NovelToon NovelToon
Skandal Tuan Playboy

Skandal Tuan Playboy

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / CEO / Playboy / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author:

Sebastian Adiwangsa. Nama yang selalu bergaung dengan skandal, pesta malam, dan perempuan yang silih berganti menghiasi ranjangnya. Baginya, cinta hanyalah ilusi murahan. Luka masa lalu membuatnya menyimpan dendam, dendam yang membakar hasratnya untuk melukai setiap perempuan yang berani mendekat.

Namun, takdir memiliki caranya sendiri. Kehadiran Senara Ayunda, gadis sederhana dengan kepolosan yang tak ternodai dunia, perlahan mengguncang tembok dingin dalam dirinya. Senara tidak seperti perempuan lain yang pernah ia kenal. Senyumnya membawa cahaya, tatapannya menghadirkan kehangatan dua hal yang sudah lama terkubur dari hidup Sebastian.

Namun, cara Sebastian menunjukkan cintanya pada Senara bermula dari kesalahan.

Kalung Angsa dan Pelukan Sena

Bastian dan Sena akhirnya tiba di supermarket. Sena langsung bersemangat memilih berbagai buah mulai dari apel, anggur, melon, semangka, hingga buah naga. Namun matanya benar-benar berbinar ketika melihat potongan nanas segar yang tersusun rapi di etalase. Warna kuningnya tampak begitu menggoda.

Sena berjalan ke arah etalase itu.

“Bas, aku mau nanas,” ucap Sena penuh antusias.

Bastian menoleh, pandangannya terarah pada nanas itu. Memang terlihat segar, tapi ia tahu persis nanas termasuk buah yang sebaiknya dihindari ibu hamil karena bisa memicu kontraksi.

“Tidak. Pilih buah lain,” jawabnya tegas.

“Tapi aku ingin”

“Kamu tidak bodoh untuk tahu kalau Nanas tidak boleh dikonsumsi ibu hamil kan?”

“Tapi kata orang, aman kok kalau sudah lewat trimester awal. Aku kan udah lewat.”

“Itu kata orang,” balas Bastian singkat.

Sena mengerucutkan bibir, kesal karena sulit menang jika berdebat dengannya. Akhirnya ia melangkah duluan, meninggalkan Bastian, lalu sibuk mencari bahan lain untuk salad buahnya. Ia mengambil susu, yoghurt, dan keju hingga semua yang diperlukan sudah lengkap.

“Sudah?” tanya Bastian datar.

“Sudah,” Sena mengangguk.

“Ayo bayar.”

Mereka berjalan menuju kasir. Namun langkah keduanya tiba-tiba terhenti ketika terdengar suara memanggil.

“Bastian.”

Mereka menoleh bersamaan. Seorang wanita berjalan ke arah mereka. Tatapan Sena tetap polos, sementara mata Bastian langsung menajam begitu melihat sosok itu.

Nathalie. Wanita bayaran yang pernah ia gunakan untuk membuat Sena cemburu, dengan sengaja mempertontonkan nafsu di depan istrinya di Penthouse.

Sena memandang Nathalie. Ada perasaan familiar. Sejenak ia berpikir, lalu ingat.

“Ah… wanita yang waktu itu dibawa Bastian ke penthouse,” batinnya.

Nathalie bergantian menatap Bastian dan Sena, bibirnya tersenyum basa-basi.

“Kalian belanja malam-malam begini?”

“Iya, kami lagi cari buah,” jawab Sena ramah.

Namun Bastian langsung menarik tangan Sena, memutus interaksi.

“Kami duluan,” ucapnya singkat.

Sena hanya bisa tersenyum kikuk sambil sedikit membungkukkan badan ke arah Nathalie, memberi isyarat permisi.

Nathalie menatap kepergian mereka dengan raut tak senang. Ada sesuatu di balik matanya. Rencana yang sudah ia siapkan.

… … …

Lampu dapur temaram, hanya suara pisau beradu dengan talenan yang terdengar. Sena berdiri di samping Bastian meracik saus salad itu, sedangkan Bastian memotong buahnya.

Wajah Sena terlihat cerah meski jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

“Maaf ya, bikin kamu repot,” ucapnya tiba-tiba.

Bastian menatapnya sekilas, lalu kembali memotong apel tanpa banyak bicara. Gerakannya kaku tapi hati-hati.

“Tadi itu siapa, Bas?” tanya Sena lagi lebih hati-hati.

“Siapa?”

“Wanita yang manggil kamu di supermarket tadi. Dia yang kemarin datang ke penthouse, kan?”

“Kalau sudah tahu, kenapa masih tanya lagi?” jawab Bastian malas, seolah enggan mengungkit kebejatannya malam itu.

“Maksudku, kamu dekat ya sama dia? Soalnya dia manggil kamu kayak udah akrab banget. Kayak sering ketemu,” suara Sena terdengar santai, meski hatinya terasa sedikit…nyeri.

“Dia yang sok akrab padaku,” balas Bastian dingin.

“Kalian sudah berapa kali ketemu memangnya?” tanya Sena lagi, kali ini kepalanya dimiringkan, wajahnya maju ke depan Bastian seperti anak kecil yang penasaran.

“Tidak ingat,” jawab Bastian singkat, menatap mata Sena yang begitu dekat dengannya.

Sena buru-buru menarik kembali wajahnya. Ia mengambil mangkuk kaca besar, memasukkan buah-buahan yang sudah dipotong Bastian, lalu mencampurkan saus salad hasil racikannya. Setelah diaduk rata, ia memindahkannya ke dua mangkuk kecil, untuknya dan juga Bastian.

