Alana tidak pernah menyangka bahwa satu malam di kamar nomor delapan ratus delapan akan menukar seluruh masa depannya dengan penderitaan. Di bawah pengaruh obat yang dicekoki saudara tirinya, dia terjebak dalam pelukan Kenzo Alfarezel, sang penguasa bisnis yang dikenal dingin dan tidak punya hati.
Sebulan kemudian, dua garis merah pada alat tes kehamilan memaksa Alana melarikan diri, namun kekuasaan Kenzo melampaui batas cakrawala. Dia tertangkap di gerbang bandara dan dipaksa menandatangani kontrak pernikahan yang terasa seperti vonis penjara di dalam mansion mewah.
Kenzo hanya menginginkan sang bayi, bukan Alana, tetapi mengapa tatapan pria itu mulai berubah protektif saat musuh mulai berdatangan? Di tengah badai fitnah dan rahasia identitas yang mulai terkuak, Alana harus memilih antara bertahan demi sang buah hati atau pergi meninggalkan pria yang mulai menguasai hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. Fmz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Kenzo Turun Ke Dapur
Namun senyum itu tidak bertahan lama ketika Alana melihat sebuah noda darah kecil yang merembes di balik kemeja putih milik Kenzo yang baru saja dia kenakan semalam. Alana segera meletakkan potongan mangga muda itu dengan tangan yang gemetar sementara matanya tidak bisa lepas dari bercak merah yang semakin meluas di bagian samping perut Kenzo.
Kenzo menyadari arah pandangan Alana lalu secara refleks menarik jasnya untuk menutupi luka tersebut dengan ekspresi wajah yang tetap datar seolah tidak terjadi apa-apa. Dia berbalik dengan cepat namun Alana sudah terlebih dahulu menahan lengan pria itu dengan sisa tenaga yang dia miliki.
"Kau terluka karena pergi ke pasar itu hanya untuk mencari mangga muda ini?" tanya Alana dengan suara yang penuh dengan rasa sesak.
Kenzo mengibaskan tangan Alana secara kasar dan menatap wanita itu dengan sorot mata yang kembali mendingin serta penuh dengan keangkuhan yang tinggi. Dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan wanita yang seharusnya dia benci dengan seluruh jiwa dan raganya.
"Jangan terlalu percaya diri karena luka ini didapat saat aku harus memberi pelajaran kepada pedagang pasar yang mencoba bermain-main denganku," sahut Kenzo dengan nada yang sangat tajam.
Alana tidak percaya sedikit pun pada alasan tersebut karena dia tahu betapa bahayanya kawasan pasar induk pada jam-jam dini hari bagi orang asing yang berpakaian sangat mewah. Dia merasa sebuah perasaan bersalah mulai merayap di dalam relung hatinya karena sifat egoisnya yang sedang mengidam telah membahayakan nyawa Kenzo.
Tiba-tiba perut Alana kembali bergejolak hebat namun kali ini bukan karena rasa mual melainkan karena rasa lapar yang sangat mendalam dan sangat tidak tertahankan. Dia mencium aroma masakan dari arah dapur mansion yang sangat luas namun teringat bahwa seluruh pelayan dilarang memberikan makanan kepadanya atas perintah Kenzo.
"Aku sangat lapar namun aku dilarang menyentuh makanan apa pun yang tidak berasal dari tanganmu sendiri," ucap Alana sambil menatap lantai dengan wajah yang sangat lesu.
Kenzo teringat pada ucapannya sendiri tentang aturan ketat yang dia buat untuk melindungi Alana dari percobaan peracunan yang dilakukan oleh pelayan suruhan ibunya. Dia menghela napas panjang lalu mulai membuka kancing manset kemejanya dan menggulung lengan kemejanya hingga ke batas siku dengan gerakan yang sangat berwibawa.
Pria yang biasanya hanya menyentuh berkas bisnis bernilai miliaran itu kini melangkah menuju area dapur yang dipenuhi dengan peralatan masak yang sangat canggih dan sangat mahal. Alana mengikuti dari belakang dengan mata yang terbelalak lebar saat melihat Kenzo mulai menyalakan kompor gas dan mengambil sebuah wajan penggorengan.
