Maheswara merasakan sesuatu yang berdiri di bagian bawah tubuhnya ketika bersentuhan dengan wanita berhijab itu. Setelah delapan tahun dia tidak merasakan sensasi kelaki-laki-annya itu bangun. Maheswara pun mencari tahu sosok wanita berhijab pemilik senyum meneduhkan itu. Dan kenyataan yang Maheswara temukan ternyata di luar dugaannya. Membongkar sebuah masa lalu yang kalem. Menyembuhkan sekaligus membangkitkan luka baru yang lebih menganga.
Sebuah sajadah akan menjadi saksi pergulatan batin seorang dengan masa lalu kelam, melawan suara-suara dari kepalanya sendiri, melawan penghakiman sesama, dan memenangkan pertandingan batin itu dengan mendengar suara merdu dari Bali sajadahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caeli20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 : Kamu Sudah Memiliki Tubuhku
Hana menyendokan kuah soto itu ke dalam mulutnya. Guncangan tadi membuatnya sangat lapar.
Maheswara sama sekali belum menyentuh makanannya. Dia menatap lekat pada Hana yang menunduk sedang menikmati makanannya.
Ya Tuhan, apa ini yang bernama mujizat itu. Menemukan sesuatu yang mustahil ditemukan dan mengalami kesembuhan. (Maheswara).
Maheswara bisa merasakan gejolak kelaki-laki-annya ketika dia memeluk Hana di mobil tadi. Bahkan dia enggan melepaskan pelukan itu.
"Mahes tidak makan? Kuahnya keburu dingin," Hana mengangkat wajahnya dan melihat Maheswara hanya menatapnya tanpa menyentuh makanannya.
Maheswara tersadar dari lamunannya.
"Aku membiarkannya dingin dulu. Aku tidak terbiasa makan panas," Maheswara mencari alasan.
Hana tersenyum mendengar itu.
Ya Tuhan, kenapa aku sudah mulai candu melihat senyumannya Aku baru mengerti arti tergila-gila pada senyuman wanita ternyata seperti ini. (Maheswara).
**
"Ehmm Hana," ujar Maheswara membuat Hana urung membuka pintu mobil. Hana menoleh.
"Besok aku datang lagi ya, bisa?," tanya Maheswara
"Besok saya ada janjian, Mahes. Maaf," jawab Hana.
"Janjian? Ehm, dengan teman atau pacar atau..?,"
"Sepertinya saya sudah pernah bilang ke Mahes, saya belum punya pacar. Besok itu ada janjian dengan teman guru,"
"Ehmm, teman gurunya cewek..cowok?,"
"Teman sesama guru agama Islam. Namanya Ustadz Fadlan,"
"Ouw, eh Ustadz.. Berarti cowok ya," raut wajah Maheswara berubah.
"Kenapa?," Hana mengerutkan dahinya.
"Oh, tidak, tidak apa-apa. Aku ke sini kalau Hana sudah selesai dengan teman ustadz Hana itu. Cowok itu," Maheswara memberi tekanan pada kalimat nya.
"Boleh," Hana mengangguk tersenyum.
Hufft.. Senyuman itu lagi. Lama-lama hatiku habis karena meleleh setiap melihat senyuman itu. (Maheswara).
**
"Siapa pria itu? Hana dijemput seorang pria. Menarik. Aku harus mencari tahu. Dari mobilnya, si cowok kelihatannya orang kaya. Apa Hana seorang ani-ani yang bersembunyi di balik hijab dan pengetahuan agama?,"
Zahra merenung sambil memegang boneka kesayangannya.
"Kalau benar dia ternyata seorang ani-ani ini akan menjadi berita besar. Dan kesempurnaan Hana akan ternodai," Zahra tersenyum dan menyandarkan tubuhnya di headboard ranjangnya.
**
"Aku menemukannya, Elmo. Aku benar-benar yakin dia orangnya," seru Maheswara seperti mendapat sebuah batu berharga.
"Anda sudah melihat tanda lahir nya?," tanya Elmo dari seberang panggilan.
"Sudah, tadi sore. Aku sangat yakin itu dia,"
"Syukurlah, Tuan. Pencarian yang cukup panjang akhirnya membuahkan hasil," sahut Elmo.
