NovelToon NovelToon
Kehidupan Di Dunia Iblis

Kehidupan Di Dunia Iblis

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Fantasi Timur / Balas Dendam / Iblis / Kelahiran kembali menjadi kuat / Fantasi Wanita
Popularitas:220
Nilai: 5
Nama Author: Ijal Fadlillah

1. Terjebak dalam Siklus Kematian & Kebangkitan – Tokoh utama, Ning Xuan, berulang kali mati secara tragis dimangsa makhluk gaib (berwujud beruang iblis), lalu selalu kembali ke titik awal. Ini menghadirkan rasa putus asa, tanpa jalan keluar.

2. Horor Psikologis & Eksistensial – Rasa sakit saat dimakan hidup-hidup, ketidakmampuan kabur dari tempat yang sama, dan kesadaran bahwa ia mungkin terjebak dalam “neraka tanpa akhir” menimbulkan teror batin yang mendalam.

3. Fantasi Gelap (Dark Fantasy) – Kehadiran makhluk supranatural (beruang iblis yang bisa berbicara, sinar matahari yang tidak normal, bulan hitam) menjadikan cerita tidak sekadar horor biasa, tapi bercampur dengan dunia fantasi mistis.

4. Keterasingan & Keputusasaan – Hilangnya manusia lain, suasana sunyi di kediaman, dan hanya ada sang tokoh melawan makhluk gaib, mempertegas tema kesendirian melawan kengerian tak terjelaskan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ijal Fadlillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 — Menuju Kematian, Merebut Kehidupan

Krak!

Pipi Ning Xuan digigit, dagingnya robek.

Gluk, gluk...

Dari dalam tenggorokannya muncul rasa asing, seolah ada benda hidup yang bergerak masuk.

Krak!

Perutnya terkoyak, usus besar dan usus kecil diseret keluar, terburai ke tanah.

Meski demikian, tubuh Ning Xuan jauh lebih kuat dari manusia biasa. Sekalipun organ dalamnya hancur, nyawanya tidak serta-merta padam.

Dengan sisa tenaga, ia masih bisa mengerahkan sedikit tenaga dalam. Tidak cukup untuk menyerang, tapi cukup untuk membuat dirinya pingsan, agar terhindar dari rasa sakit akibat dimakan hidup-hidup.

Seharusnya ia memilih untuk segera jatuh tak sadarkan diri.

Namun, ia tidak melakukannya.

Ia malah tertawa sampai air matanya mengalir, berubah menjadi darah, suaranya serak dan pecah seperti karung rusak yang tertiup angin.

Ia menolak pingsan.

Karena ia sedang berusaha menganalisis makhluk macam apa sebenarnya yang sedang melahapnya, lewat gigitan demi gigitan itu.

“Bodhisattva” seharusnya tak memiliki mulut sekecil itu.

Manusia pun tidak.

Gigitan kecil, rapat, berulang-ulang lebih mirip hewan pengerat.

Pipinya terasa digosok bulu kasar, seperti sikat.

Lalu ada ekor panjang yang menusuk gendang telinganya, menembus hingga ke otaknya.

“Tikus! Itu tikus!!”

Pencerahan melintas di kepalanya, disebabkan oleh “kontak akrab” yang berulang-ulang.

Namun, pada saat berikutnya, ekor tipis itu berputar sedikit di dalam kepalanya.

Sekejap, rasa sakit menusuk otaknya hingga tak terbayangkan.

Kesadarannya pun terputus.

---

Otot-otot di lengannya menegang, urat-uratnya mencuat bagaikan cacing menggeliat.

Jarinya bergetar hebat, begitu juga kaki, betis, leher, bahkan giginya.

“Drrrtt... drrrtt...”

Giginya bergemeletuk tak terkendali, efek dari rasa sakit saraf yang mencapai puncaknya.

Akhirnya, setelah suara “drrt” terakhir terhenti, ia terengah-engah, menarik napas panjang, dan perlahan membuka mata.

