Lala mengalami kecelakaan yang membuat jiwanya terjebak di dalam raga seorang antagonis di dalam novel dark romance, ia menjadi Clara Shamora yang akan mati di tangan seorang mafia kejam yang mencintai protagonis wanita secara diam-diam.
Untuk menghindari nasib yang sama dengan Clara di dalam novel, Lala bertekad untuk tidak mengganggu sang protagonis wanita. Namun, ternyata ia salah langkah dan membuatnya diincar oleh malaikat mautnya sendiri—Sean Verren Dominic.
“Sekalinya milik Grey, maka hanya Grey yang bisa memilikinya.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MTMH18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian enam belas
Gabriel lebih banyak diam, membuat keluarganya bertanya-tanya. Bahkan saat Bella menyapanya, pria itu tidak membalasnya.
“Gabriel ada apa?” Tanya Steven yang tidak didengar oleh putra sulungnya.
Gabriel masih memikirkan apa yang dilihatnya tadi malam, untuk pertama kalinya ia merasa sedih, karena Clara bisa tersenyum di hadapan orang lain.
“GABRIEL!” Teriakan itu membuatnya tersadar.
“Ada apa, Dad?” Tanya Gabriel sambil menatap sang daddy.
“Apa yang kau pikirkan? Kenapa kau mengabaikan keluargamu?” Pertanyaan itu membuat Gabriel tersadar kalau sejak tadi ia terlarut dalam lamunannya.
“Maaf, Gabriel sedang memikirkan pekerjaan,” jawab Gabriel yang tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.
“Kau tidak perlu memikirkan masalah Tuan Sean, karena perusahaan kita sudah kembali aman,” Steven mengira sang putra masih memikirkan masalah yang sempat membuatnya murka.
Steven sudah mendapatkan pengganti Sean, yaitu keluarga Aaron. Pertunangan tadi malam, sebenarnya ada perjanjian di antara Steven dan Aaron. Di mana Aaron masih menginginkan Clara untuk menjadi istrinya, tetapi tetap bertunangan dengan Bella untuk membuat Clara cemburu.
Jadi, nanti kalau Clara sudah kembali ke keluarga Lexander, gadis itu akan langsung dinikahkan dengan Aaron sesuai dengan perjanjian yang sudah Steven tandatangani.
Tidak ada yang mengetahui kesempatan tersebut, hanya Steven dan Aaron. Bahkan Bella yang menjadi korbannya, juga tidak tahu kalau ia hanya dijadikan pengganti sampai Clara kembali.
“Iya, Dad.” Gabriel sempat marah kepada dirinya sendiri, karena hampir menghancurkan perusahaan Lexander.
Gabriel juga merasa semakin bersalah kepada Clara, karena kedua orang tuanya malah menyalahkan Clara atas pemutusan kontrak yang dilakukan Sean. Padahal yang salah Gabriel, bukan Clara.
“Gabriel berangkat duluan!” Pamit Gabriel tanpa mendengar balasan dari kedua orang tuanya.
Bella berdiri dari duduknya, gadis itu juga berpamitan kepada orang tua angkatnya. Bella segera menyusul Gabriel yang akhir-akhir ini sikapnya sedikit berubah.
“Kak El!” Panggilan itu membuat langkah Gabriel terhenti.
Gabriel membalikkan tubuhnya dan menatap Bella dengan tajam, membuat adik angkatnya itu terkejut.
“Kau tidak diizinkan memanggilku dengan sebutan itu!” Kata pria itu dengan nada dinginnya.
“Ke-kenapa? Bukannya Clara sering memanggil Kak Gabriel dengan—”
“Clara adikku, jadi tidak masalah!” Gabriel memotong ucapan Bella.
“Tapi aku juga adiknya Kak El,” gadis itu menunduk sedih, karena Gabriel benar-benar berubah.
“Sudah ku katakan jangan memanggilku dengan sebutan itu!” Sentakan itu membuat Bella menangis.
Gabriel membalikkan tubuhnya, pria itu tidak memedulikan Bella yang masih menangis. Joan yang sejak tadi mendengar semuanya, juga terkejut saat mendengar bentakan kakaknya.
“Bella?” Panggil Joan sambil memeluk Bella yang masih menangis.
“Kak Gabriel berubah,” ucap gadis itu dengan isakan kecilnya.
Joan juga merasa begitu, ia seakan tidak mengenali kakaknya sendiri.
“Mungkin Kak Gabriel lagi banyak pikiran, nanti Kak Gabriel pasti balik lagi seperti biasanya,” lelaki itu mencoba menenangkan Bella.
Joan menatap lurus ke depan, ia tahu perubahan Gabriel disebabkan oleh sikap kekanakan Clara yang selalu membuat masalah.
‘Bahkan saat kau tidak ada di sini, kau tetap saja menyusahkan!’ Joan memaki sang adik yang dianggap sebagai pembuat masalah.