"Aku ingin segera menikahinya, Elmo,"
"Tahan diri, Tuan. Pastikan Tuan sudah mengambil hatinya dan dia sudah jatuh cinta pada Tuan. Kita kan belum tahu apa dia bisa menerima kenyataan bahwa Tuan adalah pria misterius yang memperkosanya itu,"
"Kamu benar, Elmo. Aku takut dia akan menolakku kalau aku gegabah. Tapi aku juga takut tidak bisa menahan diriku. Aku merasakan rindu yang teramat dalam padanya untuk ....,"
Elmo tertawa kecil,
"Tuan, ternyata Anda belum berubah. Pikiran Anda tentang perempuan selalu tentang seks,"
"Kali ini beda Elmo. Aku hanya ingin melakukan itu dengannya. Bahkan wanita lain berjejer di depanku dengan tidak memakai apapun, tidak bisa membangkitkan kelaki-laki-an ku,"
Elmo tertawa tanpa suara. Dia yakin Tuannya sudah sembuh. Tapi hanya jika berhadapan dengan Hana.
Tepatnya, Anda itu sembuh separoh. Masa hanya terangsang pada satu wanita. Mungkin ini karma karena dulu Tuan sering gonta-ganti perempuan. (Elmo).
"Jangan-jangan ini balasan untukku, El. Dulu aku suka bergonta-ganti perempuan. Dan sekarang Tuhan membuatku hanya ingin dengan satu wanita," celetuk Maheswara.
Astaga. Kok bisa sama. Jangan-jangan Tuan punya ilmu mendengar suara batin. (Elmo)
**
Hana bertopang dagu. Kedua kakinya di dekat dadanya. Tangan kanannya masih memegang tasbih kayu cendana.
Hana menutup matanya merasakan ada getaran di hatinya. Getaran yang membuat dia tersenyum sendiri di kamar itu.
Maheswara. Pria misterius, yang tiba-tiba datang dalam hidupnya dengan perhatian dan kelembutannya.
Tiba-tiba senyuman Hana pudar, dia bergumam sendiri,
"Bagaimana kalau Maheswara ternyata serius dan ingin menikahi ku. Apa dia akan kecewa kalau tahu aku sudah tidak perawan lagi dan...,"
Hp nya berdering. Layar menunjukan nama kontak "Ayahku dengan emoticon hati". Hana menjawab panggilan itu.
"Halo,"
"Assalamualaikum, anak ayah,"
"Waalaikumsalam, ayah,"
"Kamu baik-baik saja?,"
"Ya, baik-baik saja,"
"Bunda mu khawatir karena kamu tidak menjawab panggilan,"
Hana diam.
Dokter Farid melanjutkan,
"Hana sudah minum obat?,"
"Sudah, Ayah. Hari-hari ini semua berjalan dengan tenang,"
"Alhamdulillah. Ayah senang mendengarnya," dr. Farid tertawa kecil, "Oh ya, beberapa hari lalu kata Bunda ada yang mencari Hana. Namanya Mahesa apa Mahas, ayah lupa. Katanya teman Hana,"
Hana menjeda,
"Maheswara Dastan," ujar Hana.
"Nah itu dia. Hana kenal? Itu teman Hana?,"
"Iya. Itu teman,"
"Alhamdulillah. Ayah pikir itu orang ngaku-ngaku saja karena Hana tidak pernah cerita ada teman dengan nama itu," lanjutnya, "Kalau dia teman spesial Hana, cerita sama ayah supaya ayah bisa mendukung Hana. Tidak usah sungkan. Usia Hana sudah bisa untuk menikah. Tidak usah pacaran. Kita tidak kenal pacaran. Ta'aruf lalu menikah,"
"Ayah, dia hanya teman biasa,"
"Oh begitu, ayah berarti terlalu berekspektasi tinggi, hahaha,"
Percakapan yang hangat itu pun berakhir. Kata-kata ayahnya membuat Hana memikirkan kembali tentang Maheswara.
Dan sepertinya itu akan memakan waktu semalam suntuk.
**
Maheswara kembali meneguk anggur putihnya. Dengan bertelanjang dada Maheswara duduk di sofa kamarnya.