Di hadapannya terbentang hutan lebat.

Ia mendongak.

Bulan hitam menggantung di langit.

Gunung tinggi menjulang, siluetnya menyerupai makhluk aneh yang membungkuk, menatapnya tajam.

Angin malam bertiup.

Makhluk itu seakan menghembuskan napas dingin padanya dan seperti angin es yang menusuk tulang.

“Tikus! Sekalipun bukan tikus murni, tapi makhluk itu tak beda jauh dengan tikus.”

“Ia bersembunyi dalam tubuh Bodhisattva emas! Yang memakan manusia bukanlah Bodhisattva itu sendiri... tapi ‘makhluk tikus’ di dalamnya!”

Kesadaran itu menghantamnya.

Rasa sakit memakan daging memberinya informasi penting.

Dan itu adalah keuntungan.

Ning Xuan duduk hampir setengah batang dupa lamanya, menenangkan diri.

Lalu, dengan susah payah, ia berdiri.

Sebuah tulisan melintas di benaknya:

【Sembilan yang Kedua】

Ia dengan terampil mengambil kembali ‘Empat Generasi Satu Atap’, mengikat ‘Banyak Anak Banyak Cucu’ di punggung, lalu melanjutkan misi sebelumnya yaitu mengukur batas wilayah mimpi buruk.

Empat li... lima li... enam li...

Semakin ia berlari, semakin besar keterkejutannya.

Ia sudah jauh meninggalkan lokasi kemah semula, namun tetap tidak ditransfer kembali.

Ia mempercepat langkah, berlari tanpa henti.

Bahkan setelah mencapai hampir lima puluh li, ia masih belum menemukan batasnya.

Langit mulai berubah.

Fajar segera tiba.

Kini Ning Xuan sudah benar-benar berada di dalam pegunungan Manfeng, dikelilingi puncak-puncak yang menjulang.

Ia berhenti, menatap sekitar, lalu memanjat ke atas sebuah tebing.

Duduk di tepi jurang, ia menyipitkan mata, menatap ke kejauhan.

Fajar merekah.

Cahaya putih pucat menyapu hutan dan pegunungan, membuat seluruh dunia berubah menjadi putih keabu-abuan.

Kali ini, ia tidak langsung berhadapan dengan makhluk iblis itu.

Hampir satu batang dupa kemudian, barulah ia melihatnya.

Di antara gunung-gunung, sebuah sosok Bodhisattva raksasa berjalan.

Mata Bodhisattva itu berkilat dengan keserakahan.

Dari bibirnya mengalir air liur berdarah.

Namun tubuh emasnya tetap memancarkan cahaya suci, kontras dengan wajah keji yang membuat bulu kuduk berdiri.

Saat pandangan mereka bertemu dari jauh, Bodhisattva itu membuka mulutnya.

Suara menggelegar bagai petir bergema di langit:

“Anak kecil... akhirnya kutemukan kau.”

Ning Xuan tidak menjawab sepatah kata pun.

Ia langsung membalik badan, mengikat erat ‘Banyak Anak Banyak Cucu’, dan berlari sekuat tenaga.

Bodhisattva mengejarnya.

Namun di tengah-tengah pegunungan, langkah raksasa itu justru terhambat.

Maka terjadilah kejar-kejaran. Satu lari, satu mengejar.

Anehnya, jarak mereka tetap sama. Tak bisa mendekat, tak bisa menjauh.

Ketahanan fisik Ning Xuan, hasil dari latihan sehari-hari, kini benar-benar diuji.

Ia berlari setengah jam penuh tanpa henti, baru mulai merasakan letih.

Di saat itulah ia melihat sebuah celah gunung dengan air terjun yang mengalir deras.

Tubuhnya melesat, bagai hembusan angin, menyelinap ke dalam celah itu.

Bersembunyi di balik tirai air.

Jantungnya berdebar keras.

