dia segera bersembunyi di balik akar pohon besar yang menonjol. Sesuatu di depan sana telah menakuti binatang iblis yang begitu waspada.
Rasa ingin tahunya terusik. Dia juga merasakan fluktuasi energi spiritual yang sangat samar namun luar biasa murni datang dari arah depan. Dengan sangat hati-hati, dia mulai bergerak maju. Setelah berjalan beberapa ratus meter, dia tiba di depan sebuah tebing batu yang ditutupi oleh tirai tanaman rambat yang sangat lebat.
Getaran energi itu datang dari balik tanaman rambat ini.
Setelah memastikan tidak ada bahaya di sekitarnya, dia dengan hati-hati menyingkap tirai tanaman itu dan masuk melalui celah sempit di antara bebatuan.
Pemandangan yang menyambutnya membuatnya menahan napas.
Dia berada di sebuah gua tersembunyi, sebuah surga kecil yang terisolasi dari hutan yang gelap. Sinar matahari berhasil menembus celah di atas, menyinari sebuah kolam kecil yang airnya sejernih kristal. Sebuah air terjun mini mengalir dari bebatuan, menciptakan melodi yang menenangkan. Kepadatan energi spiritual di sini setidaknya dua kali lipat dari Lembah Roh Angin.
Namun, bukan itu yang menarik perhatiannya. Matanya terpaku pada satu titik di tepi kolam. Di sana, tumbuh sekuntum bunga tunggal yang mekar dengan indah. Kelopaknya tampak terbuat dari kristal es yang transparan, dan di tengah-tengah bunga itu, ada setetes cairan yang berkilauan seperti berlian di bawah sinar matahari. Tetesan itu memancarkan aura kehidupan dan energi spiritual yang sangat murni.
"Senior, bunga apa ini? Energinya begitu murni," tanya Xiao Chen dalam benaknya, suaranya dipenuhi kekaguman.
Butuh beberapa saat sebelum Yao Huang menjawab, suaranya dipenuhi dengan keterkejutan dan kegembiraan yang tak terselubung. "Keberuntunganmu benar-benar menantang surga, bocah! Itu adalah Bunga Roh Embun! Bunga spiritual tingkat bumi! Satu tetes embun di tengahnya itu mengandung esensi spiritual murni yang setara dengan seratus batu roh tingkat rendah! Jika kau menyerapnya, itu lebih dari cukup untuk mendorongmu langsung ke tingkat kelima!"
Mata Xiao Chen berbinar. Ini adalah kesempatan surgawi!
"Tapi hati-hati..." lanjut Yao Huang dengan nada yang tiba-tiba menjadi serius. "Harta karun alam seperti ini tidak pernah tumbuh tanpa penjaga."
Peringatan Yao Huang datang terlambat sepersekian detik. Saat Xiao Chen, didorong oleh kegembiraan, mengambil satu langkah maju menuju bunga itu, sebuah bayangan besar tiba-tiba menimpanya.
Sebuah geraman rendah dan berat yang membuat bulu kuduk berdiri bergema di seluruh ceruk itu.
Xiao Chen membeku. Perlahan, dengan jantung berdebar kencang, dia mengangkat kepalanya.
Di atas sebuah tonjolan batu tepat di atas kolam, sesosok makhluk raksasa kini berdiri tegak, menatap lurus ke arahnya. Makhluk itu tadinya duduk diam, warnanya menyatu dengan bebatuan sehingga tidak terdeteksi. Itu adalah seekor kera raksasa setinggi tiga meter, ditutupi bulu abu-abu tebal. Matanya yang berwarna kuning menatapnya dengan kecerdasan dan hawa dingin yang buas. Yang paling menonjol adalah sepasang lengannya yang luar biasa panjang dan berotot, dengan cakar-cakar hitam tajam di ujungnya.
Aura yang dipancarkannya begitu kuat dan menekan, membuat Xiao Chen sulit bernapas.
"Kera Roh Lengan Panjang," suara Yao Huang terdengar berat di benak Xiao Chen. "Binatang Iblis Tingkat Dua Puncak... kekuatannya setara dengan seorang kultivator di puncak Pengumpulan Qi tingkat kesembilan. Jauh lebih kuat dari bocah bernama Xiao Long itu."
GRROOOOAAAAARRRR!
Kera Roh itu mengeluarkan raungan memekakkan telinga yang mengguncang seluruh gua. Tatapannya terkunci pada sang penyusup.
Xiao Chen kini terjebak. Di depannya ada harta karun yang bisa mengubah nasibnya. Di belakangnya ada jalan keluar yang sempit. Dan di antara keduanya, berdiri seorang penjaga yang tampaknya tak terkalahkan.