NovelToon NovelToon
ROMANCE BOY

ROMANCE BOY

Status: sedang berlangsung
Popularitas:271
Nilai: 5
Nama Author: tata

Aruna hanya memanfaatkan Arjuna Dewangga. Lelaki yang belum pernah menjalin hubungan kekasih dengan siapapun. Lelaki yang terkenal baik di sekolahnya dan menjadi kesayangan guru karena prestasinya. Sementara Arjuna, lelaki yang anti-pacaran memutuskan menerima Aruna karena jantungnya yang meningkat lebih cepat dari biasanya setiap berdekatan dengan gadis tersebut. *** "Mau minta sesuatu boleh?" Lelaki itu kembali menyuapi dan mengangguk singkat. "Mau apa emangnya?" Tatapan mata Arjuna begitu lekat menatap Aruna. Aruna berdehem dan minum sejenak, sebelum menjawab pertanyaan Arjuna. "Mau ciuman, ayo!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 27

"Kamu kapan berangkatnya?" Aruna memeluk lengan Arjuna dengan manja.

Keduanya sedang bersantai di Minggu sore. Tinggal menghitung hari, sebelum berpisah. Aruna menatap sebuah cincin yang melingkar di jemarinya, cincin pertunangan keduanya.

"Kenapa? Besok aku antar kamu ke rumah Om Anggara ya?"

"Kalau aku kesana, nggak ketemu kamu dong!"

"Sayang, sebentar lagi kamu udah mau mulai ospek. Aku nanti cari penginapan disana."

"Iya deh, rencananya aku mau cari kost dulu. Kalau dari rumah Om Anggara lumayan jauh, sekitar satu jam. Aku nggak bisa bawa motor," Aruna memainkan jemari Arjuna dengan kepala menunduk. "Apa aku belajar naik motor ya?"

Arjuna lantas menggeleng tidak setuju. "Nggak usah, jangan aneh-aneh kamu! Nanti kita cari kost yang dekat aja." Lelaki itu menatapnya khawatir, apalagi Aruna akan sendirian disana.

"Ya udah, nurut deh sama calon suami." Arjuna mengangguk puas mendengarnya.

"Kamu udah siapin baju-baju yang mau dibawa belum?" Arjuna bertanya dan mengusap lembut pipi Aruna.

"Belum, ayo bantuin dong!" Ajaknya langsung berdiri dengan semangat, tangannya menarik lengan Arjuna yang masih duduk. "Berat ih, kamu!"

Arjuna mengangguk, lantas bangkit berdiri. Keduanya berjalan menuju kamar Aruna, gadis itu menunjuk kopernya yang berada di atas lemari. Arjuna menatapnya heran, lelaki itu memindai tubuh Aruna yang pendek.

"Kok bisa di atas? Kamu kan nggak setinggi itu,"

"Pakai kursi itu!" Aruna menunjuk kursi di depan meja riasnya. Arjuna mengangguk, lantas mengambil koper tersebut dengan mudah.

"Kayaknya satu koper, kurang deh." Aruna membuka lemari bajunya yang begitu banyak. Gadis itu juga menunjuk boneka pemberian Arjuna, mengambil dan memeluknya erat. "Mau bawa ini ya? Eh, nanti berangkat naik kereta?"

Arjuna menggeleng. "Pakai mobilku, nanti aku antar. Mau beli koper lagi? Beli aja yuk, yang besar sekalian biar muat. Kamu mau beli ransel sekalian buat kuliah? Laptop? Buku atau alat tulis udah?"

Arjuna layaknya seorang orangtua yang hendak melepas anaknya merantau sendiri, membantu menyiapkan dan menawarkan apa yang hendak dibeli. Aruna lantas tertawa geli, mungkin mamanya juga akan begitu---jika wanita itu masih ada. Namun, Aruna tidak ingin berlarut dalam kesedihan.

"Mau dong Dad! Daddy antar dan belikan apa yang aku mau ya?" Pintanya mengedipkan sebelah matanya dengan manja, Aruna juga memeluk lengan Arjuna dan mengelusnya lembut. "Nanti, aku kasih service mantap buat daddy!"

Arjuna mencium gemas pipi Aruna. "Aku kayak Sugar Daddy kamu," Lelaki itu menggelengkan kepalanya geli.

"Emang, makanya nanti aku kasih service. Apa kita beli disana aja ya? Biar berangkat nggak bawa barang banyak?"

Arjuna mengangguk setuju. "Tapi, kopernya tetep beli lagi. Ayok, mau nggak Daddy beliin?" Tawarnya mencolek dagu Aruna.

"Dengan senang hati sayangku!"

Aruna mengeluarkan baju yang hendak dia bawa, Arjuna dengan telaten membantu menata dan memasukkan ke dalam koper agar muat. Lelaki itu berdecak, ketika mendapati baju-baju Aruna yang begitu pendek dan sexy.