Baru saja ia sadar, arah larinya tadi selalu menuju lebih dalam ke gunung Manfeng.

Ia sudah berlari ratusan li.

Namun tetap saja belum menemukan batas wilayah mimpi buruk.

“Mungkinkah... wilayah mimpi buruk kali ini mencakup seluruh Gunung Manfeng?”

Pikirannya berputar cepat.

Namun bayangan gelap besar segera mendekat, tanpa mengejutkan lagi.

Bam! Bam!

Sepasang tangan raksasa menahan kedua sisi celah gunung.

Sinar matahari yang menyinari air terjun mendadak terhalang.

Lalu sebuah wajah raksasa perlahan mendekat, memenuhi seluruh pandangan Ning Xuan.

Ekspresi sarkastik muncul di wajah Bodhisattva itu.  

“Bocah kecil, kau”

BOOM!!

Belum sempat kata-kata sang “Bodhisattva” selesai, suara ledakan mengguncang bumi. Ning Xuan mengerahkan Yàn Míng Jìn (Tenaga Kicau Walet), tubuhnya meledak dengan kekuatan penuh. Membawa “Duo Zi Duo Sun” di punggungnya, ia melesat menjadi cahaya secepat kilat, menembus masuk langsung ke dalam mulut Bodhisattva.

Mata Ning Xuan tajam, dingin, bercampur ketenangan mutlak dengan kegilaan yang membara.

Begitu memasuki mulut raksasa itu, ia segera mencabut Pedang Pemenggal Binatang, kedua tangannya mengalirkan Yan Ming Jin.

Satu jurus, Feiyan Beng Yue! (Walet Terbang Merobek Gunung)

Dengan sekuat tenaga ia menebas ke bawah, menembus kerongkongan sang Bodhisattva.

Dari pertempuran sebelumnya, juga dari kejar-kejaran barusan, Ning Xuan sudah bisa memperkirakan kekuatan lawannya.

Kekuatan Bodhisattva itu dalam dan tak terukur, tapi kecepatannya tidaklah tinggi, bahkan terasa aneh, canggung dan lambat.

Ditambah lagi kebiasaannya yang terlalu banyak bicara.

Mulai dari “Bocah kecil, kau sedang mencariku?” hingga “Apa yang sedang kau lakukan?”

Kalimat-kalimat yang mengulur waktu, itulah buktinya!

Maka terciptalah situasi ini, berani menempuh kematian demi kelahiran kembali!

Kerongkongan terasa tersumbat oleh benda asing, membuat Bodhisattva terbatuk hebat. Gelombang udara keluar deras, ingin mendorong Ning Xuan keluar.

Namun pedang Ning Xuan membelah aliran udara itu.

Ia terus merangsek turun.

“Khh!!”

“Khh, khhh!!”

Batuk sang Bodhisattva kian mengguncang.

Rambut Ning Xuan berkibar liar, berdiri tegak tertiup badai dari dalam tubuh lawan.

Ia menyipitkan mata, lalu tiba-tiba menghentikan langkahnya di tengah kerongkongan. Gerakannya berubah: dari tebasan lurus menjadi tebasan berputar.

Ledakan tenaga menorehkan luka-luka kecil, bintang-bintang percikan energi, hingga sebuah retakan kasar di dinding kerongkongan itu.

Tidak ada darah, tapi luka itu nyata.

Dalam sekejap itu, semburan batuk mendorong Ning Xuan kembali naik. Namun ia sudah menyadari sesuatu yang mengejutkan: bagian dalam tubuh Bodhisattva tidak sekeras bagian luarnya!

Mata Ning Xuan berkilat. Ia segera menancapkan Pedang Pemenggal Binatang ke celah luka tadi, menegakkan tubuhnya di kerongkongan sambil menahan tekanan. Dengan seluruh tenaganya, ia mengeluarkan Si Generasi Empat dari pelukannya, meluncurkannya ke bawah.

Ding! Ding! Ding! Ding!

