Season 2 dari Novel "Anak Genius Milik Sang Milliarder"
Rachel dan Ronand telah beranjak remaja, kini usianya sudah menginjak 17 tahun. Rachel yang tak ingin selalu dibandingkan dengan kejeniusan Ronand, memilih untuk menyembunyikan identitasnya sebagai saudara dan orang kaya.
Semua siswa di sekolahnya, tidak ada yang mengetahui jika Rachel dan Ronand adalah saudara kembar. Justru mereka dirumorkan sebagai pasangan kekasih karena beberapa kali terlihat dekat.
Akankah keduanya berhasil menyembunyikan identitas mereka sampai lulus sekolah? Atau semua rencana itu gagal, seiring dengan kisah percintaan mereka yang terjadi di sekolah itu?
Temukan jawabannya hanya di NovelToon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Ember!
"Jadi benar apa yang dikatakan oleh Mika kalau kalian itu saudara kembar?" tanya Nicho memastikan bahwa pendengarannya tidak salah.
Ronand masih bersikap santai, semua sandiwara ini berawal dari Rachel yang tak ingin didekati teman bermuka dua. Apalagi saat SD, Rachel selalu didekati teman cewek hanya karena ingin dekat dengan Ronand. Akhirnya saat SMP, Rachel meminta agar Ronand bersandiwara sebagai pasangan kekasih. Tak lupa dengan keduanya yang juga tak ingin orang tahu jika mereka dari keluarga kaya.
Sedangkan Rachel tampak mengerucutkan bibirnya sebal. Ia ingin pergi, tapi tangannya ditarik oleh Raffa. Berakhir ia duduk di samping Raffa dengan tangan yang terus digenggamnya. Ronand menatap intens interaksi antara Rachel dan Raffa.
"Jawab itu pertanyaannya Nicho," ucap Raffa dengan sedikit melirik ke arah Rachel.
"Apa itu matanya? Lirik-lirik, mau dicolok pakai sumpit mie ayam?" seru Rachel yang entah kenapa begitu sensitif hari ini.
"Iya, aku dan Rachel memang saudara kembar." Bukan Rachel yang menjawab, melainkan Ronand. Pasalnya masalah ini takkan selesai jika tak ada pengakuan dari keduanya.
"Tapi kalian nggak mirip. Wajah dan tingkahnya sangat berbeda jauh. Kaya langit dan bumi," ucap Nicho dengan pelan.
"Apa? Kenapa emangnya kalau nggak mirip? Emangnya kembar harus mirip? Terus tingkahnya kenapa? Mau ngatain kalau aku lebih cerewet dan bar-bar gitu? Kenapa semua orang nyebelin banget sih hari ini?" seru Rachel yang kini langsung berdiri dan berkacak pinggang.
Mendengar jawaban dari Ronand, Raffa langsung melepaskan genggaman tangannya dari Rachel. Ada senyum tipis yang terbentuk saat mendengar jawaban itu. Entah mengapa, dia sedikit lega telah mengetahui status mereka sebenarnya.
"Enggak, aku nggak ngomong begitu ya. Kamu salah dengar aja itu," Nicho sampai panik sambil melambaikan kedua tangannya saat melihat Rachel emosi. Nicho sangat takut apalagi ini ada di rumahnya mereka.
"Bilang aja mau ngomong begitu, iya kan?" desak Rachel agar Nicho berkata jujur.
Abang...
Achel sebal...
Ish... Pokoknya sebal,
"Udah nggak papa. Sini..." Ronand melambaikan tangannya ke arah Rachel yang sedang menghentakkan kakinya berulangkali. Nadanya sangat lembut membuat Lina dan Mely terkejut mendengarnya.
Rahasia dan sandiwaranya terbongkar karena Mika. Rachel kesal sekesal-kesalnya dan rasanya ingin menangis. Bahkan bibirnya memberengut sebal dengan menghentakkan kakinya seperti anak kecil yang tidak dapat jajanan.
"Nggak, ini juga salah Abang. Ngapain Abang bawa mereka ke sini? Harusnya kan bisa belajar atau bikin tugas kelompok di tempat lain. Di lapangan atau makam kan bisa," ucap Rachel yang menyalahkan Ronand.
"Dikira mau ziarah, belajar kok ke makam." gumam Nicho tak berani bersuara tinggi.
"Awas aja ya kalian berempat. Jangan ember soal ini. Kalau sampai bocor, bakalan aku cari kalian dan bejek-bejek kepalanya. Pokoknya kalian harus diam," ucapnya menatap keempat teman Ronand.
"Dengar tuh," lanjutnya setelah melihat anggukan kepala dari keempatnya yang kemudian pergi dari ruang tamu.
"Rachel kalau ngambek lucu sekaligus mengerikan. Natapnya itu lho kaya kasih peringatan, tapi terlihat seperti anak kecil." bisik Lina pada Mely.
"Hush... Nanti dia dengar, habis kita." Mely memperingati Lina agar tak membahas Rachel di sini. Lina pun akhirnya diam saat melihat semuanya juga terdiam.