Lampu kamarnya sudah padam, hanya lampu baca yang tersisa. Semakin dia mengingat Hana, semakin dia merasa napasnya terasa berat, dadanya terasa sesak seperti sedang menahan badai yang bergemuruh di dalamnya. Sesuatu yang liar dalam dirinya bangkit dan mengaduk-aduk jiwanya.
Delapan tahun hasrat itu tidak pernah muncul dan malam ini hasrat itu begitu kuat.
Maheswara membuka galeri hp nya. Dia berhenti di file foto Hana yang sedang tersenyum. Senyuman yang sudah menjadi candu bagi Maheswara. Dia menatap foto itu dengan mata sayu dan napas yang memburu.
"Hana Salsabila Hasyim," gumamnya pelan dan dalam.
Maheswara meletakan gelasnya. Dia lalu menekan pelipisnya sekiranya bisa mengusir gelora itu.
Ingin dia berdiri untuk mencuci wajahnya dengan air dingin. Tapi hatinya begitu menikmati gelora liar itu sehingga dia menolak untuk beranjak.
Maheswara menutup mata. Senyuman Hana, bau parfumnya, bibirnya, tubuhnya, semua menari-nari dalam pikiran Maheswara. Semakin kuat gelora itu.
Sesuatu di bawah sana sudah semakin menegang. Maheswara butuh pelampiasan. Tapi dia hanya mau dengan Hana, sedangkan dia belum menikahi Hana. Sangat mustahil. Maheswara menghadapi peperangan antara hasrat, kenyataan, dan trauma.
Tiba-tiba pikirannya melayang pada peristiwa malam itu.
FLASHBACK ON
Maheswara sudah menahan pergelangan tangan tepat di bagian tanda lahir yang sempat Maheswara lihat tadi.
Jauh di lubuk hatinya Maheswara tidak ingin melakukan itu tapi dorongan obat perangsang itu begitu kuat. Maheswara tak kuasa menahannya.
Di tengah rontahan Hana, Maheswara terpaksa memasukannya. Perlahan tapi kuat. Hana merintih. Air matanya jatuh. Rasa bersalah menghinggapi Maheswara. Tapi kenikmatan seorang gadis yang belum pernah disentuh pria membuat Maheswara semakin tenggelam. Maheswara mengikuti nalurinya untuk menembus selaput itu. Selama ini, Maheswara tidak pernah bertemu wanita yang selaputnya masih utuh membuat dorongan liar di dalam dada Maheswara semakin menggebu-gebu. Dari pelan, akhirnya gerakan menjadi cepat yang artinya dia bisa menembus apa yang dijaga oleh Hana selama ini. Darah pun bercampur dengan cairan Maheswara di bawah sana.
"Dia masih perawan," gumam Maheswara sambil menatap bulir-bulir air mata yang sudah membanjiri pipi Hana.
FLASHBACK OFF
Ingatan malam itu tentang bagaimana rasanya menembus selaput kenikmatan menjadi pendorong besar bagi Maheswara untuk menyelesaikan hasrat itu dengan tangannya sambil terus memikirkan tentang Hana..Hana..gerakan tangannya makin cepat.. Pikirannya tentang Hana lagi.. Semakin cepat.. Ingatannya tentang malam itu lagi.. Tambah cepat. Bayangan Hana lagi.. Dan Maheswara melenguh. Matanya tertutup. Napasnya tersengal-sengal.
Setelah delapan tahun, Maheswara akhirnya bisa melihat kembali cairan liquid warna putih itu di tangannya. Bau klorin menyeruak dari tangannya.
Setelah napasnya bisa diatur, Maheswara beranjak menuju kamar mandi. Dia memutuskan untuk mandi malam itu.
Maheswara membasuh tubuhnya. Lama-lama dia di bawah shower itu. Sesuatu yang tidak pernah dia rasakan selama delapan tahun akhirnya dia rasakan malam itu,
"Kau tahu, Hana. Meskipun kita belum menikah, tapi sebenarnya kamu sudah memiliki tubuh ku karena aku hanya bisa denganmu," gumam Maheswara seraya menikmati titik air dingin dari shower.
psikologi mix religi💪