Seraphine Grey meminta ibu dari Damien Knox untuk menjodohkan mereka berdua karena ia tahu Damien tidak bisa menolak permintaan ibunya. Dari dulu Sera sudah mencintai Damien, namun bahkan hingga tiga tahun pernikahan mereka perasaannya tidak terbalas sedikitpun.
Damien hanya mencintai satu wanita. Saat wanita itu kembali, Damien dengan tega membawanya ke dalam rumah pernikahan mereka. Sera meninggal tragis saat mencoba menjauhkan wanita itu dari Damien.
Tuhan memberinya kesempatan kedua. Sera kembali ke malam pertama pernikahan mereka. Rasa sakit yang Sera dapatkan selama menikah dengan Damien membuat Sera tidak lagi mengemis cintanya. Sera ingin secepatnya pergi namun fakta baru yang didapatkan tentang benang kusut antara Sera, Damien, dan mantan kekasih Damien yang tak pernah terurai membuatnya ragu. Apakah Sera akan tetap pergi atau mengurai misteri yang ada bersama Damien?
✯
Cerita ini murni ide penulis, kesamaan nama tokoh dan tempat hanyalah karangan belaka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Pagi itu Sera hanya membuat sarapan sederhana, roti panggang, salad dan segelas coklat. Hari ini Sera memutuskan untuk mengelola restoran peninggalan orang tuanya yang selama ini dikelola oleh orang kepercayaan Papanya.
Dulu, setelah menikah, Sera menyerahkan restoran tersebut pada Damien untuk dikelola. Ia malas disibukkan dengan pekerjaan tersebut, baginya mengejar cinta adalah yang terpenting.
Tapi sekarang setelah kembali ke masa lalu, Sera tidak mungkin melakukan kebodohan seperti yang ia lakukan dulu, mengejar cinta Damien dengan bodoh dan membiarkan warisan untuknya dikelola olehnya bahkan sampai kematiannya.
Setelah sarapan Sera segera pergi, ia naik taksi menuju The Royal Finch, restoran kelas atas yang pertama dibangun oleh papanya. Papa Sera seorang yang sangat pintar memasak, dia bahkan sering mendapatkan penghargaan. Karena kepiawaiannya dalam memasak, sejak masih muda Papanya sudah memfokuskan hidupnya di bagian dapur.
Di Eropa, orang-orang tidak akan meragukan kualitas restoran milik papanya. Sejak papanya meninggal, semua restoran dikelola oleh orang kepercayaan Papanya. Namun, mulai sekarang Sera memutuskan untuk mengambil alih.
Tiga puluh menit kemudian Sera tiba di The Royal Finch, seorang pria paruh baya berkepala botak sudah menunggu di depan restoran.
“Selamat pagi, Nona Sera.” Sapanya.
“Pagi sir Thomas,” Sera menjabat tangan pria itu seraya mengamati wajahnya, Sera ingin melihat apakah ada ketidaksenangan di wajah Thomas. Namun, tidak ada perubahan di wajah Thomas. Sepertinya Thomas bukan orang yang picik, pantas saja jadi kepercayaan Papanya.
“Restoran sudah buka sejak setengah jam lalu, semua orang sibuk sekarang. Saya akan memperkenalkan Nona secara resmi setelah makan malam.” Kata Thomas sambil berjalan masuk ke dalam restoran bersama Sera.
“Tidak apa-apa. Tunjukkan ruang papa, saya ingin melihat semua dokumen selama beberapa tahun ini, saya juga akan memeriksanya.” Sera merasa perlu meninjau semuanya, ia hanya ingin memastikan apakah orang kepercayaan Papanya ini bisa dipercaya atau tidak.
“Baik Nona.”
Thomas membawa Sera ke lantai paling atas, ruangan itu berada di lantai tiga, jauh dari area publik, dengan pintu kayu gelap berlapis finishing matte yang hanya bisa dibuka menggunakan kartu akses. Saat pintu terbuka, aroma cedar dan white musk langsung menyapa, memberikan kesan bersih dan menenangkan.
Mejanya terbuat dari marmer hitam, rapi tanpa banyak barang, hanya laptop, pena, dan tray dokumen. Kursinya dari kulit hitam, sementara di sudut ruangan ada sofa abu untuk menerima tamu.