"Kamu kalau kuliah pakai celana panjang ya? Rok nggak usah dibawa deh, ini pendek banget!" Arjuna lantas melempar rok mini Aruna dan baju crop.

"Ih! Kok di buangin sih! Lagian, itu kan nanti buat main." Protesnya memungut kembali yang sudah Arjuna lempar.

"Kalau kamu pakai rok mini, itu paha kamu kemana-mana, kelihatan! Kamu nggak malu, emang?" Sindirnya dengan kesal, layaknya ayah yang protektif terhadap anaknya.

Aruna menggeleng santai. "Ngapain malu, kamu aja udah pernah lihat aku pakai celana dalam doang kan?" Gadis itu mengedipkan sebelah matanya.

Aruna melihat rok berwarna abu-abu yang masih tampak bagus, sepertinya belum pernah dia pakai. Jadi, Aruna lantas bawa ke kamar mandi---sekalian bersiap untuk pergi membeli koper dan jalan-jalan bersama tunangannya. Ketika keluar, Arjuna masih membereskan bajunya.

"Mau kemana kamu?!" Tanya Arjuna melotot marah, lelaki itu menatap penampilan Aruna yang begitu cantik.

Gadis itu berdiri di depan kaca rias, menyisir rambut dan menguncir satu. Rok yang tadi Arjuna lempar, kini dia pakai dan tampak cantik di padukan dengan kemeja berwarna hitam dengan lengan sampai siku.

"Habisin uang kamu, katanya tadi mau beliin koper." Aruna menyemprot parfum ke leher, pergelangan tangan dan bajunya. Gadis itu mendekat dan duduk di samping Arjuna.

"Iya, tapi ganti pakai celana aja ya?" Bujuknya sabar. Aruna mengangguk dan mencari celananya, namun celana jeans yang dia pilih hanya setengah paha.

"Kamu boleh pakai apapun bebas, asal cuma di dalam rumah sama aku. Kalau keluar, pakainya yang panjang ya sayang?" Tuturnya memberi pengertian.

Aruna mengangguk. "Iya deh, kalau di depan kamu nggak usah pakai apa-apa ya?"

Aruna tertawa dan kembali masuk ke dalam kamar mandi, karena lagi-lagi Arjuna bersiap untuk menasehati dirinya. Keduanya berangkat menaiki mobil yang Arjuna bawa, Aruna meminta sekalian jalan-jalan.

"Kayaknya dulu ada yang nggak mau deh, kalau aku bayarin!" Arjuna menoleh pada Aruna yang duduk sambil bersenandung riang.

"Ya kan beda, bentar lagi kita nikah loh! Kamu harus belajar kasih nafkah lahir dan batin,"

Arjuna lantas tertawa geli mendengar penuturan terakhir Aruna. "Oh ya, contohnya gimana ya?" Tanya lelaki itu lebih santai.

"Ah kamu! Masa apa-apa harus aku pancing dulu, nggak seru deh!" Bibir Aruna cemberut.

Arjuna melirik Aruna sebentar, ingin berbicara serius. Namun, lelaki itu terlalu takut salah bicara. Sampai Aruna sadar, bahwa ada sesuatu yang hendak Arjuna bicarakan. Gadis itu mematikan musik yang mengalun.

"Kenapa Sayang?" Arjuna tersenyum tipis.

"Kamu peka ya," Pujinya dengan tulus, membuat pipi Aruna bersemu. "Mungkin, kamu senang atau enggak-- aku nggak tahu. Papi kamu masuk rumah sakit, proyeknya gagal dan papa aku udah nggak bisa bantu."

Aruna mengangguk dengan tenang, tanpa bereaksi apapun. "Kenapa?" Akhirnya pertanyaan itu keluar juga.

"Maaf ya, Papa bukannya nggak mau bantu---tapi, perusahaan papi kamu udah terlilit hutang banyak dan kemungkinan bangkrut. Selama ini, Papa udah bantu dan cuma rugi---"

Aruna lantas menggeleng, bukan itu maksudnya. Arjuna menoleh sekilas dengan heran, jemarinya menggenggam tangan Aruna erat.

"Juna, aku cuma mau bilang---kenapa kamu cerita. Aku udah nggak mau denger apapun tentang mereka lagi," Sahutnya membuang muka.

Arjuna mengambil tangan Aruna dan menciumnya. "Sorry sayang." Lelaki itu kembali fokus membawa mobilnya. "Tapi, ada pelajaran yang bisa kamu ambil kan dari semua yang udah kamu lewati?"

Aruna mengangguk membenarkan. "Kadang, aku merasa nggak perlu untuk balas semuanya. Kata kamu, apa yang kita tabur akan kita tuai kan?"

Arjuna menoleh dan mengangguk benar. "Betul sayang, makin pinter deh! Jangan capek-capek berbuat jahat, karena bisa jadi ada orang lain yang mewakili kamu membalas mereka." Senyuman Arjuna tampak misterius.