Sena segera duduk di meja makan, menyendok salad pertamanya.

Begitu mencicipi, matanya berbinar. “Enak banget! Ini salad terenak di dunia, wahhh!”

Bastian terkekeh kecil melihat ekspresinya.

“Sumpah, Bas! Segar banget, rasanya kayak lagi makan di surga.”

“Itu cuma buah. Makan cepat, lalu tidur”

Namun saat melihat senyum bahagia Sena sambil menikmati saladnya, tatapan Bastian perlahan melunak. Meski tak pernah diucapkan dengan kata-kata, ada sesuatu yang terasa berbeda dalam dirinya.

...****************...

Bastian dan Ravian terlihat berbincang serius di ruang pribadi Bastian. Namun kali ini bukan urusan kerja, melainkan sesuatu yang lebih pribadi.

“Kenapa lo tiba-tiba nggak mau tinggal di penthouse gue lagi?” tanya Bastian heran.

Ya. Ravian tiba-tiba datang ke ruangannya siang ini hanya untuk menjelaskan bahwa ia berniat segera meninggalkan penthouse dan tinggal di apartemennya sendiri yang baru ia beli.

“Karena ada orang lain yang harus gue jaga…Selain Sena.”

“Siapa lagi? Cewek lo itu? Wanita PSK itu?”

“Bas, cukup. Dia punya nama. Alexandra.”

“Lo mau jaga dia? Terus Sena? Nggak mau lo jagain lagi?”

“Sena udah punya lo. Lo suaminya sekarang. Makanya gue mohon, jangan sakiti Sena selama dia masih di penthouse itu. Gue mohon, Bas.”

“Gue nggak akan nyakitin Sena lagi,” ucap Bastian lirih, menatap kosong ke sudut ruangan. Kemudian melanjutkan kalimatnya.

“Tapi lo yakin ninggalin Sena sama gue?”

Ravian mengangguk mantap. “Gue yakin lo bukan orang jahat. Gue tahu lo mulai nyaman sama Sena, dan itu bagus buat dia.”

Bastian tersenyum samar. “Jadi kapan lo pindah?”

“Mungkin malam ini. Dan gue juga bakal jarang ke kantor kalau nggak ada urusan mendesak.”

“Cinta memang bikin orang bodoh. Itu alasan gue nggak tertarik sama hal itu.”

Ravian tersenyum tipis, seakan mengejek. “Semoga lo nggak menjilat ludah sendiri. Thanks, Bas. Gue lanjut kerja.” Ia pun keluar dari ruangan.

Bastian termenung, mengulang kalimat terakhir Ravian. Semoga tidak menjilat ludah sendiri.

Selama ini, tak ada wanita yang mampu membuatnya bodoh karena cinta.

Tapi dengan Sena? Kehadirannya membuat hidup Bastian sedikit berwarna. Meski ia belum berani mengakuinya, ada sesuatu yang berubah. Apakah itu cinta? Atau hanya karena Sena sedang mengandung anaknya?

...****************...

Malam itu, pukul delapan, Bastian pulang membawa sebuah paperbag. Ia masuk ke kamar, mendapati Sena sudah berbaring di ranjang.

Begitu mendengar pintu terbuka, Sena menyingkap selimut dari wajahnya.

Tatapan mereka bersinggungan.

“Habis nangis?” tanya Bastian, melihat mata Sena yang sembab.

Sena bangkit duduk, lalu mengangguk. “Kamu tahu ya kalau Kak Ravian mau pindah dari penthouse? Kenapa nggak bilang?”

“Baru tahu tadi siang. Dia baru ngomong.”

Sena cemberut, meski ia paham alasan Ravian cukup masuk akal.

Bastian maju selangkah dan menyerahkan paperbag itu.

“Untukmu.”

Sena mengerjap. “Apa ini?”

“Hadiah sidang skripsimu. Kemarin aku belum sempat beli.”

Sena terkejut, hatinya menghangat. “Terima kasih, Bastian.” Ia membuka paperbag itu, menemukan kotak perhiasan di dalamnya.

Ketika dibuka, terlihat sebuah kalung angsa berkilau, dengan detail angsa berwarna merah muda. Indah sekali.

“Bas?” Sena hampir tak percaya.

“Sini, biar kupakaikan.”

Bastian mengambil kalung itu, lalu memakaikannya di leher Sena. Kilau angsa merah muda tampak manis berpadu dengan kulit pucatnya.

“Bastian… terima kasih.” Tanpa aba-aba, Sena berdiri dan memeluknya erat.

Ini kali pertama Bastian dipeluk oleh Sena. Sebelum-sebelumnya hanya Bastian lah yang memeluk Sena, itupun hanya saat mereka tidur bersama.

Deg.

Ada sesuatu yang bergetar di hati Bastian. Perasaan asing yang tak pernah ia biarkan tumbuh sebelumnya.

Ia tahu, malam ini Sena pasti bersedih karena kepindahan Ravian. Dan itulah alasan ia sengaja memberikan hadiah ini sekarang. Sebuah sikap manis, dari pria yang terkenal gengsi sepertinya.

...----------------...

^^^Cheers, ^^^

^^^Gadis Rona^^^

1
Rizky Muhammad
Aku merasa terkesima sampai lupa waktu ketika membaca karyamu, thor. Jangan berhenti ya! 🌟
Gadis Rona: Hai terima kasih sudah baca karya pertamaku bikin aku makin semangat nulis🥰
total 1 replies
elayn owo
Penuh empati. 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!