Dinding belakang dihiasi satu lukisan abstrak, dan di sisi kanan ada lemari kaca berisi penghargaan restoran dan koleksi wine. Lantai kayu gelap membuat ruangan terasa hangat.
Di balik panel dinding tersembunyi, terdapat ruang kecil untuk menyimpan berkas penting, yang hanya bisa dibuka dengan sidik jari.
“Nona bisa menyesuaikan diri. Kalau Nona butuh sesuatu, Nona bisa memanggil saya. Semua dokumen akan saya pindahkan ke ruangan ini secepatnya.” Kata Thomas. Sejak Papa Sera meninggal, ruangan ini memang sengaja di kosong. Thomas menempati ruangan lain.
“Baiklah,” kata Sera.
“Saya permisi, Nona.”
Suara pintu tertutup meninggalkan Sera dalam keheningan panjang, ia menatap ruangan itu dengan tatapan mengenang. Waktu kecil, Sera sering datang kemari bersama Papanya.
“Papa, I miss you.” Bisik Sera mengusap pelan bingkai foto di meja. Ia dan Mama duduk di depan, sementara papa berdiri di belakang mereka.
Ia menatap foto itu cukup lama, kemudian ia duduk di kursi yang biasa ditempati oleh ayahnya.
“Ini semua dokumen yang anda minta, Nona.” Kata Thomas masuk membawa tumpukan dokumen. Dia meletakkan setengah di samping meja, dan setengah lainnya diatas meja.
“Terimakasih, kamu boleh keluar.” Kata Sera, mulai memeriksa dokumen tersebut satu persatu.
Selama berjam-jam Sera menyibukkan diri dengan tumpukan dokumen, tak terasa sudah hampir jam makan siang. Sera menutup dokumen di tangannya, lalu melirik pintu yang masih tertutup.
“Kenapa Laura belum datang? Dia berjanji akan datang saat makan siang.” Gumam Sera. Sembari menunggu Laura datang, Sera merapikan dokumen diatas meja. Tepat ketika ia selesai merapikan meja, pintu terbuka.
Laura, gadis cantik keturunan Meksiko itu melangkah masuk dengan wajah berbinar.
“Ya ampun! aku merindukanmu, Sera.” Luara memeluk Sera erat.
“Aku juga.” Sera sangat merindukan Laura, rasanya sudah sangat lama mereka tidak bertemu.
“Kamu mau makan disini atau di bawah?” Tanya Sera setelah melepaskan pelukan.
“Disini saja. Kita butuh tempat tenang untuk membicarakan ini.”
“Oke. Aku minta Sir Thomas membawakan makanan kemari.” Kata Sera, mengeluarkan ponselnya lalu mengetik beberapa pesanan. Ia sudah hafal makanan yang akan di pesan Laura, jadi tidak perlu bertanya.
“Jadi…?” Tanya Sera setelah menyimpan kembali ponselnya.
“Aku melihat Aurel di rumah sakit bersama seorang pria, awalnya kupikir pria itu Damien. Kamu tahu…” Meski tidak ada yang bisa mendengarnya selain Sera, Laura tetap memelankan suaranya. “... Style nya benar-benar Damien sekali. Jika aku hanya melihat bagian belakangnya saja, aku akan menganggapnya Damien.”
“Maksudmu pria itu meniru Damien?”
“He'em. Jelas sekali, dia juga memakai baju dan celana yang sama dari brand yang dipakai Damien. Aku curiga Aurel frustasi putus dari Damien, jadi dia meminta pria barunya meniru Damien.” Kata Laura penuh keyakinan.
“Kamu punya fotonya?”
“Sayang sekali, aku nggak sempat foto mereka. Kamu tahu kan Aurel itu super model yang sangat terkenal, dia tidak bisa berada di publik terlalu lama.”
Sera mengangguk mengerti, Aurel mungkin datang ke rumah sakit menggunakan penyamaran.
“Terus kok kamu bisa tahu itu Aurel?” Tanya Sera heran.
“Tahu lah. Dokter kandungannya kan Tanteku, kebetulan aku ada disana saat itu. Ya, meskipun saat pemeriksaan, aku disuruh keluar. Tapi aku yakin sekali dia Aurel.”
Tidak lama kemudian Thomas datang mengantarkan makan siang untuk mereka sehingga pembicaraan tersebut harus terhenti untuk sementara.
...✯✯✯...
...like, komen dan vote 💗...
kyanya Sera dijebak..😩