Aruna mengerjapkan matanya sejenak, dia tidak salah dengar kan? Orang lain yang melakukan? Tapi, siapa? Masa Arjuna? Sudahlah, biarkan saja. Bisa jadi, orang tersebut juga membenci Himawan. Dalam bisnis, persaingan seperti itu sudah pernah Aruna dengar, jadi dia tidak mau ambil pusing.

Aruna kembali menyalakan musik dan bersenandung sepanjang jalan. Seolah informasi yang Arjuna katakan tidak mengusiknya sama sekali, meskipun dalam hati dirinya sedikit senang dengan hal tersebut.

"Nanti mampir ke toko buku ya?" Ajak Arjuna.

Aruna mengangguk antusias. "Boleh deh, aku juga mau beli novel!"

Arjuna lantas menoleh. "Novel dewasa kan?!" Tebaknya tepat sasaran.

Keduanya sampai di mall yang dituju, Aruna sibuk memilih warna koper dan Arjuna memperhatikan detail dan kualitasnya. Selesai membeli dan membayar, keduanya kembali ke parkiran. Toko buku yang hendak Arjuna kunjungi, kebetulan tidak jauh dari mall tersebut.

Arjuna sibuk dengan dunianya mencari buku-buku yang sesuai dengan jurusan kuliah yang dia ambil, sedangkan Aruna pun sudah larut di antara tumpukan novel-novel yang dia baca sinopsisnya. Gadis itu mengambil dua buku dan langsung membayarnya, daripada nanti lagi-lagi dibayarkan Arjuna terus.

Aruna berkeliling mencari sosok Arjuna, lelaki itu ternyata sedang menunggu di dekat kasir. "Ih, aku cariin juga!" Protesnya menatap Arjuna.

"Kamu udah bayar?" Aruna mengangguk cepat.

Lelaki lantas membayar dan menggandeng tangan tunangannya menuju mobil. "Makan apa sayang?" Tawarnya pada Aruna.

"Pengen makan kue yang manis-manis,"

"Nasi dulu sayang, habis itu kita beli donat." Seolah tahu, bahwa yang Aruna maksud dengan kue manis itu donat.

"Ya udah, disana ada warung soto enak banget. Nih, aku cari di google maps." Aruna menunjuk alamat yang tertera pada Arjuna. Lelaki itu mengambil ponselnya dan membaca jalan yang hendak dilalui. "Kamu jalan aja, nanti aku yang baca maps." Usulnya dengan santai, namun Arjuna menatapnya tidak yakin.

"Nggak perlu repot-repot sayang, biar aku aja." Aruna mengangguk santai, toh dirinya memang kurang paham dalam membaca maps.

Benar saja, warung soto yang dituju tempatnya begitu asri dengan pepohonan di sekitarnya. Aruna langsung tersenyum memandangnya. Gadis itu memesan makanan, gorengan dan es jeruk. Arjuna pun ikut memesan menu yang sama.

"Foto yuk!" Aruna membuka kamera ponselnya, tubuhnya merapat pada Arjuna yang duduk di sampingnya. Di belakang keduanya background pohon yang tinggi dan hijau.

"Nanti kirim ya?" Pinta Arjuna

"Siap Juna! Habis makan aku kirim,"

Arjuna menoleh datar. Padahal lelaki itu ingin di panggil spesial, bukan nama saja. Sejak tadi, telinganya gatal mendengar Aruna memanggil 'Jun, Juna'.

"Jangan panggil Juna!" Protesnya tidak terima.

"Lah, nama kamu kan Arjuna? Ada yang salah?" Aruna menoleh heran.

Arjuna mengangguk singkat. "Ada sayang, aku nggak suka kamu panggil nama doang." Akunya dengan jujur dan wajah cemberut.

Aruna kaget seketika, Arjuna tidak biasanya menunjukkan wajah cemberut seperti ini. Gadis itu akhirnya menghela nafas pelan.

"Jadi, maunya di panggil apa Jun?"

"Tuh, kan!" Arjuna tampak seperti anak kecil yang maunya harus Aruna turuti.

"lya, ya udah maunya apa?" Balasnya lembut.

"Panggil sayang, aja!" Jawabnya dengan berdehem singkat.

Aruna tertawa geli setelahnya. "Siap sayangku, cintaku! Makan yang banyak ya sayang, biar tambah gede!" Ledek Aruna memasukkan nasi miliknya pada mangkuk Arjuna. Lelaki itu menerima tanpa protes dan mulai menikmati makanan dengan tenang, sesekali matanya menoleh pada Aruna yang sedang makan. Memperhatikan dan menyimpan kenangan tersebut dalam memori ingatannya.

1
SGhostter
Gak bosen
·Laius Wytte🔮·
🤩Kisah cinta dalam cerita ini sangat menakjubkan, membuatku jatuh cinta dengan karakter utama.
Zhunia Angel
Karakter-karakternya sangat hidup, aku merasa seperti melihat mereka secara langsung.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!