"Apa kau benar-benar akan memasak sesuatu untukku dengan tanganmu yang sedang terluka parah itu?" tanya Alana dengan nada yang penuh dengan kekhawatiran yang sangat nyata.
Kenzo tidak memberikan jawaban melainkan justru mulai memecahkan beberapa butir telur ayam dengan satu tangan yang sangat mahir dan sangat cekatan. Dia mengambil beberapa ikat sayuran segar lalu mulai memotongnya dengan pisau dapur yang sangat tajam hingga menimbulkan suara ketukan yang sangat berirama di atas talenan kayu jati.
Suasana dapur yang biasanya dingin kini terasa sangat hangat karena uap masakan yang mulai membumbung tinggi ke udara dan memenuhi seluruh ruangan dengan aroma yang sangat lezat. Alana memperhatikan setiap gerak-gerik Kenzo yang tampak sangat fokus seolah sedang mengerjakan proyek bisnis yang paling penting di dalam hidupnya.
"Kenapa kau begitu mahir melakukan semua pekerjaan dapur ini padahal kau adalah seorang tuan muda yang sangat kaya raya?" tanya Alana dengan rasa penasaran yang sudah tidak bisa dia bendung lagi.
Kenzo terhenti sejenak sambil menatap nyala api biru yang menari-nari di bawah wajan sebelum akhirnya dia menuangkan nasi putih ke dalam tumisan bumbu yang harum. Matanya menerawang jauh seolah sedang mengingat kembali kenangan masa kecil yang selama ini dia simpan rapat di dalam gudang ingatannya yang paling gelap.
"Dahulu aku sering memasak untuk ibuku saat beliau sedang sakit parah sebelum wanita itu berubah menjadi sosok iblis yang sangat kejam seperti sekarang," jawab Kenzo dengan suara yang sangat parau.
Alana merasa ada sebuah retakan di dalam dinding pertahanan Kenzo yang sangat tebal yang selama ini melindungi sisi rapuh dari pria yang dijuluki sebagai sang iblis Alfarezel tersebut. Dia melihat ada luka yang jauh lebih dalam daripada sekadar luka fisik di perut Kenzo saat pria itu membicarakan tentang ibu kandungnya yang sangat berambisi tersebut.
Kenzo menyajikan sepiring nasi goreng yang sangat cantik dengan hiasan sayuran segar di atas meja marmer lalu mendorongnya secara perlahan ke hadapan Alana yang sudah menunggu. Alana menyuap masakan itu dan seketika air mata jatuh membasahi pipinya karena rasa masakan itu sangat akrab dan sangat mengingatkannya pada kasih sayang yang sudah lama hilang.
"Kenapa kau menangis, apakah rasanya sangat buruk hingga membuat lidahmu merasa tersiksa oleh masakanku?" tanya Kenzo sambil mengerutkan keningnya dengan sangat heran.
Alana menggelengkan kepala dengan cepat sementara isak tangisnya semakin terdengar jelas di keheningan dapur mansion yang sangat luas dan sangat sunyi tersebut. Dia merasa bahwa di balik sifat posesif dan kejamnya, Kenzo masih memiliki secercah kemanusiaan yang tersembunyi di balik tumpukan dendam yang menyelimuti seluruh hatinya.
Tepat saat Alana hendak mengucapkan terima kasih, sebuah suara langkah kaki yang sangat berat dan sangat berwibawa terdengar dari arah pintu masuk dapur utama. Ayah kandung Kenzo berdiri di sana dengan wajah yang sangat merah padam karena merasa sangat terhina melihat putra mahkotanya sedang melakukan pekerjaan pelayan rendahan demi seorang wanita.
Pria tua itu berjalan mendekat lalu dengan satu gerakan yang sangat cepat dia menepis piring nasi goreng milik Alana hingga hancur berkeping-keping di atas lantai marmer yang sangat dingin. Alana terpekik kaget sementara Kenzo segera berdiri di depan Alana dengan tubuh yang sangat tegang dan sorot mata yang mulai memancarkan kilatan amarah yang sangat berbahaya.
"Kau telah merusak harga diri keluarga Alfarezel hanya demi wanita pemancing masalah ini, Kenzo!" teriak sang ayah dengan suara yang menggetarkan seluruh ruangan.