...***...
Clara mengantar Sean yang akan berangkat ke kantor, gadis itu tidak ada jadwal kuliah pagi ini. Clara akan pergi ke kampus nanti siang, karena ada dua jadwal kuliah hari ini.
“Jangan terlalu lelah, karena tubuhmu kurang sehat,” bisik Sean sambil mengecup kening gadis kecilnya.
Clara memang sedikit demam, jadi wajah gadis itu tampak pucat dan membuat Sean khawatir.
“Apa kau ikut denganku ke kantor?” Pria itu tidak bisa meninggalkan Clara dengan keadaan seperti ini.
“Kak Sean, aku baik-baik saja. Setelah minum obat, demamnya akan turun. Jadi, Kakak tidak perlu khawatir,” gadis itu memberikan senyuman manisnya.
“Baiklah, kalau ada sesuatu yang kau inginkan… kau bisa memintanya kepada Lauren atau bisa menghubungiku,” Sean kembali mengecup keningnya.
Clara menganggukkan kepalanya, gadis itu menahan ringisannya saat kepalanya kembali berdenyut. Kalau Sean tahu ia sedang menahan sakit, pasti pria itu akan membawanya ke rumah sakit.
“Nona Clara!” Panggil Lauren saat Clara hendak memasuki lift.
“Iya?” Clara menatap wanita paruh baya yang sedang berjalan ke arahnya.
“Apa Nona ingin dibuatkan sesuatu?” Tanya Lauren.
“Tidak, ak ingi beristirahat,” jawab gadis itu yang dibalas anggukan oleh Lauren.
Clara hendak masuk ke dalam lift, tetapi suara Sean membuatnya terkejut. Pria itu tadi sudah berangkat, tetapi malah balik lagi, karena merasa tidak tenang.
“Aku tidak akan bisa fokus bekerja, jadi kau bersiap-siap untuk ikut bersamaku ke kantor!” Perintah Sean tanpa bantah.
Clara tidak bisa melayangkan protes, sebab Lauren sudah menuntunnya untuk segera bersiap.
Akhirnya, Clara ikut dengan Sean. Gadis itu tidak banyak bicara, karena kepalanya sangat pusing. Clara hanya menyandarkan kepalanya di bahu lebar Sean.
“Hari ini tidak usah kuliah, libur sehari tidak akan membuatmu bodoh,” ucap pria itu.
Clara menganggukkan kepalanya, kata-kata Sean seperti tidak boleh dibantah. Nada suara pria itu terdengar menyeramkan, membuat Clara tidak berani untuk membantahnya.
Tidak terasa, mobil hitam yang membawa Sean dan Clara sudah sampai di salah satu perusahaan terbesar. Gadis itu sempat terkejut saat melihat perusahaan milik Sean.
“Pakai maskermu!” Suara pria itu menyadarkannya.
Clara memang melepas maskernya, karena masih berada di dalam mobil. Gadis itu segera memakainya agar tidak ada yang mengenali wajahnya, bahkan ia juga memakai kacamata hitam.
Bukannya Sean tidak ingin menunjukkan siapa gadis yang bersamanya, pria itu hanya ingin mengurangi resiko yang akan membahayakan nyawa gadis kecilnya.
Musuh Sean sangat banyak, jadi kemungkinan besar mereka akan mengincar Clara yang dianggap sebagai kelemahan Sean. Jadi, pria itu meminta Clara untuk menutupi wajahnya agar tidak bisa dikenali oleh musuh-musuh Sean.
“Kau bisa berjalan sendiri? Atau mau digendong?” Tanya pria itu saat membantu Clara keluar dari mobilnya.
“Aku bisa jalan sendiri,” jawab gadis itu yang merasa tidak nyaman dengan tatapan dari banyak pasang mata yang kini tertuju ke arahnya.
Semua karyawan Sean terlihat penasaran dengan gadis yang keluar dari mobil sang atasan, karena baru kali ini Sean membawa seorang gadis di dalam mobilnya, bahkan pria itu memeluk pinggang Clara dengan posesif.
Meskipun mereka penasaran, mereka juga tidak akan menyebarkan tentang apa yang mereka lihat pagi ini. Semuanya takut nyawanya melayang, karena di dalam kontrak sudah tertulis jelas tentang peraturan perusahaan yang tidak boleh menyebarkan rumor apapun tentang Sean.
Namun, semua itu tidak berlaku pada beberapa musuh Sean yang mengirim orang untuk mencari kelemahan Sean.
“Tuan, sepertinya sebentar lagi akan muncul artikel tentang Anda dengan Nona Clara,” ucap Elios saat Sean tiba di ruangannya dengan Clara juga.
“Tidak perlu menghalangi mereka, cukup pastikan mereka tidak mengetahui identitas Clara!”
Bersambung.
up..up..up..
/Determined//Determined//Determined/