"Aku masih nggak nyangka kalau kalian itu kembar," ucap Nicho tiba-tiba.
"Nggak usah dibahas. Nanti dia dengar, diomelin dan tambah ngambek orangnya." ucap Raffa yang kali ini memilih untuk tak membahas hubungan Rachel dan Ronand lagi.
Nicho mencibir Raffa di dalam hatinya. Padahal semua ini berawal dari Raffa sendiri yang memulai membahas hingga akhirnya Mika memberikan jawaban. Namun Raffa seperti cuci tangan, tidak mau disalahkan.
Tadi siapa yang tanya Mamaku punya anak perempuan nggak?
Tuh ada si Rachel. Mau sama Rachel?
Nggak. Nggak jadi, Nand.
Bisa mati muda aku ngadepin Rachel yang tantrum begitu. Apalagi kalau tadi ada keponakanmu itu. Astaga...
Mana kalau melotot dan ngancam udah kaya mau makan orang lagi. Jangan lupa, jago debatnya itu lho bikin pusing.
Hiiii...
Hahahaha...
***
"Apa? Gara-gara kamu nih kurcaci, rahasia Onty jadi terbongkar." ucap Rachel yang kesal dengan Mika.
Sedangkan Mika justru anteng sambil makan salad buah kesukaannya. Padahal Rachel sedang ketar-ketir namun Mika malah santai-santai ditemani oleh Chiara. Rasanya Rachel ingin menjitak itu kepala Mika namun takut dimarahi Chiara.
"Mika cuma jawab jujul, Onty. Talo bohong itu doca lho," ucap Mika yang seakan sedang menasehati Rachel.
"Tapi nggak nurut sama yang lebih tua juga dosa. Lebih tepatnya durhaka," ucap Rachel tak mau kalah. Chiara yang mendengar perdebatan itu seketika memegang kepalanya.
"Ma, usir aja itu si kurcaci cadel. Balikin dia ke rumahnya. Nggak mau lagi aku suruh ngasuh si kurcaci," rengeknya pada Chiara.
"Nanti bilang Kak Janice buat bawa Mika pulang ya," bisik Chiara agar Mika tak mendengarnya.
"Mika ndak mau pulang. Cudah macuk kaltu kelualdana Opa dulian dan Oma Chiala itu Mika. Jadi ndak bica dibalikin ke lumah Mama," ucap Mika dengan santainya.
Ihhhh...
Sebal...
Sebal...
Pusing kepala Achel dengar kurcaci cadel ngomong,
Suka nggak sadar diri. Dulu kecilnya juga sama aja kaya Mika,
***
Malam ini, keluarga kecil Chiara dan Julian berkumpul dengan formasi lengkap. Ditambah dengan Mika, si kurcaci kecil yang tidak mau pulang. Padahal tadi Janice sudah menjemputnya, namun anak itu sampai menangis histeris tidak mau diajak pulang. Akhirnya Mika dibiarkan menginap di rumah Julian.
"Katanya tadi ada yang sandiwaranya kebongkar ya?" tanya Julian sambil melirik sekilas ke arah Rachel.
"Nggak usah dibahas, bikin emosi." ucap Rachel sambil mengerucutkan bibirnya. Ia masih kesal dengan kejadian hari ini.
"Papa nggak bahas. Cuma Papa mau tanya, berarti Papa udah bisa ambil rapormu semester ini di sekolah dong?" tanya Julian yang punya maksud dan tujuan tertentu.
Jangan...
"Biar maid aja yang ambil," ucap Rachel menjawabnya dengan cepat.
"Astaga... Orangtuamu itu Papa dan Mama atau maid di rumah Oma?" Julian merasa kesal dengan kedua anaknya.
Ia juga ingin ke sekolah anaknya untuk mengambil rapor. Ia juga ingin tahu pesan dari guru kedua anaknya itu. Selama ini, ia tak tahu apapun tentang keluhan atau pujian guru mengenai kedua anaknya. Ia sudah bertanya pada maid yang mengambil rapor dan jawabannya tidak pernah memuaskan.
"Semuanya baik-baik saja, Pak Julian. Nona Rachel nilainya bagus semua,"
Selalu saja itu yang diucapkan oleh maid. Seakan itu adalah sebuah template yang dihafal setiap semesternya agar Julian dan Chiara tidak berpikiran macam-macam tentang kedua anaknya.
Besok selasa, Abang ikut olimpiade matematika.
Apa? Kok kamu nggak bilang sih, Ronand?
Udah biasa ikut begitu, Pa. Hasilnya juga sudah pasti, juara.
Sombong,
Combong,
Orang sombong temannya...
Onty boncel dong,
Heh...
Hahahaha...
lanjut thor...
SEKALIAN UNDANG SON HOREG PUNYA OM BREWOK MIKAAAA...
JANGAN LUPA NENEK GAYUNG DI AJAK HOBAAAAHHH💃💃💃💃💃💃