Si Generasi Empat meluncur cepat, lalu terbelah menjadi beberapa bagian di dalam kerongkongan.

Tak berhenti di sana, Ning Xuan menekan mekanisme di “Duo Zi Duo Sun”.

Trak!!

Ratusan bahkan ribuan senjata rahasia melesat deras bagai hujan badai, menembus lebih dalam ke tubuh Bodhisattva.

Ia melihat senjata-senjata itu menghujani dinding dalam, menciptakan lubang demi lubang, membuat tubuh Bodhisattva porak-poranda di dalam.

Tenaga lawan melemah jelas. Bahkan semburan batuknya terasa semakin lesu.

Saat itulah Ning Xuan menginjak kuat-kuat “Duo Zi Duo Sun”.

GDUAK!!

Kotak besi hitam itu jatuh seperti meteor, menghantam ke bawah.

Ning Xuan ikut menjatuhkan diri bersamanya.

Bersama jatuh pula pedangnya yaitu Pedang Pemenggal Binatang!

Tubuhnya berputar, mengumpulkan seluruh kekuatan pada ujung pedang, menusuk lurus tak tergoyahkan menuju kedalaman tubuh Bodhisattva.

Ia hanya punya satu tujuan.

Saat Bodhisattva paling lemah, ia harus menembus ke dalam, menemukan wujud asli iblis tikus yang bersembunyi di balik tubuh pura-pura suci itu!

Namun pada detik genting itu, cahaya menyilaukan meledak di depan matanya.

Cahaya putih pucat.

Saat cahaya itu menyapu, Ning Xuan terkejut mendapati semua luka yang ia torehkan tadi seketika sembuh. Bahkan lebih dari itu.

Tubuh Bodhisattva justru menjadi lebih kuat dari sebelumnya!

“Bagaimana mungkin?!!” Ning Xuan tak percaya.

Lalu ia mendengar suara napas aneh, berat, seolah mengumpulkan tenaga.

“Hmmm”

Detik berikutnya, “BOOOMMM!!!”

Ledakan suara tak terbayangkan menghantam telinganya.

Ning Xuan merasa gendang telinganya pecah. Darah mengalir deras dari kedua telinga, mata, hidung, dan mulutnya. Tubuhnya bergetar, hampir tak mampu berdiri.

Di sela kesadarannya yang memudar, ia samar mendengar satu teriakan menggelegar:

“HAA!!!”

Sekujur tubuhnya langsung lemas.

Gelombang udara maha dahsyat menghantamnya, melontarkannya tinggi ke udara, lalu membantingnya ke permukaan yang empuk namun menyesakkan.

Bodhisattva kini duduk bersila. Kedua telapak tangan saling bertemu di atas perut, kanan menindih kiri, ujung jempol saling menyentuh dan membentuk mudra meditasi Zen.

Dan di tengah kedua telapak itu, tergeletaklah Ning Xuan yang tak berdaya.

Lalu Bodhisattva mengubah mudra.

Ning Xuan merasakan tubuhnya ikut berputar, kemudian dihantam keras ke tanah.

Kesadarannya benar-benar hilang.

Bodhisattva menurunkan tangan kanannya hingga jari menyentuh bumi.

Mudra Penakluk Iblis!

Tubuh kecil Ning Xuan dihantam, diremukkan ke tanah.

Melihat mangsanya sudah pingsan, Bodhisattva mencengkeram tubuh bocah itu, mengguncang sejenak, lalu melemparkannya ke telapak tangannya lagi. Dengan tatapan lapar, ia menunduk, mendekat perlahan.

Seperti seekor binatang buas, ia menatap mangsanya yang tak bisa melawan.

Lidah panjang menjulur, melilit Ning Xuan, lalu menariknya masuk ke mulut besar itu.

Dan tanpa ampun Ning Xuan ditelan bulat-bulat.

1
Leonard
Gak sabar lanjutin.
Oralie
Seru!
iza
Ceritanya bikin keterusan, semangat terus author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!